An Old Promise Engraved.
Samudra sudah memiliki job yang ia miliki sedari kecil yaitu model, maka dari itu ia juga mengenal anak dari fotografinya yaitu Angkasa. Mereka sejujurnya sudah mengenal satu sama lainnya sebelum sang ayah dari Angkasa mengenalkannya pada Samudra, Mengapa? karena mereka adalah teman satu bangku dan mereka selalu bersama saat di sekolah. Akhirnya mereka bertumbuh bersama seiringnya waktu, tak terasa mereka telah menjadi para remaja yang baru saja lulus dari sekolah menengah pertama. Walau mereka dipisahkan oleh kelas namun mereka tetap berusaha untuk bersama, hingga kabar duka menimpa Angkasa. Sang ayah telah dipanggil oleh sang pencipta karena sakit yang ia derita, Angkasa sangat terpuruk dan bingung ia akan menjadi apa esoknya tanpa kehadiran sang ayah. Namun hal itu tidak dapat memutuskan persahabatannya bersama Samudra, pria kecil itu selalu berada disisi Angkasa saat ia terpuruk. Samudra selalu memberikan semangat dan pada akhirnya Angkasa diangkat sebagai anak angkat oleh Ayah dan Ibu dari Samudra. Mendengar hal itu Samudra sangat senang karena impiannya telah tercapai dengan tinggal bersama sama dengan Angkasa tanpa di pisah apapun. Angkasa telah selesai dari terpurukkannya, ia telah menjalani hidup sebagai menejer dan fotografi pribadi untuk Samudra. Dan bagaimana keselanjutannya? Ikuti terus di blog kita
"Samudra, segera kemari! kau akan mendapatkan shoot hari ini!" ucap sutradara. Samudra segera keluar dari ruang ganti dan ia segera menempati diri di lantai yang dibaluti kain putih. Mari kita berkenalan dengan Samudra, ia adalah seorang model yang baru saja naik daun karena ia baru saja menjadi ambasador sebuah merek terkenal. Dan kali ini ia sedang melakukan shooting untuk brand yang sedang trendy sekarang. "Camera, Action!" Teriak sutradara, Samudra yang mendengar teriakkan sang sutradara secara alami ia langsung berpose ria. Seseorang masuk kedalan ruangan pemotretan, dan hal itu membuat seluruh itensi ke arah pintu tersebut.
Waktu istirahat tiba, Samudra mendatangi komputer yang terletak disebelah kamera untuk melihat hasil pemotretannya. Seseorang memegang bahunya dan Samudra yang awalnya melihat layar menoleh kearah orang yang memegang bahunya barusan. "Samudra, ikut ayah dahulu" ucap pria paruh baya yang ia sebut diri sendirinya ayah. Samudra mengikuti langkah sang ayah menuju keluar dari studio, ayah Samudra menyuruh anak semata wayangnya itu untuk duduk dibangku yang sudah disediakan. "Ada apa yah?" tanyanya, sang ayah mengangguk menjadi jawabannya dan sang ayah menyuruh samudra untuk tunggu disini hingga seseorang datang ke arah meja mereka. "Maaf tuan, saya kelamaan datangnya" ucap manajer ayah Samudra, "tak apa apa, mana anakmu? biasanya dia selalu berada disampingmu" ucap sang ayah.
Sosok pemuda tampan baru saja datang kearah mereka bertiga, ''kau kenapa bisa terlambat, parkiran sangat luas mengapa sangat lama'' oceh manajer. Samudra hanya menatap pemuda itu, ia merasa seperti mengenalnya tapi siapa? ia tak ingat. ''Kenalkan tuan muda, ini Angkasa, ia anak saya yang pertama.'' ucap manajer, ayah samudra membubarkan lamunan Samudra dan berkata ''Samudra, ini Angkasa anak pertama dari manajer, ia akan bekerja disini menemani sang ayah dan berjabat menjadi manajer dan fotografi pribadimu.'', Samudra yang mendengar hal itu terkejut bukan main, kali ini ia sudah mengingat siapa pemuda depannya itu, ia adalah Angkasa anak yang dicap sebagai anak yang cukup pintar disekolahnya dan ia juga adalah teman sekelasnya. ''Tidak tidak ayah, bagaimana kau bisa memperkerjakan anak seumuranku? itu terlalu dini untuknya'' ucap Samudra, Sang ayah menghela nafas panjang lalu menjawab ''ia sudah ditanyakan beberapa kali dan ia mengatakan iya, itu artinya mulai sekarang ia akan menjadi fotografi pribadimu dan manajermu sekaligus''.
Samudra yang mendengar hal itu hanya mendengus, ia seorang introvert. Ia tak suka jika ada orang yang sudah ia kenal maupun belum, mengikuti dan mengetahui secara luas pribadinya. Samudra menggelengkan kepalanya sebagai jawaban singkatnya, dan kali ini Angkasa berbicara, ''paman, jika Samudra tidak mau jangan dipaksa, yang diucapkan olehnya juga tidak salah paman. Saya masih terlalu dini untuk berkerja apalagi ini menyangkutkan kehidupan pribadinya'' jelas Angkasa. Samudra mendengarkan perkataan Angkasa dan menganggukkan kepalanya sambi bebicara 'betul' terus menerus.
Keesokkan harinya, kali ini Samudra masuk sekolah setelah ia tidak masuk sekolah selama dua hari karena pemotretan. Samudra kini sedang melihat kanan dan kiri di depan kelas, ia kemudian mencari pemuda itu. Hingga Angkasa datang dengan tas yang masih ia gendong di bahunya. ''Kenapa?'' tanya Angkasa, 'astaga, kata ayah ia akan datang dijam tujuh kurang tapi mengapa ia datang jam tujuh tepat' batin Samudra, Angkasa yang tidak suka di diamkan langsung membuyarkan lamunan Samudra dengan langsung masuk kekelasnya itu. Jam istirahat tiba.
Saat jam istirahat tiba, Samudra masih merasa terganggu oleh pertemuan dengan Angkasa dan peran barunya sebagai manajer dan fotografer pribadinya. Dia merasa cemas dan tidak siap untuk membuka kehidupan pribadinya kepada orang lain, terutama kepada teman sekelasnya. Dengan hati yang berat, Samudra mencoba mencari sudut yang tenang di sekolah untuk merenung. Namun, Angkasa menemukannya lagi dan mengajaknya untuk berbicara. "Samudra, maafkan jika saya terlalu mendadak. Saya tidak bermaksud mengganggumu," kata Angkasa dengan nada memelas.
Samudra menatap Angkasa sejenak sebelum akhirnya mengucapkan, "Aku hanya perlu waktu untuk mengaturnya semua, Angkasa. Aku tidak terbiasa dengan perubahan yang begitu cepat." Angkasa mengangguk mengerti dan menawarkan bantuan, "Jika kamu butuh waktu untuk beradaptasi, aku akan selalu ada untukmu." Saat bel masuk berbunyi, Samudra merasa lega karena bisa menghindari pembicaraan lebih lanjut. Namun, dia juga merasa lega karena memiliki teman sekelas yang bisa dia andalkan dalam situasi yang sulit seperti ini. Sampai pada akhirnya, setelah beberapa minggu berlalu, Samudra mulai merasa lebih nyaman dengan kehadiran Angkasa di sekitarnya. Mereka akhirnya menjadi tim yang solid, membantu satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan tetap menjaga privasi masing-masing.
Meskipun awalnya sulit, Samudra menyadari bahwa perubahan tidak selalu buruk. Dengan dukungan dari teman-temannya, dia berhasil mengatasi tantangan yang dihadapinya dan bahkan menjadi lebih baik dalam pekerjaannya sebagai model. Dan di akhir cerita, Samudra belajar bahwa terkadang, perubahan adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima dan dijalani dengan baik. Bersama-sama, Samudra dan Angkasa memutuskan untuk mengambil inisiatif lebih besar dalam mengembangkan karir Samudra sebagai model. Mereka mulai menjelajahi berbagai peluang baru, termasuk audisi untuk proyek-proyek yang lebih menantang dan menguntungkan.
Dengan bimbingan Angkasa, Samudra juga mulai memperluas jaringan profesionalnya, bertemu dengan desainer, fotografer, dan agen lainnya yang dapat membantu mengangkat karirnya ke tingkat berikutnya. Meskipun awalnya terasa sulit, setiap langkah kecil yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat ke arah tujuan mereka. Mereka belajar dari setiap pengalaman, baik itu keberhasilan maupun kegagalan, dan terus tumbuh dan berkembang sebagai individu dan profesional.
Dengan dedikasi, kerja keras, dan dukungan satu sama lain, Samudra dan Angkasa akhirnya mencapai kesuksesan yang mereka impikan. Samudra menjadi salah satu model paling dicari di industri, sementara Angkasa berhasil meraih kesuksesan sebagai manajer dan fotografer yang sangat dihormati. Di tengah kesibukan dan keberhasilan mereka, Samudra tidak pernah melupakan peran Angkasa dalam perjalanan karirnya. Mereka tetap saling mendukung dan menjadi sumber inspirasi satu sama lain, mengingatkan bahwa persahabatan sejati adalah salah satu hal yang paling berharga dalam hidup.
Meskipun awalnya terasa sulit, setiap langkah kecil yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat ke arah tujuan mereka. Mereka belajar dari setiap pengalaman, baik itu keberhasilan maupun kegagalan, dan terus tumbuh dan berkembang sebagai individu dan profesional. Dengan dedikasi, kerja keras, dan dukungan satu sama lain, Samudra dan Angkasa akhirnya mencapai kesuksesan yang mereka impikan. Samudra menjadi salah satu model paling dicari di industri, sementara Angkasa berhasil meraih kesuksesan sebagai manajer dan fotografer yang sangat dihormati.
Di tengah kesibukan dan keberhasilan mereka, Samudra tidak pernah melupakan peran Angkasa dalam perjalanan karirnya. Mereka tetap saling mendukung dan menjadi sumber inspirasi satu sama lain, mengingatkan bahwa persahabatan sejati adalah salah satu hal yang paling berharga dalam hidup. Dan di akhir cerita, Samudra dan Angkasa melihat kembali perjalanan mereka dengan bangga, bersyukur atas semua tantangan dan keberhasilan yang telah mereka hadapi bersama. Mereka mengingat bahwa dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tak tergoyahkan, tidak ada yang tidak mungkin dicapai.
Datang sebuah kabar yang tidak mengenakkan, yaitu kabar tentang ayah dari Angkasa telah berpulang dan kabar duka itu tidak hanya mengguncang Angkasa secara pribadi, tetapi juga seluruh agensi yang dikelola oleh ayah Samudra. Angkasa, sebagai anak pertama, merasa tanggung jawab besar untuk mengambil alih tanggung jawab ayahnya. Dengan tekad yang kuat, Angkasa memutuskan untuk melanjutkan warisan yang ditinggalkan oleh ayahnya. Meskipun kesedihan masih melingkupinya, dia mengambil langkah-langkah tegas untuk memastikan kelangsungan bisnis dan keberlangsungan agensi.
Samudra, sebagai sahabat dan rekan kerja Angkasa, memberikan dukungan sepenuh hati dalam menjalankan peran barunya sebagai pemimpin agensi. Mereka bekerja sama dengan tim untuk menjaga agar bisnis tetap berjalan lancar sambil mengatasi semua rintangan yang muncul. Meskipun berat, Angkasa dan Samudra memperjuangkan impian ayah Angkasa untuk menjadikan agensi mereka sebagai yang terbaik dalam industri. Mereka mengambil inspirasi dari semangat dan dedikasi ayah Angkasa, dan menggunakan itu sebagai pendorong untuk terus maju.
Dalam prosesnya, mereka belajar banyak tentang kepemimpinan, kerja tim, dan ketahanan dalam menghadapi cobaan. Meskipun perjalanan tidak selalu mulus, mereka tetap bersatu dan bertekad untuk mengatasi setiap rintangan yang mereka hadapi. Akhirnya, melalui kerja keras dan tekad yang tidak tergoyahkan, Angkasa dan Samudra berhasil menjaga kelangsungan agensi dan bahkan meningkatkan reputasinya di industri. Mereka menyadari bahwa dengan kerjasama dan dukungan satu sama lain, tidak ada yang tidak mungkin mereka capai. Dan di balik semua kesulitan, mereka menemukan kekuatan sejati dalam persahabatan mereka yang kokoh.
pesan moral:
Dan di akhir cerita, Samudra dan Angkasa melihat kembali perjalanan mereka dengan bangga, bersyukur atas semua tantangan dan keberhasilan yang telah mereka hadapi bersama. Mereka mengingat bahwa dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tak tergoyahkan, tidak ada yang tidak mungkin dicapai.
-qfs
cool!
ReplyDelete