About Our Friendship.
Hiduplah empat sesosok manusia yang sudah selalu bersama dari lahir, mereka adalah sahabat yang tidak bisa dipisahkan apapun itu. Mereka selalu bersama, menghargai dan menghormati satu sama lain. Kala ada yang butuh bantuan mereka selalu berusaha untuk membantu walau hanya bisa membantu sebisanya namun itu sudah cukup bagi mereka. Bagaimana kelanjutan cerita panjang ini? simak terusss
Yang paling tua, bernama Hakasa, ia tampan, kapten basket dan cukup pintar untuk ukuran seperti itu.
Anak ketiga adalah James, ia blasteran Amerika, ia adalah anak yang cukup freak ketimbang yang lainnya, ia adalah anak kesayangan semua orang.
(boleh diskip)
Hakasa pov
Awal mula kelahiran Hakasa menjadi momen yang sangat istimewa bagi keluarga mereka. Sebagai anak tertua dalam keluarga, kelahirannya sangat dinanti-nantikan dan disambut dengan sukacita yang besar.
Ketika Hari Kelahiran Hakasa tiba, langit cerah dan penuh dengan keceriaan seolah-olah alam semesta ikut merayakan kedatangan Hakasa. Di rumah sakit, keluarga Hakasa bersama dengan teman-teman dekat mereka menunggu dengan penuh antusiasme dan harapan akan kabar gembira dari ruang persalinan.
Setelah proses persalinan yang panjang namun lancar, bayi yang diberi nama Hakasa lahir dengan selamat ke dunia ini. Senyum bahagia merekah di wajah orang tua dan juga saudara-saudaranya yang lebih tua, menyambut kedatangan Hakasa dengan cinta dan kebahagiaan yang tiada tara. Tatapan matanya yang cerdas dan kehadirannya yang penuh pesona segera menjadi fokus perhatian di keluarga mereka.
Sakara pov
Ketika Sakara lahir, itu adalah momen yang membawa kebahagiaan dan kegembiraan tak terkatakan bagi keluarga mereka. Kelahirannya memberikan sinar baru dalam kehidupan mereka dan menjadi titik awal dari kisah yang penuh kebaikan dan kehangatan.
Pada hari yang penuh harapan itu, keluarga dan teman-teman terdekat berkumpul di sekitar rumah sakit dengan hati yang penuh dengan doa dan antusiasme. Mereka menunggu dengan penuh harap akan kabar gembira dari ruang persalinan.
Ketika Sakara akhirnya lahir, langit tampaknya memberikan sambutan yang istimewa dengan sinar matahari yang hangat dan langit yang cerah. Senyum bahagia merekah di wajah orang tua dan saudara-saudaranya yang lebih tua, menyambut kedatangan Sang Pangeran baru dengan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Sakara memiliki pesona yang memukau sejak lahir, dengan tatapan mata yang dalam dan wajah yang dipenuhi dengan kedamaian.
James pov
Lahirnya James adalah momen yang membawa kegembiraan dan kebahagiaan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sejak awal kehamilan, keluarga telah merencanakan kedatangan sang bayi dengan penuh cinta dan harapan.
Pada hari yang ditunggu-tunggu, suasana di sekitar rumah sakit dipenuhi dengan antusiasme dan keceriaan. Orang tua James, beserta keluarga dan teman-teman terdekat, menunggu dengan penuh harap akan berita gembira dari ruang persalinan.
Ketika James akhirnya lahir, langit tampak lebih cerah dan cahaya matahari menyinari hari itu dengan hangat. Senyum bahagia terpancar di wajah orang tua yang penuh cinta saat mereka menyambut kedatangan buah hati mereka ke dunia ini. James memiliki pesona yang memikat sejak lahir, dengan tatapan mata yang penuh kecerdasan dan kehangatan.
Jakandra pov
Awal mula kelahiran Jakandra menjadi momen yang istimewa bagi keluarga dan juga teman-temannya. Meskipun ia adalah anak bungsu, kedatangannya ke dunia ini sangat dinantikan dan disambut dengan sukacita oleh semua orang yang mengenal keluarga malaikat kecil itu.
Ketika Jakandra lahir, langit di kota mereka terlihat cerah dan sinar matahari bersinar terang, seolah-olah alam juga ikut merayakan kelahirannya. Di rumah sakit, orang tua Jakandra, bersama dengan Hakasa, Sakara, dan James, menantikan kabar gembira tentang kelahiran adik baru mereka dengan harapan dan kegembiraan yang tak terkatakan.
Setelah proses persalinan yang berjalan lancar, bayi mungil yang diberi nama Jakandra lahir ke dunia ini dengan selamat. Senyum bahagia terpancar dari wajah orang tua dan saudara-saudaranya saat mereka melihat wajah malaikat kecil itu untuk pertama kalinya. Jakandra memiliki tatapan mata yang cerdas, seolah-olah membawa cahaya dan keceriaan bagi siapa pun yang melihatnya.
Inti Cerita..
Sejak dini, Hakasa telah menunjukkan bakatnya dalam berbagai aktivitas fisik. Dia adalah bintang di lapangan, menjadi pusat perhatian dengan keterampilannya dalam bermain bola dan kemampuannya dalam memimpin permainan. Namun, di samping itu, Hakasa juga rajin belajar dan memiliki kepemimpinan yang alami di antara teman-temannya.
Sedangkan Sakara, ia sering dianggap sebagai anak yang tenang dan dingin, menemukan kenyamanan dalam hubungan sosial di sekolah dasar. Meskipun pada awalnya mungkin terlihat tertutup, dia dengan cepat mencairkan suasana dengan sikap ramah dan perhatiannya terhadap teman-temannya. Dia adalah sosok yang bijaksana bahkan di usia muda, sering menjadi penengah saat ada perselisihan di antara anak-anak lainnya.
Disisi lain ,James dengan sifatnya yang eksentrik dan keceriaan yang menular, menjadi favorit di antara anak-anak lainnya. Dia adalah anak yang penuh dengan ide kreatif dan kegiatan menyenangkan. James dengan mudah membawa keceriaan ke dalam setiap aktivitas dan menjadi sumber inspirasi bagi teman-temannya untuk berani mencoba hal-hal baru.
Meskipun Jakandra dianggap sebagai "bayi" dalam pertemanan mereka, Jakandra dengan cepat membuktikan bahwa dia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dia dengan cermat menangkap konsep-konsep baru dan sering kali menjadi pahlawan di antara teman-temannya ketika mereka menghadapi tantangan dalam permainan atau belajar bersama. Meskipun kadang-kadang malas, Jakandra selalu menemukan cara untuk memberikan kontribusi yang berharga dalam kegiatan kelompok mereka.
Kini mereka telah memasuki sekolah menengah pertama, selalu ada ujian diantara mereka, seperti selalu terpisah karena perbedaan pendapat atau apapun. Mereka selalu bersama bak lumut liar yang dibiarkan tumbuh seiringnya waktu. Dihari yang sama mereka tidak ada kata maaf atau apa, namun mereka secara alami langsung dapat bermain bersama kembali dan melupakan hal yang sebelumnya menjadi penghalang mereka.
Waktu berjalan terus menerus dan waktu tidak dapat memisahkan persahabatan mereka, kali ini mereka berada dirumah si bule yaitu James. Jakandra dan Hakasa asik bermain PlayStation lima. Sedangkan si Sakara, ia sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian yang akan menimpa mereka esok. Jangan tanyakan James, ia sedang sibuk tertidur dikasur yang empuk itu. Seseorang membuka pintu kamar James dan mengajak keempat anak-anak itu untuk turun dan makan malam disana, rencananya sih ketiga anak itu ingin menginap dirumah James namun orang tua dari Hakasa menolaknya karena Hakasa harus sering latihan basketnya untuk tanding antar sekolahnya itu.
Hari berlalu, dan tibalah hari ujian keempat. Meskipun mereka memiliki persaingan dan perbedaan pendapat di antara mereka, tetapi persahabatan mereka tetap tak tergoyahkan. Pagi itu, Hakasa, Sakara, James, dan Jakandra berkumpul di depan gerbang sekolah, siap untuk menghadapi ujian yang menantang.
Saat mereka duduk di dalam kelas ujian, keempat anak itu saling memberikan senyuman semangat satu sama lain. Meskipun mereka bersaing dalam prestasi akademik, mereka juga saling mendukung dan menghargai usaha masing-masing.
Selama ujian berlangsung, Sakara tampak fokus pada soal-soalnya, mencatat setiap detail dengan teliti. Hakasa, meskipun sering kali terlihat santai, juga memberikan yang terbaik dalam menjawab setiap pertanyaan. James, dengan keunikan dan keceriaannya, tetap tenang dan percaya diri dalam menghadapi ujian tersebut. Sementara Jakandra, dengan kecerdasannya yang luar biasa, dengan cepat menyelesaikan setiap soal dengan cermat.
Setelah ujian selesai, keempat anak itu berkumpul di luar ruangan dengan senyum lega. Meskipun mereka mungkin memiliki perbedaan dan ujian di antara mereka, namun persahabatan mereka tetap tidak tergoyahkan. Mereka saling memberikan tepuk tangan dan ucapan selamat satu sama lain, merayakan pencapaian bersama mereka dalam menghadapi ujian.
Setelah itu, mereka kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan lega dan puas atas usaha mereka. Meskipun besok adalah hari yang baru dengan tantangan baru, mereka tahu bahwa dengan persahabatan dan dukungan satu sama lain, mereka dapat menghadapi segala sesuatu dengan percaya diri dan semangat yang tinggi.
Setelah hari ujian yang melelahkan, kini tiba saatnya untuk menghadapi tantangan baru: pertandingan basket antar sekolah. Hakasa, yang merupakan kapten tim basket sekolah, merasa tegang namun juga penuh semangat menjelang pertandingan.
Sekolah mereka telah bersiap-siap untuk menghadapi pertandingan besar ini. Lapangan basket dipersiapkan dengan baik, dengan penonton yang mulai berdatangan untuk memberikan dukungan kepada tim mereka. Di sisi lapangan, Hakasa bersama dengan rekan-rekannya berlatih pemanasan dan taktik terakhir mereka. Para ketiga sahabat Hakasa menyemangatinya hingga seluruh itensi yang berada dilapangan tertuju padanya semua, Hakasa hanya dapat menahan malu melihat mereka terlalu semangat menyorakinya.
Sebagai pemimpin tim, Hakasa memberikan instruksi kepada teman-temannya dengan penuh semangat. Dia mengingatkan mereka untuk tetap fokus dan bekerja sama sebagai tim, meskipun mereka mungkin menghadapi lawan yang tangguh. Sakara, yang biasanya tenang, memberikan dukungan kepada teman-temannya dengan kata-kata yang bijaksana, menginspirasi semangat bertarung di dalam diri mereka.
Dan pertandinganpun dimulai...
Ketika peluit pertandingan berkumandang, keempat pangeran itu bersatu sebagai satu tim, bekerja keras untuk mencapai kemenangan. Mereka saling mendukung dan melindungi satu sama lain di lapangan, menunjukkan semangat persaudaraan yang kuat.
Meskipun pertandingan berjalan dengan ketat, namun dengan kerja keras dan kerjasama tim yang solid, tim basket sekolah mereka berhasil meraih kemenangan. Sorak-sorai kegembiraan memenuhi lapangan saat peluit akhir berkumandang, dan Hakasa serta rekan-rekannya merayakan kemenangan mereka dengan bangga.
Setelah pertandingan, di tengah sorak-sorai kemenangan, mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat pada Hakasa. Kemenangan ini tidak hanya merupakan hasil dari keterampilan individu, tetapi juga semangat persaudaraan dan doa yang mereka miliki.
Dengan penuh kebahagiaan, mereka meninggalkan lapangan basket, menyadari bahwa persahabatan mereka tidak hanya bertahan dalam kebahagiaan, tetapi juga di tengah tantangan dan kemenangan. Mereka tahu bahwa bersama-sama, tidak ada yang tidak mungkin untuk mereka capai.
''Hakaa!'' teriak nada tinggi khas dari Jakandra, ia lari kearah Hakasa dan memeluknya erat. ''Tadi pertandingan sengit banget, aku sampai tidak bisa menelan air yang kuminum'' seru Jakandra, dibelakang Jakandra ada Sakara yang membawa tas dan minuman milik Jakandra. James mendekati Hakasa dan memberikan air dingin padanya, ''tadi keren banget! aku suka pas kakak lay up, itu omg keren banget!'' jujur saja Sakara sedikit merinding mendengarkan tuturan James namun apa buat jika itu adalah habitnya, ''bangga aku sama Hakasa, tidak kusangka, yang dulu masih cengeng tiba tiba bisa jadi kapten dan menggiring bola dengan sangat tampan dan modelis.'' kata-kata yang lumayan membuat Hakasa kikuk dan merinding. ''Makasih ya, buat dukungan dan doa kalian bertiga, senang bisa membuat kalian senang hanya lewat pertandingan yang bisa kumenangkan ini'' bangga Hakasa.
Bulan lalu sebelum pertandingannya diadakan, Sakara mengatakan akan membelikan Hakasa mainan terbaru dari Toy Story jika ia bisa memenangkan pertandingan basket dengan cuma-cuma. Sedangkan James, ia mengatakan akan meneraktir Hakasa makanan bintang lima jika yang paling tua itu memenangkan pertandingannya. Bagaimana dengan Jakandra? ia tak mau ikut seperti itu, taku bila duitnya akan habis jika yang lebih tua memenangkan pertandingan itu walau Jakandra sudah bisa menebak bahwa Hakasa tidak mungkin tidak membawa piala dan piagam dari pertandingannya itu.
Hari itu, setelah pertandingan selesai dan kebahagiaan masih mengalir, Jakandra, Sakara, dan James memberikan pujian dan ucapan selamat kepada Hakasa atas kemenangannya. Mereka merasa bangga melihat teman mereka berhasil mencapai prestasi besar sebagai kapten tim basket sekolah.
Setelah Jakandra memberikan pelukannya, ia menarik perhatian teman-temannya dengan cerita lucu dan kekonyolannya yang khas. Sakara dengan bijaksana membantu membawa perlengkapan Jakandra dan James memberikan bantuan dengan penuh semangat. Setiap kata pujian dan dukungan dari teman-temannya membuat Hakasa merasa sangat dihargai dan dicintai.
Sementara itu, ketika Jakandra mengungkapkan ketidakikutsertaannya dalam taruhan, Hakasa tersenyum dan merasa lega. Meskipun Sakara dan James menawarkan imbalan yang menarik sebagai dorongan motivasi, Hakasa tahu bahwa persahabatan mereka tidak tergantung pada taruhan atau hadiah material.
Mereka semua tahu bahwa persahabatan mereka jauh lebih berharga daripada hadiah apa pun. Sebagai gantinya, Jakandra, Sakara, dan James menawarkan dukungan, kebahagiaan, dan persahabatan yang tulus kepada Hakasa, yang pada akhirnya adalah hadiah terbesar bagi mereka semua.
Dengan senyum di wajah mereka dan kebahagiaan di hati mereka, keempat pangeran itu melanjutkan perjalanan mereka bersama-sama, melewati segala lika-liku kehidupan dengan kebersamaan dan cinta yang tak tergoyahkan. Persahabatan mereka adalah sebuah harta yang tak ternilai, dan mereka tahu bahwa tak ada ujian atau tantangan yang tidak dapat mereka atasi bersama-sama.
James hanya sibuk meneliti buku menu yang berada tepat didepannya itu lalu bertanya pada Hakasa, ''mau memesan apa?'', Jakandra menjawab ''biasanya sih kita kalo makan sama menunya, kenapa bertanya secara personal padanya? kenapa tidak bertanya padaku dan Sakara juga?'' omel Jakandra. Tuhan, kadang James kewalahan dengan omelan yang telah dikeluarkan oleh Jakandra hingga pernah James kesal dengan Jakandra, lalu mencubitnya hingga merah. ''Hari ini khusus untuk Hakasa, kamu tidak diajak, jangan sok iya'' dengus James, batin Jakandra udah mengeluarkan seluruh hewan yang berada dikebun binatang dan menyumpahi James. Akhirnya Sakara membuka suara, ''aku dan Jakandra makan ayam bagian paha saja, dan Hakasa mungkin dibelikan bagian dada'' ucapnya dan tidak lupa matanya yang terlihat seperti menyudutkan sibungsu.
Setelah pemesanan selesai, mereka menunggu dengan sabar di meja sambil menikmati suasana restoran yang tenang. Meskipun ada ketegangan kecil di antara mereka karena insiden sebelumnya, namun mereka semua tahu bahwa persahabatan mereka lebih kuat daripada perselisihan kecil tersebut.
Ketika makanan mereka tiba, aroma harum dari hidangan ayam membuat perut mereka bergelora. Mereka duduk di sekitar meja, menikmati makan malam mereka dengan penuh selera. Sambil menikmati hidangan, percakapan pun mengalir dengan lancar di antara mereka.
Hakasa, dengan kepemimpinannya yang alami, mencoba meredakan ketegangan di antara teman-temannya. Dia menyelipkan lelucon-lelucon kecil dan cerita-cerita lucu untuk membuat suasana menjadi lebih ringan. Sakara, dengan bijaksana seperti biasanya, mencoba menjadi mediator di antara mereka, menyoroti kesamaan daripada perbedaan mereka. James, meskipun terkadang impulsif, juga menunjukkan sisi pedulinya dengan bertanya-tanya tentang keadaan Jakandra setelah insiden sebelumnya. Dia berusaha memperbaiki hubungan mereka dengan candaan dan keceriaannya yang khas.
Sementara Jakandra, meskipun masih merasa kesal dengan James, akhirnya memilih untuk memaafkan dan melupakan insiden tersebut. Dia tidak ingin masalah kecil mengganggu kebersamaan mereka, terutama di saat-saat seperti ini saat mereka menikmati makan malam bersama. Seiring dengan berjalannya waktu dan bersama-sama menikmati hidangan mereka, suasana menjadi semakin menyenangkan. Mereka tertawa, bercanda, dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka. Persahabatan mereka, yang telah bertahan melalui berbagai ujian dan tantangan, semakin kuat dan erat.
Ketika mereka selesai makan, mereka meninggalkan restoran dengan perasaan kenyang dan bahagia. Meskipun mungkin ada cekcok kecil di antara mereka, namun pada akhirnya, persahabatan mereka tetap tidak tergoyahkan. Mereka tahu bahwa tidak ada yang dapat menggantikan ikatan yang mereka miliki, dan mereka siap menghadapi segala hal bersama-sama, baik dalam suka maupun duka.
Keesokkan harinya..
Di hari berikutnya, keberhasilan Hakasa dalam memenangkan kejuaraan bola basket sekolah menjadi pembicaraan hangat di koridor sekolah. Berita tentang prestasinya menyebar dengan cepat, dan semakin banyak orang yang mengagumi bakat dan dedikasi Hakasa dalam olahraga.
Ketika Hakasa tiba di sekolah, ia disambut dengan sorakan dan tepuk tangan oleh teman-temannya. Dia menjadi pusat perhatian, tetapi tidak sekadar karena prestasinya dalam basket, tetapi juga karena sifatnya yang rendah hati dan ramah kepada semua orang.
Sementara itu, di kelas, Jakandra, Sakara, dan James dengan bangga mendengarkan cerita Hakasa tentang kemenangan mereka dalam pertandingan. Mereka merasa bahagia melihat teman mereka mencapai kesuksesan dan memberikan dukungan penuh kepadanya.
Namun, di tengah kegembiraan tersebut, Jakandra tetap merasa kecil hati dengan insiden sebelumnya. Meskipun dia telah memaafkan James, namun perasaan itu masih terpendam di dalam hatinya. Dia merasa sedikit diabaikan dan tidak dihargai, terutama ketika teman-temannya lebih fokus pada prestasi Hakasa.
Sakara, mencoba untuk membawa kedamaian di antara mereka. Dia menunjukkan penghargaan kepada Hakasa atas prestasinya, tetapi juga mencoba untuk memberikan perhatian kepada Jakandra agar tidak merasa diabaikan. James, yang mungkin tidak menyadari perasaan Jakandra, tetap memberikan dukungan dan kebanggaannya kepada Hakasa dengan penuh semangat. Baginya, keberhasilan teman mereka adalah keberhasilan bagi semua orang dalam kelompok mereka.
Di akhir hari, meskipun ada ketegangan kecil di antara mereka, namun keempat pangeran itu kembali bersama-sama dengan rasa persaudaraan yang kuat. Mereka menyadari bahwa setiap dari mereka memiliki peran dan keunikan masing-masing dalam kelompok itu, dan bahwa keberhasilan satu di antara mereka adalah keberhasilan bagi semua.
Dengan demikian, mereka melanjutkan hari mereka dengan kebersamaan dan harapan untuk masa depan yang cerah, bersama-sama menghadapi segala rintangan dan merayakan setiap pencapaian satu sama lain, seperti yang seharusnya dilakukan oleh persahabatan yang sejati.
Jakandra masih saja bergelut dengan rasa tidak enakkan pada James, ia sering menunduk dan tidak seceria biasanya. Saat Jakandra izin untuk pergi ketoilet, yang ditinggal oleh Jakandra membincangkan dirinya mengapa ia lebih murung dan lebih diam dari biasanya. Sakara akhirnya turun tangan dan mendatangin Jakandra. Sakara sangat paham sifat Jakandra karena memang mereka berdua jauh lebih dekat ketimbang dengan lainnya. Kini Sakara berada di rooftop sekolahannya, ia paham betul jika Jakandra dalam situasi seperti ini ia akan berlari ke rooftop sekolahannya. ''Jangan selalu seperti itu.'' ucap Sakara tiba tiba pada Jakandra, Jakandra yang mendengarkan itu langsung menoleh kearah belakang, Sakara mulai mendekati Jakandra dan diam disebelahnya persis. Jakandra hanya menunduk, ia merasa minder dan malu akan perbuatannya itu, Sakara langsung merangkul Jakandra mengisyaratkan untuk semangat.
Di sisi James dan Hakasa, mereka merasa sedikit kebingungan melihat perubahan sikap Jakandra hari ini. Meskipun mereka menyadari bahwa ada ketegangan antara Jakandra dan James, namun mereka tidak tahu persis apa penyebabnya.
Hakasa, sebagai sosok yang peduli dan peka terhadap perasaan teman-temannya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan Jakandra. Dia menyadari bahwa Jakandra sering kali menjadi lebih murung dan tidak ceria seperti biasanya. Hakasa merasa khawatir dan ingin membantu Jakandra merasa lebih baik.
James, meskipun kadang-kadang impulsif, juga merasa prihatin melihat perubahan sikap Jakandra. Dia tidak suka melihat temannya sedih atau murung, dan dia ingin tahu apa yang bisa dilakukannya untuk membantu.
Mereka berdua memutuskan untuk berbicara dengan Jakandra secara langsung setelah sekolah selesai. Mereka mencari Jakandra di sekitar sekolah, dan akhirnya menemukannya di rooftop bersama Sakara.
"Sudahkah kalian bicara dengan Jakandra?" tanya Sakara saat melihat mereka berdua. Hakasa mengangguk, "Belum, tapi kami akan melakukannya sekarang." James menambahkan, "Kami harus mencari tahu apa yang terjadi dengan Jakandra dan bagaimana kami bisa membantunya." Mereka berdua kemudian mendekati Jakandra yang duduk bersama Sakara di tepi rooftop. Mereka bisa melihat ekspresi sedih di wajah Jakandra, dan itu membuat mereka semakin bertekad untuk membantu teman mereka. "Dengar, Jakandra," kata Hakasa dengan lembut, "kami ingin tahu apa yang sedang terjadi denganmu. Kami peduli padamu dan kami siap membantu jika kamu butuhkan." James menambahkan, "Kamu tahu bahwa kamu bisa mengandalkan kami, kan? Jangan ragu untuk berbagi jika ada yang mengganggumu."
Jakandra mengangguk, terharu oleh perhatian dan kepedulian teman-temannya. Dengan sedikit ragu, ia mulai menceritakan perasaannya kepada mereka, membuka diri tentang apa yang sedang ia hadapi. Dan di saat itulah, keempat pangeran itu menyadari bahwa persahabatan mereka adalah tempat yang aman di mana mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, dalam suka dan duka.
pulangnya...
(pov Jakandra & Sakara)
Sakara dan Jakandra berjalan bersama-sama ke depan sekolah, bercerita dan tertawa-tawa sepanjang jalan. Mereka berdua memiliki hubungan yang erat, dan saat ini mereka menikmati momen bersama setelah sekolah. Tiba di depan sekolah, mereka berdua memutuskan untuk membeli makanan untuk ekskul nanti. Mereka berhenti di warung makan favorit mereka, tempat yang mereka sering kunjungi setelah sekolah.
"Sudah tahu mau pesan apa?" tanya Sakara sambil tersenyum pada Jakandra. Jakandra menggelengkan kepala, "Belum, aku masih bingung. Kamu mau pesan apa?" Sakara memikirkan pesanannya sebentar, lalu menjawab, "Aku akan pesan nasi goreng spesial. Bagaimana denganmu?" Jakandra berpikir sebentar, lalu mengangguk, "Baiklah, aku akan memesan mie goreng. Terima kasih sudah bertanya." Mereka memesan makanan mereka dan menunggu dengan sabar sambil mengobrol tentang rencana ekskul mereka nanti. Setelah makanan mereka siap, Sakara dan Jakandra membayar dan membawa pesanan mereka pulang ke sekolah.
Ketika mereka tiba kembali di sekolah, ekskul mereka sudah hampir dimulai. Mereka memberikan makanan kepada teman-teman mereka, yang merasa senang dan bersyukur karena sudah ada makanan untuk membuat mereka kenyang dan fokus dalam kegiatan ekskul. Saat mereka duduk bersama-sama dan menikmati makanan, suasana menjadi semakin hangat dan penuh kebersamaan. Sakara dan Jakandra merasa bahagia bisa berkontribusi dalam membuat teman-teman mereka merasa nyaman dan terpenuhi. Dengan senyum di wajah mereka, Sakara dan Jakandra bergabung dengan teman-teman mereka dalam ekskul, siap untuk menjalani waktu yang menyenangkan dan bermanfaat bersama-sama. Mereka tahu bahwa dalam persahabatan dan kerjasama, mereka dapat mencapai banyak hal yang luar biasa.
Meskipun telah mereka berusaha keras untuk menjalankan ekskul dengan baik, namun berbagai kendala datang menghampiri. Ekskul mereka tidak berjalan lancar seperti yang mereka harapkan. Beberapa masalah muncul, dan suasana ekskul menjadi tegang. Sakara dan Jakandra merasa kecewa dan sedikit putus asa menghadapi situasi ini. Mereka merasa bertanggung jawab sebagai pengurus ekskul untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menyenangkan bagi semua anggota ekskul.
Namun, sebagai pemimpin yang tangguh, mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka sadar bahwa dalam setiap masalah, ada peluang untuk belajar dan tumbuh. Sakara dan Jakandra berdua mengumpulkan anggota ekskul untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama. Dengan komunikasi yang terbuka dan kerja sama tim yang kuat, mereka akhirnya berhasil mengatasi masalah-masalah yang muncul. Mereka menemukan cara untuk meningkatkan koordinasi dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan ekskul, serta mengatasi konflik yang timbul di antara anggota.
Meskipun menghadapi rintangan yang besar, Sakara dan Jakandra bersama anggota ekskul lainnya bersatu padu untuk menghadapinya. Mereka belajar dari pengalaman ini dan memperkuat ikatan persahabatan mereka dalam prosesnya. Pada akhirnya, meskipun ekskul tidak berjalan sesuai rencana, namun mereka merasa bangga dengan kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan bersama-sama. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya mereka secara pribadi, tetapi juga memperkuat hubungan persaudaraan di antara mereka. Dengan semangat yang baru dan tekad yang kuat, Sakara, Jakandra, dan anggota ekskul lainnya siap untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan penuh keyakinan dan optimisme. Mereka yakin bahwa dengan kerja keras dan kerjasama tim, mereka dapat menghadapi segala rintangan dan meraih kesuksesan di masa depan.
Disisi lain..
(pov Hakasa)
Saat Hakasa tengah fokus pada latihan basketnya, tiba-tiba dia mendengar seseorang memanggil namanya. Dia memalingkan kepalanya dan melihat James berdiri di pinggir lapangan, dengan senyuman cerah di wajahnya. "Hakasa!" seru James dengan antusias. "Bisakah aku bergabung dengan latihanmu sebentar? Aku ingin mencoba beberapa lemparan juga." Hakasa tersenyum melihat temannya yang penuh semangat itu. "Tentu saja, James! Ayo, ikutlah!" Mereka berdua kemudian bersiap-siap untuk melanjutkan latihan bersama-sama. Hakasa memberikan bola basket kepada James, yang dengan antusias segera mulai mencoba melemparkan bola ke dalam ring.
Selama latihan, Hakasa memberikan panduan dan tips kepada James tentang teknik dasar basket. Mereka berdua saling memberikan dukungan dan semangat satu sama lain, menciptakan atmosfer yang penuh semangat dan positif di lapangan. Setelah latihan selesai, mereka berdua duduk bersama di pinggir lapangan sambil minum air. James tampak gembira dan berterima kasih kepada Hakasa atas kesempatan untuk bergabung dalam latihan.
"Terima kasih banyak, Hakasa," ucap James dengan tulus. "Aku belajar banyak darimu hari ini. Siapa tahu, mungkin suatu hari aku juga bisa menjadi sebagus dan sekuat kamu dalam bermain basket." Hakasa tersenyum, merasa bangga melihat semangat belajar dan dedikasi James. "Tentu saja, James! Kita bisa berlatih bersama lagi lain waktu. Bersama-sama, kita bisa mencapai impian kita dalam bermain basket."
Mereka berdua kemudian melanjutkan percakapan mereka, saling berbagi cerita dan pengalaman tentang basket. Persahabatan mereka semakin kuat, tidak hanya di luar lapangan basket, tetapi juga di dalamnya. Dengan semangat yang tinggi dan dukungan satu sama lain, mereka siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang mungkin datang di masa depan.
beberapa menit kemudian..
Ketika Jakandra dan Sakara tiba di lapangan basket, mereka melihat Hakasa dan James sedang duduk bersama di pinggir lapangan, tertawa dan bercanda setelah selesai latihan. Mereka berdua mendekati teman-teman mereka dengan senyum di wajah mereka. "Hai, teman-teman!" sapa Jakandra dengan riang. "Apa kabar?" Sakara menambahkan dengan senyum, "Terlihat kalian berdua sedang menikmati waktu latihan basket." Hakasa dan James menyambut kedatangan Jakandra dan Sakara dengan senyum. "Hai, Jakandra! Hai, Sakara!" sapa mereka berdua hampir bersamaan. "Kamu tahu, Jakandra," kata Hakasa sambil tertawa, "James tadi mencoba beberapa lemparan dan dia lumayan bagus, lho!" James mengangguk setuju. "Ya, aku beruntung bisa mendapatkan panduan dari Hakasa. Dia guru yang baik!"
Semua tertawa bersama, menikmati kehangatan dan kebersamaan di antara mereka. Mereka duduk bersama di pinggir lapangan, berbagi cerita dan pengalaman tentang apa yang terjadi selama latihan. "Sungguh menyenangkan melihat kalian berempat bisa berkumpul seperti ini," kata Sakara dengan senyum. "Ini adalah momen yang berharga bagi persahabatan kita." "Benar sekali," sahut Jakandra setuju. "Kita harus lebih sering melakukan hal-hal seperti ini."
Dengan senyum dan tawa, keempat sahabat itu melanjutkan perbincangan mereka, menikmati momen berharga bersama di lapangan basket. Mereka merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti Hakasa, James, dan Sakara, yang selalu ada untuk saling mendukung dan menghibur satu sama lain. Dalam kehangatan persahabatan mereka, mereka merasa bahwa tidak ada yang tidak mungkin.
Waktu terus berjalan hingga tak terasa mereka sudah berada di Sekolah Menengah Akhir. Dan hari itu adalah hari kelulusan mereka..
Saat mereka berada di acara kelulusan SMA, keempat sahabat itu duduk bersama-sama di barisan terdepan. Mereka memancarkan aura kebahagiaan dan kebanggaan saat menyaksikan teman-teman seangkatannya menerima ijazah kelulusan mereka.
Saat nama mereka dipanggil, mereka satu per satu naik ke panggung untuk menerima ijazah kelulusan mereka. Applaus dan sorakan bergema di ruangan saat mereka melangkah maju. Jakandra, Sakara, Hakasa, dan James merasa bangga atas pencapaian mereka dan berbagi momen bahagia itu bersama-sama.
Setelah acara kelulusan selesai, mereka berkumpul di luar gedung sekolah, di bawah sinar matahari yang hangat. Mereka tertawa, berbicara, dan berbagi kenangan tentang perjalanan mereka selama SMA. "Siapa yang akan merindukan waktu-waktu seperti ini?" tanya Jakandra, tersenyum lebar. "Aku pasti akan merindukannya," kata Sakara sambil menggelengkan kepala. "Kita telah mengalami begitu banyak hal bersama-sama." Hakasa mengangguk setuju, "Kita sudah melalui begitu banyak suka dan duka, tapi kita selalu saling mendukung satu sama lain." James menambahkan, "Kalian semua adalah keluarga bagiku. Aku tidak akan pernah melupakan momen-momen yang kita bagi bersama."
Mereka berempat saling berpelukan, merangkul persahabatan mereka yang telah menguat selama bertahun-tahun. Mereka tahu bahwa meskipun akan berpisah untuk melanjutkan kehidupan mereka masing-masing, tetapi persahabatan mereka akan tetap abadi. Dengan hati yang penuh harap dan semangat yang tinggi, mereka bersiap untuk memasuki babak baru dalam hidup mereka. Meskipun mungkin jalan mereka akan terpisah, tetapi mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan selalu ada, membimbing mereka melalui segala rintangan dan kebahagiaan yang mungkin datang di masa depan. Dengan saling memberikan dukungan, canda, dan cinta, mereka siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang dalam perjalanan hidup mereka.
Mereka berempat serentak setelah kelulusan langsung mencari kampus, namun kabar tak mengenakkan tiba diantara mereka.
Setelah James memberitahu Jakandra, Sakara, dan Hakasa bahwa dia akan kembali ke Amerika untuk melanjutkan kuliah disana, mereka semua merasa sedih dan terkejut. Mereka tidak bisa membayangkan kehidupan tanpa kehadiran James di sekitar mereka.
James menjelaskan bahwa orang tuanya dipanggil kembali ke Amerika karena pekerjaan, dan mereka memutuskan untuk membawa James bersama mereka. Meskipun James awalnya merasa sedih harus meninggalkan teman-teman dan kehidupan di Indonesia, namun dia juga melihat kesempatan ini sebagai langkah yang penting untuk mengembangkan dirinya dan mengejar impian akademisnya. Jakandra, Sakara, dan Hakasa merasa sedih mendengar kabar tersebut, tetapi mereka juga merasa bangga dan mendukung keputusan James. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan yang penting bagi James untuk mengejar pendidikannya di luar negeri dan mengejar impian masa depannya.
Setelah berdiskusi lebih lanjut, mereka semua setuju bahwa meskipun jarak geografis akan memisahkan mereka, persahabatan mereka akan tetap abadi. Mereka berjanji untuk tetap saling mendukung dan menjaga hubungan mereka tetap kuat, meskipun berada di belahan dunia yang berbeda. Sebagai tanda perpisahan, mereka menghabiskan waktu bersama-sama untuk menciptakan kenangan terakhir sebelum James berangkat ke Amerika. Mereka mengucapkan selamat tinggal dengan penuh canda dan tawa, tetapi juga dengan hati yang penuh haru.
Dengan saling memberikan dukungan dan cinta, mereka berempat melepas James saat dia memulai perjalanan barunya ke Amerika. Meskipun mereka akan merindukan kehadirannya, mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan tetap kuat, tidak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan mereka.
Hari keberangkatan James ke Amerika..
Di hari keberangkatan James, emosi mengalir begitu kuat di antara Jakandra, Hakasa, Sakara, dan James. Mereka berkumpul di bandara, dikelilingi oleh suasananya yang penuh haru dan terasa berat.
Jakandra memberikan bingkisan untuk perjalanan panjang James dan kedua orang tuanya. Di dalamnya terdapat beberapa buku, mungkin untuk menghiburnya selama perjalanan, dan beberapa surat dari teman-teman dan keluarga, memberikan kata-kata semangat dan dukungan untuk masa depannya di Amerika.
Hakasa membawa kotak bekal yang berisikan makanan favorit James dan kedua orang tuanya. Di dalamnya ada makanan yang mereka sukai dan mungkin juga beberapa camilan untuk dinikmati selama perjalanan. Hal ini menunjukkan perhatian Hakasa terhadap kesejahteraan James dan keluarganya selama perjalanan mereka.
Sementara itu, Sakara membawa barang-barang yang berhubungan dengan persahabatan mereka. Mungkin beberapa foto kenangan, mainan kecil, atau barang-barang lain yang memiliki makna khusus bagi mereka. Sakara ingin memastikan bahwa James tidak akan melupakan persahabatan mereka dan bahwa mereka akan selalu ada di hatinya, meskipun jarak memisahkan mereka.
Saat waktunya tiba untuk berpisah, mereka semua saling berpelukan dengan erat, penuh dengan cinta dan dukungan. Mereka tahu bahwa meskipun James akan berada jauh darinya, tetapi persahabatan mereka akan tetap kuat dan abadi. "Sampai jumpa, James," ucap Jakandra dengan suara terguncang oleh emosi. "Jaga dirimu di sana, ya? Kami akan merindukanmu." Hakasa menambahkan dengan senyum hangat, "Ingatlah selalu bahwa kami ada di sini untukmu. Jangan ragu untuk menghubungi kami jika kamu membutuhkan sesuatu." Sakara tersenyum lembut, "Kami akan selalu menjadi sahabatmu, di mana pun kamu berada. Sampai jumpa, James."
Dengan hati yang penuh dengan kenangan dan cinta, James mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya dan memasuki pintu keberangkatan menuju petualangan barunya di Amerika. Meskipun terpisah oleh jarak, tetapi persahabatan mereka akan tetap kuat, mengikat mereka bersama dalam ikatan yang tak terputuskan.
Tahun ketiga, James telah pergi ke Amerika dan meniggalkan Hakasa, Sakara, dan Jakandra disini. Entah mengapa sejak James pergi dan mereka memulai hidup baru dengan menjadi mahasiswa, mereka mulai sedikit berkomunikasi dan canggung. Dan sebagai adik didalam persahabatannya Jakandra, mengajak kedua sahabatnya untuk bertemu dan bila ada pekerjaan kuliah bisa dikerjakan saat bersama. Dan Jakandra tak mungkin melupakan James disana, ia memberitahu nya lalu mengajaknya untuk vidiocall agar dapat berbincang lebih lanjut.
Dicafe..
Jakandra, Hakasa, dan Sakara berkumpul di sebuah kafe dekat kampus mereka melalui obrolan daring. Mereka merasa sedih karena keberangkatan James ke Amerika, tetapi juga ingin memberikan dukungan dan cinta kepada sahabat mereka yang sedang menjalani perjalanan baru.
"Hey, teman-teman," Jakandra mengetik di obrolan grup. "Apa kabar kalian? Aku rindu bertemu kalian." Hakasa menanggapi, "Hai, Jakandra! Sedang merindukan kalian juga. Bagaimana perasaan kalian tentang keberangkatan James?" Sakara juga ikut berbicara, "Aku merasa sedih, tetapi juga bangga padanya. Kami harus memberikan dukungan dan cinta kepada James di saat dia memulai petualangan barunya." Jakandra mengangguk setuju. "Benar sekali. Itu sebabnya aku mengajak kalian ke kafe dekat kampus. Saya pikir kita bisa menghabiskan waktu bersama dan mengingat kenangan indah bersama James sebelum dia berangkat." Hakasa menyetujui usulan Jakandra. "Ide bagus. Aku akan segera menuju sana."
Sementara itu, Jakandra mengirim pesan kepada James di Amerika. "Hey, James! Kami sedang berkumpul di kafe dekat kampus. Bisakah kita melakukan vidiocall sebentar? Kami merindukanmu!" Beberapa saat kemudian, James merespons dengan senang hati. Mereka berempat kemudian melakukan panggilan video, dan wajah James muncul di layar, menghadirkan senyum cerah di wajah mereka.
Mereka berbicara dan tertawa bersama-sama, mengenang kenangan indah mereka bersama James. Mereka juga berbagi harapan dan impian untuk masa depan, berjanji untuk tetap saling mendukung dan menjaga hubungan persahabatan mereka tetap kuat meskipun berada di belahan dunia yang berbeda. Setelah panggilan video selesai, Jakandra, Hakasa, dan Sakara berkumpul di kafe, saling berbagi cerita dan canda tawa. Meskipun ada rasa sedih karena kepergian James, namun kebersamaan mereka memberikan ketenangan dan kekuatan satu sama lain di masa-masa yang sulit. Dengan cinta dan dukungan, mereka siap untuk menghadapi masa depan dan menjaga persahabatan mereka tetap abadi.
Skripsi telah tiba diantara mereka berempat, mereka terlalu pusing memikirkan skripsi yang panjang. Namun tanpa pikir panjang Hakasa memiliki ide yang bagus, untuk mengajak Jakandra dan Sakara untuk berlibur ke Korea tak lupa ia memberitahukan pada James tapi James datang tanpa sepengetahuan dua manusia yang lengket bak lem itu.
Setibanya di Korea, mereka merasakan kegembiraan yang luar biasa. Mereka menjelajahi tempat-tempat wisata terkenal, mencicipi makanan lezat, dan menikmati keindahan alam yang menakjubkan bersama-sama. Setiap momen yang mereka bagikan di Korea penuh dengan tawa, kebahagiaan, dan kenangan yang tak terlupakan.
Suatu hari, ketika mereka sedang menikmati pemandangan indah di Bukchon Hanok Village, tiba-tiba mereka melihat seseorang yang sangat dikenal. Itu adalah James, sahabat mereka yang telah kembali dari Amerika. Mereka bertemu dengan senyum yang besar di wajah mereka, saling berpelukan dengan hangat. Rasa bahagia dan kegembiraan meliputi mereka semua, merayakan kesempatan langka untuk berkumpul kembali setelah sekian lama terpisah.
Mereka menghabiskan sisa liburan mereka di Korea bersama-sama, menciptakan kenangan baru yang akan mereka simpan selamanya. Saat mereka duduk di tepi Sungai Han di malam hari, mereka merasa bersyukur atas persahabatan yang kuat dan kenangan yang mereka bagikan.
Setelah liburan mereka berakhir, mereka kembali ke kehidupan mereka masing-masing dengan hati yang penuh dengan cinta, persahabatan yang tak tergoyahkan, dan kenangan indah dari liburan yang tak terlupakan di Korea. Meskipun mungkin ada jarak yang memisahkan mereka, namun mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan tetap abadi dan mereka akan selalu saling mendukung satu sama lain, di setiap langkah hidup mereka.
Message of the story;;
1. Nilai yang dapat diambil yaitu Kekuatan dan Pentingnya persahabatan. Kita harus saling mendukung satu sama lain dalam segala situasi apapun itu, baik dalam senang maupun duka. Mereka menghadapi tantangan bersama-sama dan menemukan kekuatan dalam persatuan mereka.
2. Dukungan dan Keterlibatan. Ketika salah satu dari mereka menghadapi tantangan atau kepergian, yang lainnya selalu ada di sana untuk memberikan dukungan. Mereka saling mendukung dalam perjalanan hidup masing-masing, menunjukkan betapa pentingnya memiliki teman-teman yang peduli satu sama lain.
3. Pentingnya Menciptakan Kenangan. Mereka membuat kenangan yang tak terlupakan bersama-sama, baik dalam senang maupun duka.
4. Walau mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu, mereka masih menyadari betapa pentingnya persahabatan antara mereka itu. Dan tidak boleh memanfaatkan teman dalam kondisi apapun namun harus dihargai dan dihormati agar hubungan yang terjalin dapat berjalan lama dan baik.
-qfs
0 comments:
Post a Comment