Monday, 5 February 2024

Baby - Justin Bieber (Chaewon Le Sserafim and Sunwoo The Boyz)


Kim Chaewon as Theodora Khandra Camellia 

 

Bunyi bel berbunyi nyaring, semua anak mulai bergerombol memasuki kelasnya masing masing. Aku memasuki kelas dan duduk disalah satu kursi yang dekat dengan jendela yang menghadap keluar arah lapangan basket, disana aku melihat sesosok wanita yang kukenal. Dan itu dia Theodora Khandra Camellia, perempuan dengan paras yang manis dan lugu. Ia sudahku kenal sejak masih sekolah dasar, aku sangat terpikau dengan dirinya yang begitu ramah dan baik. Tanpa kusadari aku mulai menumbuhkan rasa sukaku yang mendalam tentangnya, lamunanku disadarkan oleh sosok guru yang sering dikatakan garang oleh murid-murid lain. ''Apa yang kau lakukan saat saya menerangkan materi Sebastian Oscar?'', aku terkejut tanpa main saat mendengar apa yang telah di ucapkan oleh guru tersebut. Bel istirahat di bunyikan, aku segera ke kelas Camellia yang berada dikelas sejarah, aku mengelihat sekeliling ruangan kelas itu namun aku tak dapat menemukan sosok pujaanku itu. Aku merinding saat disentuh oleh seseorang yang tidak kukenal dan ia berkata ''kamu menyari Camellia? aku tadi lihat dia ada dikantin bersama kak Isaac''. Setelah mendengarkan teman sekelas Camellia aku berbegas ke kantin untuk bertemu secara langsung dengan Camellia, dan benar apa kata teman sekelasnya, ia sedang bersama anak yang bernama Isaac. Aku melihatnya dari jauh bahwa dia sedang bercanda dan bermain bersama Isaac. Aku sering mendengarkannya bercerita banyak tentang Isaac, aku terkejut saat ia berkata bahwa ia sedang menyukai seseorang dan tak lain itu adalah Isaac kakak tingkat yang berbeda hanya setahun darinya.


Kim Sunwoo as Sebastian Oscar

Pulang sekolah aku terasa hampa tidak seperti biasanya. Karena biasanya Camellia akan mendatangiku setelah kelasnya selesai dan bercerita banyak hal, tentang harinya dikelas dan tentu saja ia bercerita tentang kakak tingkat yang ia sukai sangat. Aku bertanya pada diriku sendiri, ''mengapa ia akhir akhir ini seperti menjauh dari diriku'' aku bertanya sendiri seperti orang gila yang terobsesi akan cintanya itu. Aku pulang kerumah dengan suasana hati yang buruk tidak seperti biasanya, ibuku datang ke kamarku dan bertanya ''bagaimana sekolahnya? maafkan ibu ya nak tak bisa menjemputmu saat disekolah tadi''. Aku hanya merenung dan terakhir kali ibu menanyakan hal yang sama sekali lagi, aku mendongakkan kepala kearah ibuku. Ibuku adalah dewa, ia dapat mengerti diriku hanya lewat memandang saja. Ia memelukku sangat erat seperti ia menguatkanku.

Aku dan kedua orang tuaku akan berkunjung ke kediaman Khandra atau sering disebut rumah Camellia. Kita telah sampai, aku menekan bel rumah kediaman Khandra dan pintu terbuka menunjukkan sosok yang kusukai yaitu Camellia. Ia mempersilakan kedua orang tuaku dan aku untuk masuk kedalam rumahnya, kedua orang tuaku bertemu dengan orang tua Camellia dan mereka memutuskan untuk menyuruhku dan Camellia untuk pergi bermain dikamar Camellia. Aku dan Camellia pergi kearah ruangan belajar milik Camellia, aku dipersilakan duduk disofa dan kita hanya saling memandang tanpa kata sekalipun. Dia membuka suara dan menanyakan kabarku bagaimana, aku menjawabnya dengan nada yang lembut dan senyumku.

pov Oscar yang berpikir ada apa hingga Camellia menghindariku:
Dari kecil aku dan Camellia selalu bersama, dia selalu berusaha membuatku nyaman dalam segi apapun. Hal itu terjadi hingga aku dan dia duduk di bangku sekolah menengah pertama. Lalu bagaimana ceritaku dan dia?Tentu saja namanya lelaki yang sedang dalam fase puber pasti akan mencoba segala hal yang baru baginya. Aku selalu ketahuan guru yang sedang berjaga dan aku juga selalu memasuki ruangan BK, tentu saja hal itu tersebar dengan cepat ke seluruh warga sekolah. Mereka mengecapku sebagai berandalan sekolah. Aku selalu menjelaskan kebenaran kepada Camellia saat ia bertanya padaku, namun apa boleh buat Camellia tidak peduli dengan penjelasanku.

Tak terasa hari mulai petang, aku dan kedua orang tuaku memutuskan untuk pulang. Dan seperti biasa Ibu Camellia selalu membawakanku roti buatannya yang sangat lezat itu, dan diakhir kami berpamitan akan pergi. Aku mulai keluar saat kedua orang tuaku memanggilku untuk memasuki mobil, namun Camellia mencegatku dengan berkata ''ayo besok kita makan dikantin bersama, kali ini aku tak akan menjauhimu lagi'' ia mengatakan hal seperti itu membuatku merasakan ada yang berterbangan diperutku. Perjalanan pulang dari kediaman Khandra, aku tak berenti memikirkan perkataan Camellia yang baru saja mengajakku untuk makan dikantin esok. Sesampainya dirumah aku langsung merebahkan diriku dikasur, aku tak bisa berhenti memikirkannya maupun tak sabar hari esok akan tiba.

Alarm berbunyi sangat kencang membangunkan jiwaku yang baru saja keluar dari bawah alam sadarku. Alarm kumatikan dan aku bangun dengan wajah yang tak dapat berhenti tersenyum membayangkan bagaimana nanti, aku segera melakukan aktivitas seperti biasaku. Aku berangkat kesekolah menggunakan mobil yang diantar supir rumahku. Aku dapat melihat Camellia sedang berdiri tepat didepan kelasku dengan paras yang seperti biasa, manis dan cantik. Aku memanggilnya namun sebelum aku mengeluarkan teriakkanku, aku melihat kejadian yang dapat membuat hatiku seperti ditusuk berkali kali oleh pedang tajam. Ia bersama kakak kelas yang ia sukai itu, aku hanya memandang dari kejauhan hingga temanku menyadariku. Aku masuk kekelas bersama temanku saat bel berbunyi. Kejadian itu terus menerus berputar dikepalaku hingga aku tak dapat fokus dengan pelajaran yang diterangkan oleh guru-guru. Jam istirahat tiba. Setelah aku membeli makanan aku duduk dispot biasa aku makan dikantin, aku dapat melihat wanita pujaanku datang bersama kakak kelasnya itu. Hatiku kembali lagi sakit saat melihatnya menggandeng pria itu.

Ia dan pria itu, berada tepat didepanku sedang melakukan hal hal romantis. Aku muak dengan itu semua, aku beranjak dari dudukku dan beralasan ingin ke kamar kecil. Aku mulai menjauh darinya. Sekarang aku bukan berada di kamar kecil namun ada di rooftop sekolah, duduk dengan merenungkan omongan dan perbuatan Camellia itu. Hingga tak terasa, bel berbunyi memandakan bahwa jam istirahat telah selesai. Aku berjalan ke kelasku dengan tanpa semangat didalam diriku. Camellia tak sengaja menabrakku, ia mengucapkan maaf dan ia segera pergi cepat ke arah kelasnya. Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan bahwa ia sudah berlari ke arah kelasnya tanpa berbincang sedikit denganku. Sejujurnya diriku tidak apa apa bila Camellia berpacaran dengan kakak tingkat, namun kenapa rasanya itu sangat sakit didalam lubuk hati ini? Ku bertanya sendiri lagi pada diriku.

Aku membuka ponsel dan melihat jam, jam telah menunjukkan bahwa sekarang sudah sore. Aku lama menunggu jemputan dari ayah maupun dari supir pribadi. Seseorang menepuk bahuku, aku menoleh kearah belakang. Itu Camellia, ia bertanya "kenapa belum pulang?". Aku hanya memandang parasnya dan menjawabnya "belum di jemput, mungkin terjebak macet". Kita berdua hanya berdiam diri tanpa ada yang membuka suara, aku tak senggan menatapnya sekali atau duakali. Ia menyadarinya dan menoleh kearahku, "aku sudah dijemput, mau ikut atau kamu disini?" tanyanya. Aku terkejut dengan pertanyaan singkatnya. "bagaimana dengan pacarmu jika aku ikut denganmu?" tanyaku ragu, dia hanya menggedikkan bahunya memberitahu bahwa ia tidak tau. Aku kembali menatap kedepan dan tidak menjawab pertanyaannya, ia menanyaiku sekali lagi dan jawabanku diputuskan dengan aku ikut dengannya. Aku diantar hingga depan gerbang rumahku, ibuku menyambutku dengan hangat dan ia mengucapkan terimakasih pada Camellia.

Tak terasa waktu berjalan cepat dari hari ke hari hingga tahun ke tahun, tak terasa bahwa aku sudah menyelesaikan tugasku sebagai pelajar. Dan kini aku telah lulus dari sekolah dan memutuskan untuk berkuliah diluar kota tempat lahirku. Kabarku dengan Camellia sekarang telah asing dan tiada kabar setelah kejadian aku menyatakan perasaanku padanya saat duduk dibangku sekolah menengah atas. Aku sangat membencinya, dia mengatakan iya dan kita berhubungan sebagai pasangan selama 1 tahun. Namun naas, hubunganku berakhir dengannya karena hal sepele. Dan semenjak itu, aku dan dia sudah tidak pernah bertukar kabar. Dia baru saja mengabariku kemarin bahwa ia akan pulang dari Itali bersama kedua orang tuanya itu. Aku terkejut, dia memulai pesan pertama dan membahas bahwa ia akan pulang. Aku segera memberitahu kedua orang tuaku, suasana hati ibuku langsung berubah seratus delapan puluh derajat.

Aku melihat sosok wanita yang kukenal bersama tiga orang lainnya, ia melambaikan tangan mungilnya kearahku dan kedua orang tuaku. Ia perlahan menghampiriku, aku hanya dapat memandangnya dalam diam. Ia tidak berubah dari dulu, sikap maupun parasnya. Aku bingung dengan salah satu orang yang bukan berada dari keluarganya. Saat kita memasuki bangunan yang tertuliskan restoran, orang yang bersama Camellia memegang bahuku. Aku menoleh dengan rasa bingung, ''kita lupa berkenalan tadi'' ucapnya. Aku mengulurkan tanganku dan membalas perkataannya ''aku Sebastian Oscar, panggil Oscar saja'', ia membalas jabat tanganku dan memperkenalkan dirinya ''Casper Gavin, tunangan Camellia''. Aku tersentak dengan ucapannya, rasanya hatiku seperti dicabik-cabik dengan kata 'tunangan'.

Rasa masakan restoran ini terasa hambar dan pait saat mulai memikirkan kembali apa yang baru saja orang baru itu ucapkan. Ayahku menanyakan ''ada apa?'', Aku hanya berdiam diri dengan memandang makanan yang berada dipiringku. Sementara itu Camellia dan Casper sangat serasi, dan mereka juga didukung oleh ibuku. Mungkin saat ini hanya ayah yang memperhatikanku sekarang. Aku keluar dari ruangan dengan alasan ingin mencuci tanganku. Aku memandang diriku lewat pantulan kaca, ''mengenaskan sekali diriku ini'' ucapku pada diriku sendiri. Casper tiba tiba berada di sebelahku dan ia hanya berdiam dengan melipat tangannya, lalu berbicara ''Aku tau kamu dahulu adalah mantan Camellia'' ucapnya tiba tiba, aku hanya hanya diam mendengarkan ocehan pria ini dan berakhir aku mendengus dengan malas.



- qfs




1 comments:

  1. ditunggu part 2nya kakkkkk!!!!! kalo sad end marah si aku

    ReplyDelete