Baby - Justin Bieber (Chaewon Le Sserafim and Sunwoo The Boyz)

Kim Chaewon as Theodora Khandra Camellia

Love On The Competition

Christopher Bahng As Alvino Tian Rivendra - gitaaa

Wednesday, 28 February 2024

Thank You Dad! (𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 𝗟𝗢𝗡𝗚 𝗧𝗘𝗞𝗦)

 Thank You Dad!

Jayden (Ayah) 
Sunoo as Raden 
Jungwon as Jorell 

Sang ayah tersenyum melihat kedua anak kembarnya asyik bermain dengan mainan baru yang baru saja dia belikan untuk mereka. Langkahnya pelan-pelan mendekati mereka, senyumnya tak kunjung pudar. Ketika dia mendekati, kedua anaknya menoleh dengan wajah penuh kegembiraan.

"Apa kabar, sayang-sayangku?" tanya sang ayah sambil duduk di samping mereka.
"Kami baik-baik saja, Ayah!" seru kedua anak kembar dengan suara riang.
"Suka dengan mainan barumu?" tanya sang ayah sambil menatap mainan yang tengah mereka pegang.
"Kami suka sekali, Ayah! Terima kasih banyak!" jawab mereka hampir bersamaan, sorot mata mereka penuh kebahagiaan.

Sang ayah tersenyum puas melihat reaksi kedua anaknya. Dia merasa hangat di hatinya, melihat betapa senangnya mereka dengan mainan baru tersebut.
"Jangan lupa untuk merawat mainan kalian, ya. Dan jangan main terlalu keras, nanti bisa rusak," pesan sang ayah dengan lembut.
"Kami akan merawatnya dengan baik, Ayah!" janji mereka serentak.

Sang ayah pun duduk di antara kedua anaknya, ikut bergabung dalam kegembiraan mereka. Mereka pun melanjutkan bermain bersama dengan penuh keceriaan, menciptakan momen indah yang takkan terlupakan dalam kenangan mereka.

Sang ayah, dengan tatapan penuh kasih, menatap anak kembar pertamanya yang bernama Raden. Di matanya, terpancar kehangatan dan kelembutan yang tak terbantahkan. Namun, di balik itu, tersirat juga kesedihan yang mendalam, mengingat sosok ibu yang telah tiada sejak saat melahirkan anak kembar itu.
Jayden, sang ayah, merasa seakan-akan ada suatu kekosongan yang tak tergantikan sejak kepergian ibu dari kehidupan mereka. Dia merasa duka yang mendalam setiap kali melihat Raden, mengingatkan akan sosok istri tercinta yang kini hanya tinggal dalam kenangan.

Meski begitu, Jayden berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya kepada Raden. Dia tahu betapa pentingnya untuk memberikan kasih sayang dan dukungan penuh kepada anak-anaknya, terutama pada Raden yang mungkin merasakan kehilangan dengan lebih mendalam.
Dengan penuh cinta, Jayden memeluk Raden erat-erat, mencoba mengirimkan pesan yang tak terucapkan bahwa dia selalu ada untuknya, meskipun ibu mereka telah tiada. Dia berjanji dalam hati untuk selalu menjadi sosok ayah yang baik dan mendampingi Raden serta saudara kembarnya dalam setiap langkah kehidupan mereka.

Jayden tersenyum melihat perlakuan yang tak terduga dari Jorell, sang adik kembar. Dia merasa hangat di hatinya melihat bagaimana Jorell spontan memeluknya setelah melihatnya memeluk Raden. Meskipun mungkin terkejut, Jayden merasa sangat bersyukur atas kedekatan dan kehangatan yang tercipta di antara mereka.
Dengan lembut, Jayden membalas pelukan Jorell. Dia merasakan kehadiran anak-anaknya sebagai kekuatan dan keberanian bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan tanpa kehadiran ibu mereka. Melalui pelukan itu, Jayden berharap bisa menyampaikan cinta, dukungan, dan kehadiran yang tak tergantikan dalam hidup mereka berdua.

Tatapan Jayden pun dipenuhi dengan kebanggaan dan rasa terharu. Melihat kedua anaknya saling memeluk seperti itu membuatnya menyadari betapa beruntungnya dia memiliki mereka. Meskipun kehilangan sang istri, namun kehadiran Raden dan Jorell memberinya kekuatan dan motivasi untuk terus melangkah maju sebagai seorang ayah yang baik.
Dalam diam, Jayden berdoa agar kebersamaan dan kasih sayang di antara mereka bertiga selalu terjaga, dan bahwa mereka bisa menghadapi segala rintangan dan cobaan dalam hidup dengan kekuatan dan kebersamaan yang mereka miliki.

Setelah beberapa saat berpelukan, Jayden memutuskan untuk mengajak kedua anaknya untuk duduk bersama. Mereka berdua dengan penuh antusias mengikuti permintaan sang ayah dan duduk di sampingnya.

"Dengar, nak-nak," ucap Jayden dengan suara lembut namun penuh kehangatan, "Kalian berdua adalah anugerah terbesar dalam hidup Ayah. Meskipun kita harus melewati berbagai cobaan dan kesulitan, tapi kita selalu ada satu sama lain, bukan?"Raden dan Jorell mengangguk setuju, sorot mata mereka penuh dengan kepercayaan pada ayah mereka.

"Kalian berdua adalah dua pilar kekuatan Ayah. Kita harus saling mendukung, saling mencintai, dan selalu bersama, tidak peduli apa yang terjadi," lanjut Jayden dengan penuh semangat. Kedua anaknya mendengarkan dengan serius, menggenggam erat tangan Jayden sebagai tanda persetujuan mereka atas kata-kata ayah mereka.

"Kita adalah satu keluarga yang kuat, dan bersama-sama kita bisa menghadapi segala hal. Saya sangat bangga menjadi Ayah dari kalian berdua," tambah Jayden, matanya berbinar melihat wajah-wajah kecil yang penuh cinta di depannya.Kemudian, mereka bertiga melanjutkan hari mereka dengan kebersamaan yang tak tergantikan, siap menghadapi masa depan dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala rintangan.

Saat jam makan malam..

Dengan cinta dan keahlian yang dimilikinya, Jayden berdiri di dapur untuk menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Dia memilih resep favorit keluarga dan mulai menyiapkan bahan-bahannya dengan penuh perhatian. Di sepanjang proses memasak, aroma harum mulai mengisi rumah mereka, menciptakan suasana hangat dan menyenangkan. Jayden tersenyum puas melihat panci dan peralatan memasak yang bersemangat di atas kompor.

Sementara itu, Raden dan Jorell duduk di meja makan, menunggu dengan sabar sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal yang mereka alami hari ini. Mereka berdua saling tertawa dan bercanda, membuat Jayden semakin bahagia melihat kebersamaan mereka. Setelah beberapa saat, Jayden memanggil mereka untuk makan malam. Mereka bertiga duduk di sekitar meja makan yang dipenuhi dengan hidangan lezat yang disiapkan Jayden. Mereka berdoa bersama sebelum memulai makan, mengucapkan terima kasih atas makanan dan kebersamaan yang mereka miliki.

Makan malam pun dimulai dengan penuh kebahagiaan. Mereka berbagi cerita tentang hari mereka, tertawa, dan menikmati hidangan bersama-sama. Jayden melihat betapa bahagianya kedua anaknya, dan dia merasa sangat bersyukur atas momen-momen indah seperti ini. Di tengah-tengah makan malam, Jayden tidak bisa menahan diri untuk tidak merangkul kedua anaknya, merasa penuh syukur atas keberadaan mereka dalam hidupnya. Mereka adalah segalanya baginya, dan dia berjanji untuk selalu menjadi ayah yang mendukung dan menyayangi mereka sepanjang hidupnya.

Keesokkan harinya..

Jorell sedang asik memakan es krim yang baru saja ia beli dikantin sambil berjalan melewati koridor gudang, namun ada suara yang tak mengenakkan. Ia merasakan hatinya berdebar ketika mendengar suara itu. Tanpa berpikir panjang, dia segera kesana dan melangkah menuju sumber suara. Ketika dia sampai di tempat itu, dia melihat kakaknya, Raden, berdiri di tengah-tengah beberapa siswa senior, wajahnya tampak tegang dan takut.


Tanpa ragu, Jorell melangkah mendekati mereka. "Apa yang sedang terjadi di sini?" tanyanya dengan suara mantap, meskipun dalam hatinya juga merasa khawatir. Beberapa siswa senior itu menoleh ke arah Jorell dengan tatapan kaget, sedangkan Raden mengangkat wajahnya dengan ekspresi lega melihat adiknya datang. Dia tersenyum kecil kepada Jorell, memberinya isyarat untuk tetap berada di tempatnya. Salah satu siswa senior menghela napas, "Ini urusan kami, anak kecil. Tidak ada yang perlu kamu campuri."

Jorell tidak gentar meskipun dia melihat bahwa mereka adalah senior yang lebih besar dari dirinya. "Tapi dia adalah kakakku. Aku tidak akan diam melihatnya disakiti," ujarnya dengan tegas. Raden memandang Jorell dengan penuh kebanggaan dan rasa terima kasih. Dia merasa lega karena adiknya datang untuk membantunya. Siswa senior itu melirik satu sama lain, mungkin merasa terintimidasi oleh keberanian Jorell. Akhirnya, salah satu dari mereka mengangguk, "Baiklah, kita akan biarkan dia pergi kali ini. Tapi dia harus ingat untuk tidak melawan kami."

Dengan perasaan lega, Jorell mengangguk. "Terima kasih," katanya sambil menarik lengan Raden, mengajaknya pergi dari tempat itu. Saat mereka jauh dari siswa senior tersebut, Raden menepuk bahu Jorell dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih sudah datang, Jorell. Kamu adalah adik yang luar biasa." Jorell tersenyum bangga. "Tidak perlu diucapkan terima kasih, kak. Kita saudara, dan saudara selalu ada untuk melindungi satu sama lain." Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke kelas mereka dengan perasaan lega.

Pulang sekolah..

Ketika mereka berjalan bersama menuju ruang tunggu, Jorell merasa ada beban yang mengganjal dalam hatinya. Dia ingin tahu mengapa kakaknya, Raden, dibully oleh para senior di sekolah. Dengan ragu, dia akhirnya mengeluarkan keberaniannya untuk bertanya.

"Kak, kenapa tadi kamu dibully oleh senior? Apa yang mereka mau dari kita?" tanya Jorell dengan suara lembut, tetapi penuh kekhawatiran. Raden menghentikan langkahnya sejenak, wajahnya tampak serius. Dia tahu bahwa Jorell berhak tahu kebenaran, meskipun itu mungkin membuatnya terluka. Namun, dia juga sadar bahwa Jorell adalah adiknya yang penuh kepedulian dan perhatian.

"Jorell, sebenarnya... Mereka membullyku karena mereka tahu bahwa kita tidak memiliki ibu," jawab Raden dengan suara yang bergetar sedikit Jorell terdiam sejenak, mencerna jawaban kakaknya dengan hati yang terasa berat. Dia bisa merasakan betapa sulitnya bagi Raden untuk mengungkapkan hal itu. Namun, dia juga merasa semakin bertekad untuk melindungi kakaknya.

"Kak, kamu tidak perlu khawatir. Kita mungkin tidak memiliki ibu, tapi kita memiliki satu sama lain dan Ayah. Kita adalah keluarga yang kuat, dan kita akan selalu saling melindungi," kata Jorell dengan penuh keyakinan, mencoba menghibur kakaknya. Raden tersenyum lembut mendengar kata-kata adiknya. Dia merasa lega karena memiliki Jorell sebagai saudara yang selalu ada untuknya. "Terima kasih, Jorell. Kamu selalu menjadi sumber kekuatan bagiku," ucap Raden sambil memeluk erat adiknya.

Kedua saudara itu melanjutkan langkah mereka dengan hati yang lebih ringan.

Saat mereka berjalan menuju ruang tunggu, Raden menoleh ke arah Jorell dengan senyum tipis. "Kamu ada latihan karate setelah sekolah nanti, kan?" tanyanya sambil menggandeng tangan adiknya. Jorell menggelengkan kepalanya. "Tidak, kak. Saya pikir saya akan pulang langsung." Raden mengangguk memahami, lalu bergantian bertanya, "Kamu punya les setelah sekolah, Jorell?" Jorell menggeleng, "Tidak, kak. Aku juga tidak punya les hari ini." Mereka berdua lalu hampir secara bersamaan menoleh ke arah sang ayah yang duduk di kursi ruang tunggu, senyum terpampang di wajah mereka.

Mereka berdua serentak berlari kecil kearah sang ayah yang sibuk menoleh kanan dan kiri artinya ia mencari keberadaan kedua pangeran kecilnya itu. Tiba tiba sang ayah kaget dengan kehadiran kedua putranya itu tak lupa kedua putranya itu bercucuran keringat dan nafas yang memburu. "Dengar, Ayah," kata Raden dengan penuh semangat, "Apakah kita bisa pulang bersama dan menghabiskan waktu bersama setelah sekolah?"

Jorell segera menambahkan, "Kami ingin menghabiskan waktu bersama-sama dengan Ayah. Kita bisa bermain bersama atau pergi jalan-jalan." Sang ayah, Jayden, tersenyum bahagia mendengar permintaan anak-anaknya. "Tentu saja, sayang-sayangku. Saya sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama kalian berdua," jawabnya sambil bangkit dari kursinya.

Kemudian, mereka bertiga melanjutkan perjalanan pulang dengan hati yang penuh kegembiraan, siap untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama-sama. Sesaat kemudian mereka masih memikirkan akan kemana.

Beberapa Menit Kemudian..

Setelah berunding sejenak, mereka memutuskan untuk pergi ke tempat makanan cepat saji yang menjadi favorit mereka. Dengan langkah ceria, Jayden menggandeng tangan kedua anaknya saat mereka berjalan menuju restoran tersebut.

Sesampainya di tempat makanan cepat saji, aroma makanan yang menggugah selera menyambut mereka. Mereka berdua melihat menu dengan antusias, berdiskusi tentang makanan apa yang ingin mereka nikmati hari ini.

"Jorell ingin burger dan kentang goreng!" seru Jorell dengan semangat.

"Raden juga mau burger, tapi tambahkan es krim sebagai pencuci mulut!" tambah Raden dengan senyum cerah.

Jayden tersenyum melihat kegembiraan anak-anaknya. "Baiklah, burger dan kentang goreng untuk kalian berdua, dan es krim sebagai penutupnya," jawabnya dengan senyum. Mereka menempati sebuah meja di restoran tersebut dan segera memesan makanan yang mereka inginkan. Saat menunggu pesanan mereka datang, mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal yang terjadi selama hari itu, tertawa dan berbagi cerita.

Ketika pesanan mereka tiba, mereka menikmati makanan mereka dengan lahap. Suasana di meja mereka penuh dengan tawa dan keceriaan, membuat mereka merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama-sama. Setelah mereka selesai makan, mereka berdua duduk sejenak sambil menikmati kehangatan dan kebersamaan. Jayden merasa begitu bersyukur atas momen indah ini bersama anak-anaknya.

Setelah itu, mereka bersama-sama meninggalkan restoran, memulai perjalanan pulang sambil berbagi tawa dan cerita.

Malam tiba..

Malam itu, setelah kembali ke rumah dari perjalanan mereka, Jayden dan kedua anaknya, Raden dan Jorell, menghabiskan waktu bersama dalam kedamaian dan kebersamaan. Mereka duduk bersama di ruang tamu, sambil menonton film favorit mereka atau bermain beberapa permainan papan yang mereka sukai. Suasana yang hangat dan akrab mengisi rumah mereka, dihiasi dengan tawa dan cerita dari hari itu.

Saat malam semakin larut, mereka memutuskan untuk beristirahat. Sebelum tidur, Jayden membacakan cerita kepada kedua anaknya seperti yang biasa dia lakukan setiap malam. Mereka berdua mendengarkan dengan penuh antusias, tersenyum di bawah cahaya lembut lampu tidur. Setelah cerita selesai, Jayden menyalakan lampu tidur kecil di samping tempat tidur mereka dan memberikan pelukan hangat sebelum mematikan lampu. Mereka tertidur dengan damai, dalam kehangatan dan cinta dari sang ayah.

Jayden mengamatinya sejenak, tersenyum melihat wajah damai kedua anaknya saat mereka terlelap dalam tidur. Dia merasa begitu bersyukur memiliki mereka dalam hidupnya, dan berjanji untuk selalu menjadi ayah yang hadir dan mencintai mereka sepenuh hati. Setelah memastikan bahwa kedua anaknya tidur nyenyak, Jayden juga mempersiapkan diri untuk beristirahat. Dia berharap bahwa esok hari akan membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi keluarganya, dan bersyukur atas semua berkah yang telah diberikan kepadanya. Dalam keheningan malam, rumah mereka dipenuhi dengan damai dan ketenangan, sebagai tempat di mana cinta dan kasih sayang selalu ada.

Tiga Tahun Kemudian.. Tahun berjalan dengan cepat, tidak ada yang dapat menyadari sekarang, bahwa kedua putra dari Jayden telah menjadi remaja yang baru saja memasuki masa pubertas mereka.

Tiga tahun telah berlalu sejak malam itu. Kini, Raden dan Jorell telah tumbuh menjadi remaja yang tangguh dan penuh semangat, memasuki masa pubertas mereka dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh dan pikiran mereka. Mereka berdua telah menemukan minat dan bakat mereka masing-masing. Raden menunjukkan ketertarikan pada musik dan seni visual, sementara Jorell menonjol dalam olahraga, terutama sepak bola dan karate. Meskipun memiliki minat yang berbeda, kedua saudara kembar ini tetap dekat dan saling mendukung satu sama lain.

Jayden dengan bangga menyaksikan perkembangan dan pertumbuhan kedua anaknya. Dia berusaha untuk tetap menjadi ayah yang hadir dan mendukung mereka dalam setiap langkah perjalanan hidup mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah mengalami berbagai tantangan dan kebahagiaan bersama. Ada tawa dan tangis, suka dan duka, namun satu hal yang tetap tak berubah: cinta dan kebersamaan yang mengikat keluarga mereka.

Saat mereka memasuki masa remaja, Jayden berjanji untuk terus menjadi pendamping dan tempat perlindungan bagi Raden dan Jorell. Dia berharap agar mereka berdua selalu mampu menghadapi setiap rintangan dengan keberanian dan keteguhan hati, sambil tetap menjaga nilai-nilai keluarga yang telah diajarkan kepadanya. Kini, di depan mereka terbentang masa depan yang penuh dengan potensi dan harapan. Dengan cinta dan dukungan dari Jayden, serta kekuatan persaudaraan yang mereka miliki, mereka siap untuk menghadapi segala tantangan dan mengejar impian mereka dengan penuh semangat.

Acara Penerimaan Siswa Baru Disekolah..

Suasana di sekolah begitu ceria pada hari Penerimaan Siswa Baru. Segenap siswa dan staf sekolah bersemangat menyambut kedatangan calon siswa baru beserta orang tua mereka. Di ruang serbaguna, panggung telah disiapkan untuk acara sambutan.

Kepala Sekolah, Ibu Amanda, berdiri di panggung dengan senyuman ramah. Dia menyambut semua tamu dengan hangat dan memberikan sambutan yang penuh semangat. "Selamat datang kepada semua calon siswa baru dan orang tua yang hadir hari ini! Kami sangat senang bisa menyambut kalian semua di sekolah kami," ucap Ibu Amanda dengan suara yang penuh kegembiraan.

Setelah sambutan dari kepala sekolah, ada presentasi singkat yang memperkenalkan sekolah kepada calon siswa dan orang tua mereka. Mereka diberikan informasi tentang kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, fasilitas sekolah, dan nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah tersebut. Selanjutnya, ada sesi tanya jawab di mana orang tua dan calon siswa bisa bertanya tentang segala hal yang mereka ingin ketahui tentang sekolah. Staf sekolah dengan ramah menjawab setiap pertanyaan dengan rinci, membantu para tamu merasa lebih percaya diri dalam memilih sekolah untuk anak mereka.

Setelah acara resmi selesai, para calon siswa dan orang tua mereka diajak untuk tur keliling sekolah. Mereka diajak mengunjungi ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas lainnya. Staf dan guru sekolah siap memberikan penjelasan lebih lanjut dan menjawab pertanyaan selama tur tersebut. Di akhir acara, para tamu diberikan informasi mengenai proses pendaftaran dan langkah-langkah selanjutnya. Mereka diberikan brosur dan formulir pendaftaran sebagai panduan.

Semua acara berjalan dengan lancar dan penuh antusiasme. Para calon siswa dan orang tua mereka meninggalkan sekolah dengan senyuman di wajah, merasa lebih yakin dan terkesan dengan sekolah yang mereka kunjungi. Acara Penerimaan Siswa Baru di sekolah tersebut dianggap sebagai kesuksesan yang besar, dan semua orang merasa optimis tentang masa depan yang cerah bagi siswa baru yang akan bergabung dengan komunitas sekolah mereka.

Setelah Acara Selesai..

Dengan senyuman hangat, Jayden mendekati kedua putranya setelah acara Penerimaan Siswa Baru berakhir. Dia ingin mendengar pendapat mereka tentang kemungkinan untuk memasukkan mereka ke sekolah tersebut.

"Raden, Jorell, ada sesuatu yang ingin Ayah tanyakan padamu," ucap Jayden dengan penuh kelembutan. "Apakah kalian berdua setuju jika Ayah memasukkan kalian ke sekolah ini?" Raden dan Jorell saling bertatapan sebelum melihat kembali ke arah ayah mereka. Wajah mereka penuh dengan ekspresi campuran antara kegembiraan dan kekhawatiran.

"Kami sangat senang dengan sekolah ini, Ayah," ujar Raden dengan suara yang penuh kepastian. "Fasilitasnya bagus, kurikulumnya menarik, dan suasana sekolahnya sangat ramah." Jorell menambahkan dengan cepat, "Iya, Ayah. Dan aku mendengar dari para senior-senior bahwa guru-gurunya sangat mendukung dan penuh semangat dalam mengajar. Aku pikir akan menyenangkan menjadi bagian dari sekolah ini."

Mendengar tanggapan positif dari kedua putranya, Jayden merasa lega. Dia merasa bahagia bahwa mereka berdua juga merasa nyaman dan antusias dengan sekolah tersebut. "Baiklah, kalau begitu. Jika kalian berdua setuju, Ayah akan segera mengurus pendaftaran kalian ke sekolah ini," jawab Jayden sambil tersenyum. "Saya yakin kalian akan memiliki pengalaman yang luar biasa di sini."

Kedua putra Jayden tersenyum lebar, penuh antusias. Mereka merasa senang dan siap untuk memulai petualangan baru di sekolah tersebut. Dengan keputusan yang sudah diambil, mereka berdua merasa semakin dekat dengan masa depan yang cerah di sekolah baru mereka.

Beberapa Minggu Setelah Penerimaan Siswa Baru..

(pov Raden)

Di dalam kelas yang baru, suasana penuh dengan kegembiraan dan kecanggungan. Raden berdiri di depan teman sekelasnya, menghadapi momen yang menegangkan namun juga mendebarkan saat dia akan memperkenalkan dirinya di depan mereka.

"Dia adalah Raden," kata guru kelas sambil memperkenalkan Raden kepada teman-teman sekelasnya. "Dia adalah siswa baru kita. Mari kita berikan sambutan hangat padanya." Raden tersenyum, merasa sedikit gugup namun juga bersemangat. "Halo semuanya, saya Raden," ucapnya dengan suara yang berusaha tetap tenang. "Saya senang bisa bergabung dengan kalian di kelas ini. Saya suka musik dan seni, dan saya berharap bisa menjadi teman baik bagi kalian semua."

Teman-teman sekelasnya memberikan sambutan hangat kepada Raden, menghiburnya dengan senyum dan sapaan ramah. Beberapa di antara mereka mengajaknya duduk bersama atau mengajaknya bermain selama istirahat. Raden merasa lega melihat respons positif dari teman-teman barunya. Dia mulai merasa lebih nyaman dan percaya diri di kelas yang baru ini.

Sementara itu, Jorell juga berada di kelasnya sendiri, mengalami momen yang serupa dengan Raden. Dia juga sedang memperkenalkan dirinya di depan teman-teman sekelasnya dan guru kelasnya.

(pov Jorell)

Jorell merasa canggung dan tidak nyaman saat memperkenalkan dirinya di depan teman sekelas dan guru kelasnya di sekolah baru. Namun, yang membuatnya lebih merasa terpukul adalah tanggapan yang kurang ramah dari sebagian teman sekelasnya.

Ketika Jorell selesai memperkenalkan diri, terdapat keheningan yang agak tidak nyaman di kelas. Beberapa teman sekelasnya tampak tidak terlalu tertarik atau bahkan acuh terhadapnya. Beberapa di antaranya bahkan mengerutkan kening atau bertukar pandang dengan ekspresi yang kurang ramah. Merasa sedikit kecewa dan terpukul, Jorell berusaha untuk tetap tegar. Dia mencoba untuk tersenyum dan berpura-pura seolah-olah situasi tersebut tidak mempengaruhi dirinya, meskipun di dalam hatinya merasa sedikit tersinggung dan terluka.

Guru kelas mencoba untuk mendorong suasana yang lebih positif dengan memberikan pujian pada Jorell atas keberanian yang ditunjukkannya dalam memperkenalkan diri. Namun, suasana di kelas masih terasa sedikit kaku dan dingin. Meskipun demikian, Jorell berjanji dalam hati untuk tetap berusaha membuka diri dan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya. Dia tahu bahwa mungkin butuh waktu bagi beberapa orang untuk menerima kehadirannya, dan dia berharap bahwa dengan sikap yang ramah dan kesabaran, dia akan bisa mendapatkan tempat di hati mereka.

Di tengah tantangan dan kekecewaannya, Jorell mengumpulkan kekuatan dan tekad untuk tetap optimis. Dia bertekad untuk tidak menyerah dan untuk terus berjuang mencari teman-teman sejati di sekolah barunya, meskipun awalnya mungkin sulit.

Saat Jam Istirahat..

Pada jam istirahat, suasana di sekolah mulai hidup kembali dengan keceriaan dan kegembiraan. Meskipun Jorell merasa sedikit tertekan oleh pengalaman kurang menyenangkan di kelas, dia berusaha untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu momen istirahatnya.

Jorell memilih untuk pergi ke lapangan sekolah, tempat dimana beberapa siswa berkumpul untuk bermain sepak bola. Meskipun awalnya dia merasa ragu-ragu apakah akan diterima oleh kelompok tersebut, dia memutuskan untuk mencoba bergabung. Dengan langkah mantap, Jorell mendekati kelompok anak-anak yang sedang bermain sepak bola. Dia tersenyum ramah dan bertanya apakah bisa bergabung dengan permainan mereka. Meskipun awalnya ada sedikit keheningan, namun beberapa dari mereka akhirnya memberikan respon positif dan mengizinkannya bergabung. Jorell segera merasa nyaman bermain bersama mereka. Dia menunjukkan bakatnya dalam permainan sepak bola dan mulai membangun hubungan yang lebih baik dengan teman-teman barunya. Ketika mereka beristirahat sejenak di pinggir lapangan, mereka mulai berbicara dan tertawa bersama, menghilangkan kecanggungan yang ada sebelumnya.

Di tempat lain, Raden memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan sekolah. Baginya, perpustakaan adalah tempat yang nyaman dan tenang, tempat dia bisa merenung atau membaca buku-buku favoritnya. Dia duduk di sudut perpustakaan dengan buku di tangannya, tenggelam dalam dunia cerita yang mengasyikkan. Beberapa teman sekelasnya yang juga gemar membaca bergabung dengannya, dan mereka mulai berdiskusi tentang buku-buku yang mereka sukai. Raden merasa senang bisa berbagi minatnya dengan teman-teman sekelasnya, dan dia merasa lega menemukan teman-teman yang memiliki minat yang sama.

Sementara Raden menikmati kedamaian di perpustakaan, dan Jorell menikmati kebersamaan di lapangan sepak bola, mereka berdua menemukan cara mereka sendiri untuk mengatasi tantangan dan menikmati momen istirahat mereka di sekolah baru mereka. Dengan semangat yang kuat dan tekad yang teguh, mereka siap menghadapi sisa hari di sekolah dengan optimisme dan keberanian.

Pulangnya..

Saat Raden dan Jorell berjalan pulang bersama, kehangatan sore mulai menyelimuti jalan mereka. Namun, tiba-tiba, langkah mereka terhenti ketika mereka dihadang oleh seorang anak yang terlihat tidak senang, salah satu dari teman sekelas Jorell yang sebelumnya menunjukkan ketidakramahannya. Anak itu, dengan tatapan yang tajam, menatap Jorell dengan pandangan yang penuh dengan ketidakpuasan. "Hei, kamu!" serunya, mengacuhkan keberadaan Raden.

Jorell memandang anak itu dengan hati-hati, merasakan adanya ketegangan di udara. "Ya?" jawabnya, mencoba untuk tetap tenang. "Kamu tidak diperbolehkan berada di sini!" ucap anak itu dengan suara yang tegas. "Kamu bukan bagian dari kami, jadi lebih baik pergi dan jangan ganggu kami lagi!" Raden menggenggam tangan Jorell dengan erat, menunjukkan dukungannya. Namun, dia tidak ikut campur dalam pertengkaran tersebut, membiarkan Jorell menangani situasi ini sendiri. Jorell mencoba menjelaskan dengan tenang, "Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin pulang bersama dengan saudara saya."

Namun, anak tersebut tidak terpengaruh. Dia tetap keras kepala, menolak untuk membiarkan Jorell melewati jalannya. Situasi menjadi semakin tegang, dan kekhawatiran mulai muncul di benak Raden dan Jorell. Di tengah ketegangan yang memuncak, Jorell mencoba untuk menemukan solusi yang baik. "Baiklah, kami tidak ingin menyulitkanmu. Kami akan mencari jalur lain untuk pulang," ujarnya dengan suara rendah. Meskipun merasa tidak adil, Raden dan Jorell memutuskan untuk menghindari konflik lebih lanjut. Mereka berbalik dan mencari jalur alternatif untuk pulang, meninggalkan anak itu di tempatnya.

Meskipun mereka dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan, mereka memilih untuk menjaga ketenangan dan menyelesaikan masalah dengan bijaksana. Dengan hati yang berat, mereka melanjutkan perjalanan pulang, berharap bahwa suatu hari nanti mereka akan bisa menemukan cara untuk menjembatani kesenjangan dan membangun hubungan yang lebih baik dengan teman-teman sekelasnya. 

Beberapa menit kemudian..

Setelah insiden di sekolah, Raden dan Jorell memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke alamat kantor sang ayah. Meskipun mereka awalnya berencana pulang ke rumah, mereka memahami bahwa ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengan ayah mereka. Dengan langkah mantap, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke kantor sang ayah, meskipun perasaan penasaran dan kekhawatiran tetap menghantui pikiran mereka. Mereka berharap bahwa ayah mereka bisa memberikan jawaban atau dukungan terhadap situasi yang mereka alami di sekolah.

Ketika mereka sampai di kantor sang ayah, suasana hati mereka campur aduk. Mereka mengetuk pintu dengan hati yang berdebar-debar, menunggu dengan harapan agar ayah mereka membuka pintu dan menyambut mereka dengan senyuman. Pintu terbuka, dan Jayden tersenyum melihat kedua anaknya. Namun, dia bisa melihat dari ekspresi mereka bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran mereka.

"Duduklah, anak-anak," ucap Jayden dengan suara yang lembut, menunjukkan kursi di depan mejanya. Raden dan Jorell duduk dengan tegang, tidak sabar untuk menyelesaikan apa yang mereka ingin sampaikan kepada ayah mereka. "Ada apa?" tanya Jayden dengan penuh perhatian. "Kenapa kalian memilih untuk datang ke kantorku, bukannya langsung pulang ke rumah?"

Jorell memberanikan diri untuk mulai bicara. "Ayah, kami ingin berbicara tentang sesuatu yang terjadi di sekolah hari ini." Mereka berdua bercerita kepada ayah mereka tentang insiden di sekolah, bagaimana Jorell dihentikan oleh anak yang tidak menyukainya, dan bagaimana mereka memutuskan untuk pulang ke kantor ayah untuk mencari dukungan dan saran darinya.

Jayden mendengarkan dengan serius, ekspresi wajahnya berubah antara kekhawatiran dan kemarahan. Namun, dia tetap tenang dan mendengarkan sampai mereka selesai bercerita. Setelah mendengarkan cerita mereka, Jayden memberikan pelukan hangat kepada kedua anaknya. "Terima kasih telah datang kepadaku, anak-anak. Ayah akan mencoba menyelesaikan masalah ini," ucapnya dengan suara yang penuh kasih sayang. Raden dan Jorell merasa lega mendapat dukungan dari ayah mereka.

Ayah dari kedua anak kembar itu tentu saja tidak diam saja, ia langsung saja memberitahukan pada kepala sekolah untuk membimbing anak anak yang telah disebutkan oleh Jorell, agar anak itu menjadi lebih baik dan masa depannya tidak terputus karena sifat buruknya itu. Sedangkan Raden ia bercerita banyak pada ayahnya, namun ia masih ragu untuk menceritakan tentang kejadian yang sama saat disekolah dasar. Jorell selalu ingin menceritakannya pada ayah namun selalu saja gagal karena sang kakak. Walau begitu, Jorell maupun Raden mulai saat itu mulai menjaga satu sama lain dan tidak lupa untuk lebih saling terbuka agar mereka dapat memahami masalah satu sama lainnya.


Beberapa Tahun kemudian.. Kabar buruk menimpa keluarga cemara itu, sang ayah Jayden, sedang dalam masa koma karena kecelakaan yang terjadi padanya. Tentu saja, Raden dan Jorell sangat terkejut dengan berita yang menimpa meraka tiba-tiba. Setiap hari bila salah satu dari mereka tidak ada urusan disekolah mereka akan menyempatkan diri kerumah sakit untuk menemani atau hanya sekedar menjenguk untuk mengetahui keadaan sang ayah.


Selalu setia menunggu untuk sang ayah bangun dari tidur lamanya itu, namun Tuhan berkata sebaliknya. Mereka harus mengiklaskan sang ayah untuk pergi selama-lamanya. Tentu, mana ada anak yang sanggup untuk cepat mengiklaskan kepergian satu-satunya orang yang paling dicintainya itu. Raden terus menyemangati sang adik yang selalu menangis melihat foto keluarganya. Kadang, Raden menangis dalam diam, ia tak ingin adiknya ikut menangis lebih keras bila melihat sang kakak menangis.


Waktu berjalan terus-menerus, meninggalkan rasa duka yang telah menyelimuti anak anak itu. Sekarang mereka dihadapkan dengan ujian kelulusan Sekolah Menengah Akhir. Jorell berasil meraih ranking tiga dikelasnya, dan Raden meraih ranking dua dikelasnya. Mereka berjalan, lalu duduk didepan makam sang ayah dan ibu. Raden tersenyum pada foto yang terpajang disitu, rasanya waktu berputar kembali, melihatkan dan memaparkan kenyamanan yang ada dirumah dengan keluarga yang masih sama dan utuh. Jorell melihat sang kakak yang mulai meneteskan air matanya, ia merangkul dari samping sang kakak dan berkata ''jangan menangis lagi kak, ayah dan ibu senang melihat kita dari langit, jangan terus menyudutkan diri dengan menangis diam-diam lagi. Aku tak menyukai hal itu.'' Raden menatap adiknya, ia menganggukkan kepalanya bertanda bahwa ia setuju dengan tuturan adiknya ''benar, seharusnya aku tidak bersedih. Walau mereka telah berpulang, tetapi kita harus tetap tabah dengan menjalankan kehidupan ini'' jawab Raden.


'Last letter from dad to father's fav twins..'

Kepada Raden dan Jorell,

Ketika kalian membuka surat ini, aku mungkin sudah tidak lagi berada di sisi kalian dalam bentuk fisik. Namun, ayah percaya bahwa cinta dan pesan-pesan moral yang aku sampaikan akan tetap hidup di dalam hati dan pikiran kalian selamanya.

Anak-anakku yang terkasih, aku ingin kalian tahu bahwa kalian adalah cahaya dalam hidupku. Kalian adalah kebanggaanku, dan ayah bersyukur setiap hari atas keberadaan kalian di dunia ini. Kalian adalah anugerah terbesar yang pernah aku miliki, dan aku mencintai kalian lebih dari apapun di dunia ini.

Kehidupan sering kali penuh dengan ujian dan tantangan. Ayah telah berusaha untuk menjadi teladan yang baik bagi kalian, dan aku berharap kalian akan mengingat nilai-nilai dan pelajaran yang aku ajarkan kepada kalian. Ingatlah untuk selalu berpegang pada kejujuran, integritas, dan kerja keras. Jangan pernah ragu untuk mengejar impian kalian, meskipun jalan menuju kesuksesan mungkin terlihat sulit.

Yang paling penting, jagalah satu sama lain. Kalian adalah saudara, teman, dan mitra dalam perjalanan hidup ini. Dukunglah dan cintailah satu sama lain dengan sepenuh hati, karena hubungan kalian adalah salah satu harta terbesar yang kalian miliki.

Saat ayah menulis surat ini, aku merasa damai karena aku tahu bahwa kalian akan tetap bersatu dan menjaga satu sama lain, bahkan ketika aku tidak lagi berada di sini. Teruslah jalani hidup dengan penuh keberanian, keteguhan, dan kasih sayang. Ayah selalu akan ada di hati dan pikiran kalian, dan aku akan selalu mengawasi kalian dari tempat yang lebih baik.

Tetaplah menjadi orang yang baik, jadilah penerus yang bangga, dan jangan pernah lupakan bahwa kalian adalah anugerah yang berharga bagi dunia ini.

Terima kasih atas segala cinta, kebahagiaan, dan kenangan yang telah kalian bagi bersama denganku. Aku mencintai kalian selamanya.

Dengan cinta yang tak terhingga,


Ayah


Pesan moral yang dapat dipetik;;

Keberanian, ketabahan, dan kasih sayang dalam keluarga adalah pondasi yang kuat untuk menghadapi segala rintangan hidup. Meskipun kita harus menghadapi kehilangan yang menyakitkan, cinta dan dukungan dari keluarga selalu akan membimbing kita melalui masa-masa sulit dan menginspirasi kita untuk menjadi yang terbaik dalam hidup.





-qfs

Tuesday, 27 February 2024

About Our Friendship (𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 𝗟𝗢𝗡𝗚 𝗧𝗘𝗞𝗦)

 About Our Friendship.

Hiduplah empat sesosok manusia yang sudah selalu bersama dari lahir, mereka adalah sahabat yang tidak bisa dipisahkan apapun itu. Mereka selalu bersama, menghargai dan menghormati satu sama lain. Kala ada yang butuh bantuan mereka selalu berusaha untuk membantu walau hanya bisa membantu sebisanya namun itu sudah cukup bagi mereka. Bagaimana kelanjutan cerita panjang ini? simak terusss

Yang paling tua, bernama Hakasa, ia tampan, kapten basket dan cukup pintar untuk ukuran seperti itu. 


Yang tua kedua ialah Sakara, ia biasa disebut pangeran dingin sebab ia selalu memberikan wajah datar nan dinginnya itu, dibalik wajahnya yang seperti itu ia sangat ramah dan baik. 


Anak ketiga adalah James, ia blasteran Amerika, ia adalah anak yang cukup freak ketimbang yang lainnya, ia adalah anak kesayangan semua orang. 


Jangan lupakan yang paling buncit adalah Jakandra, ia anak bungsu didalam keluarganya dan persahabatannya. Dipersahabatan mereka, selalu Jakandra yang dijadikan bayi, ia sangat pintar namun malas dan ia adalah anak kesayangan siswa/i disana. Kelanjutannya bagaimana?


(boleh diskip)
Hakasa pov
Awal mula kelahiran Hakasa menjadi momen yang sangat istimewa bagi keluarga mereka. Sebagai anak tertua dalam keluarga, kelahirannya sangat dinanti-nantikan dan disambut dengan sukacita yang besar.

Ketika Hari Kelahiran Hakasa tiba, langit cerah dan penuh dengan keceriaan seolah-olah alam semesta ikut merayakan kedatangan Hakasa. Di rumah sakit, keluarga Hakasa bersama dengan teman-teman dekat mereka menunggu dengan penuh antusiasme dan harapan akan kabar gembira dari ruang persalinan.

Setelah proses persalinan yang panjang namun lancar, bayi yang diberi nama Hakasa lahir dengan selamat ke dunia ini. Senyum bahagia merekah di wajah orang tua dan juga saudara-saudaranya yang lebih tua, menyambut kedatangan Hakasa dengan cinta dan kebahagiaan yang tiada tara. Tatapan matanya yang cerdas dan kehadirannya yang penuh pesona segera menjadi fokus perhatian di keluarga mereka.

Sakara pov

Ketika Sakara lahir, itu adalah momen yang membawa kebahagiaan dan kegembiraan tak terkatakan bagi keluarga mereka. Kelahirannya memberikan sinar baru dalam kehidupan mereka dan menjadi titik awal dari kisah yang penuh kebaikan dan kehangatan.

Pada hari yang penuh harapan itu, keluarga dan teman-teman terdekat berkumpul di sekitar rumah sakit dengan hati yang penuh dengan doa dan antusiasme. Mereka menunggu dengan penuh harap akan kabar gembira dari ruang persalinan.

Ketika Sakara akhirnya lahir, langit tampaknya memberikan sambutan yang istimewa dengan sinar matahari yang hangat dan langit yang cerah. Senyum bahagia merekah di wajah orang tua dan saudara-saudaranya yang lebih tua, menyambut kedatangan Sang Pangeran baru dengan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Sakara memiliki pesona yang memukau sejak lahir, dengan tatapan mata yang dalam dan wajah yang dipenuhi dengan kedamaian.

James pov
Lahirnya James adalah momen yang membawa kegembiraan dan kebahagiaan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sejak awal kehamilan, keluarga telah merencanakan kedatangan sang bayi dengan penuh cinta dan harapan.

Pada hari yang ditunggu-tunggu, suasana di sekitar rumah sakit dipenuhi dengan antusiasme dan keceriaan. Orang tua James, beserta keluarga dan teman-teman terdekat, menunggu dengan penuh harap akan berita gembira dari ruang persalinan.

Ketika James akhirnya lahir, langit tampak lebih cerah dan cahaya matahari menyinari hari itu dengan hangat. Senyum bahagia terpancar di wajah orang tua yang penuh cinta saat mereka menyambut kedatangan buah hati mereka ke dunia ini. James memiliki pesona yang memikat sejak lahir, dengan tatapan mata yang penuh kecerdasan dan kehangatan.

Jakandra pov
Awal mula kelahiran Jakandra menjadi momen yang istimewa bagi keluarga dan juga teman-temannya. Meskipun ia adalah anak bungsu, kedatangannya ke dunia ini sangat dinantikan dan disambut dengan sukacita oleh semua orang yang mengenal keluarga malaikat kecil itu.

Ketika Jakandra lahir, langit di kota mereka terlihat cerah dan sinar matahari bersinar terang, seolah-olah alam juga ikut merayakan kelahirannya. Di rumah sakit, orang tua Jakandra, bersama dengan Hakasa, Sakara, dan James, menantikan kabar gembira tentang kelahiran adik baru mereka dengan harapan dan kegembiraan yang tak terkatakan.

Setelah proses persalinan yang berjalan lancar, bayi mungil yang diberi nama Jakandra lahir ke dunia ini dengan selamat. Senyum bahagia terpancar dari wajah orang tua dan saudara-saudaranya saat mereka melihat wajah malaikat kecil itu untuk pertama kalinya. Jakandra memiliki tatapan mata yang cerdas, seolah-olah membawa cahaya dan keceriaan bagi siapa pun yang melihatnya.

Inti Cerita..

Sejak dini, Hakasa telah menunjukkan bakatnya dalam berbagai aktivitas fisik. Dia adalah bintang di lapangan, menjadi pusat perhatian dengan keterampilannya dalam bermain bola dan kemampuannya dalam memimpin permainan. Namun, di samping itu, Hakasa juga rajin belajar dan memiliki kepemimpinan yang alami di antara teman-temannya. 

Sedangkan Sakara, ia sering dianggap sebagai anak yang tenang dan dingin, menemukan kenyamanan dalam hubungan sosial di sekolah dasar. Meskipun pada awalnya mungkin terlihat tertutup, dia dengan cepat mencairkan suasana dengan sikap ramah dan perhatiannya terhadap teman-temannya. Dia adalah sosok yang bijaksana bahkan di usia muda, sering menjadi penengah saat ada perselisihan di antara anak-anak lainnya.

Disisi lain ,James dengan sifatnya yang eksentrik dan keceriaan yang menular, menjadi favorit di antara anak-anak lainnya. Dia adalah anak yang penuh dengan ide kreatif dan kegiatan menyenangkan. James dengan mudah membawa keceriaan ke dalam setiap aktivitas dan menjadi sumber inspirasi bagi teman-temannya untuk berani mencoba hal-hal baru.

Meskipun Jakandra dianggap sebagai "bayi" dalam pertemanan mereka, Jakandra dengan cepat membuktikan bahwa dia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Dia dengan cermat menangkap konsep-konsep baru dan sering kali menjadi pahlawan di antara teman-temannya ketika mereka menghadapi tantangan dalam permainan atau belajar bersama. Meskipun kadang-kadang malas, Jakandra selalu menemukan cara untuk memberikan kontribusi yang berharga dalam kegiatan kelompok mereka.

Kini mereka telah memasuki sekolah menengah pertama, selalu ada ujian diantara mereka, seperti selalu terpisah karena perbedaan pendapat atau apapun. Mereka selalu bersama bak lumut liar yang dibiarkan tumbuh seiringnya waktu. Dihari yang sama mereka tidak ada kata maaf atau apa, namun mereka secara alami langsung dapat bermain bersama kembali dan melupakan hal yang sebelumnya menjadi penghalang mereka.

Waktu berjalan terus menerus dan waktu tidak dapat memisahkan persahabatan mereka, kali ini mereka berada dirumah si bule yaitu James. Jakandra dan Hakasa asik bermain PlayStation lima. Sedangkan si Sakara, ia sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian yang akan menimpa mereka esok. Jangan tanyakan James, ia sedang sibuk tertidur dikasur yang empuk itu. Seseorang membuka pintu kamar James dan mengajak keempat anak-anak itu untuk turun dan makan malam disana, rencananya sih ketiga anak itu ingin menginap dirumah James namun orang tua dari Hakasa menolaknya karena Hakasa harus sering latihan basketnya untuk tanding antar sekolahnya itu.

Hari berlalu, dan tibalah hari ujian keempat. Meskipun mereka memiliki persaingan dan perbedaan pendapat di antara mereka, tetapi persahabatan mereka tetap tak tergoyahkan. Pagi itu, Hakasa, Sakara, James, dan Jakandra berkumpul di depan gerbang sekolah, siap untuk menghadapi ujian yang menantang.

Saat mereka duduk di dalam kelas ujian, keempat anak itu saling memberikan senyuman semangat satu sama lain. Meskipun mereka bersaing dalam prestasi akademik, mereka juga saling mendukung dan menghargai usaha masing-masing.

Selama ujian berlangsung, Sakara tampak fokus pada soal-soalnya, mencatat setiap detail dengan teliti. Hakasa, meskipun sering kali terlihat santai, juga memberikan yang terbaik dalam menjawab setiap pertanyaan. James, dengan keunikan dan keceriaannya, tetap tenang dan percaya diri dalam menghadapi ujian tersebut. Sementara Jakandra, dengan kecerdasannya yang luar biasa, dengan cepat menyelesaikan setiap soal dengan cermat.

Setelah ujian selesai, keempat anak itu berkumpul di luar ruangan dengan senyum lega. Meskipun mereka mungkin memiliki perbedaan dan ujian di antara mereka, namun persahabatan mereka tetap tidak tergoyahkan. Mereka saling memberikan tepuk tangan dan ucapan selamat satu sama lain, merayakan pencapaian bersama mereka dalam menghadapi ujian.

Setelah itu, mereka kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan lega dan puas atas usaha mereka. Meskipun besok adalah hari yang baru dengan tantangan baru, mereka tahu bahwa dengan persahabatan dan dukungan satu sama lain, mereka dapat menghadapi segala sesuatu dengan percaya diri dan semangat yang tinggi.

Setelah hari ujian yang melelahkan, kini tiba saatnya untuk menghadapi tantangan baru: pertandingan basket antar sekolah. Hakasa, yang merupakan kapten tim basket sekolah, merasa tegang namun juga penuh semangat menjelang pertandingan.

Sekolah mereka telah bersiap-siap untuk menghadapi pertandingan besar ini. Lapangan basket dipersiapkan dengan baik, dengan penonton yang mulai berdatangan untuk memberikan dukungan kepada tim mereka. Di sisi lapangan, Hakasa bersama dengan rekan-rekannya berlatih pemanasan dan taktik terakhir mereka. Para ketiga sahabat Hakasa menyemangatinya hingga seluruh itensi yang berada dilapangan tertuju padanya semua, Hakasa hanya dapat menahan malu melihat mereka terlalu semangat menyorakinya.

Sebagai pemimpin tim, Hakasa memberikan instruksi kepada teman-temannya dengan penuh semangat. Dia mengingatkan mereka untuk tetap fokus dan bekerja sama sebagai tim, meskipun mereka mungkin menghadapi lawan yang tangguh. Sakara, yang biasanya tenang, memberikan dukungan kepada teman-temannya dengan kata-kata yang bijaksana, menginspirasi semangat bertarung di dalam diri mereka.

Dan pertandinganpun dimulai...

Ketika peluit pertandingan berkumandang, keempat pangeran itu bersatu sebagai satu tim, bekerja keras untuk mencapai kemenangan. Mereka saling mendukung dan melindungi satu sama lain di lapangan, menunjukkan semangat persaudaraan yang kuat.

Meskipun pertandingan berjalan dengan ketat, namun dengan kerja keras dan kerjasama tim yang solid, tim basket sekolah mereka berhasil meraih kemenangan. Sorak-sorai kegembiraan memenuhi lapangan saat peluit akhir berkumandang, dan Hakasa serta rekan-rekannya merayakan kemenangan mereka dengan bangga.

Setelah pertandingan, di tengah sorak-sorai kemenangan, mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat pada Hakasa. Kemenangan ini tidak hanya merupakan hasil dari keterampilan individu, tetapi juga semangat persaudaraan dan doa yang mereka miliki.

Dengan penuh kebahagiaan, mereka meninggalkan lapangan basket, menyadari bahwa persahabatan mereka tidak hanya bertahan dalam kebahagiaan, tetapi juga di tengah tantangan dan kemenangan. Mereka tahu bahwa bersama-sama, tidak ada yang tidak mungkin untuk mereka capai.

''Hakaa!'' teriak nada tinggi khas dari Jakandra, ia lari kearah Hakasa dan memeluknya erat. ''Tadi pertandingan sengit banget, aku sampai tidak bisa menelan air yang kuminum'' seru Jakandra, dibelakang Jakandra ada Sakara yang membawa tas dan minuman milik Jakandra. James mendekati Hakasa dan memberikan air dingin padanya, ''tadi keren banget! aku suka pas kakak lay up, itu omg keren banget!'' jujur saja Sakara sedikit merinding mendengarkan tuturan James namun apa buat jika itu adalah habitnya, ''bangga aku sama Hakasa, tidak kusangka, yang dulu masih cengeng tiba tiba bisa jadi kapten dan menggiring bola dengan sangat tampan dan modelis.'' kata-kata yang lumayan membuat Hakasa kikuk dan merinding. ''Makasih ya, buat dukungan dan doa kalian bertiga, senang bisa membuat kalian senang hanya lewat pertandingan yang bisa kumenangkan ini'' bangga Hakasa.

Bulan lalu sebelum pertandingannya diadakan, Sakara mengatakan akan membelikan Hakasa mainan terbaru dari Toy Story jika ia bisa memenangkan pertandingan basket dengan cuma-cuma. Sedangkan James, ia mengatakan akan meneraktir Hakasa makanan bintang lima jika yang paling tua itu memenangkan pertandingannya. Bagaimana dengan Jakandra? ia tak mau ikut seperti itu, taku bila duitnya akan habis jika yang lebih tua memenangkan pertandingan itu walau Jakandra sudah bisa menebak bahwa Hakasa tidak mungkin tidak membawa piala dan piagam dari pertandingannya itu.

Hari itu, setelah pertandingan selesai dan kebahagiaan masih mengalir, Jakandra, Sakara, dan James memberikan pujian dan ucapan selamat kepada Hakasa atas kemenangannya. Mereka merasa bangga melihat teman mereka berhasil mencapai prestasi besar sebagai kapten tim basket sekolah.

Setelah Jakandra memberikan pelukannya, ia menarik perhatian teman-temannya dengan cerita lucu dan kekonyolannya yang khas. Sakara dengan bijaksana membantu membawa perlengkapan Jakandra dan James memberikan bantuan dengan penuh semangat. Setiap kata pujian dan dukungan dari teman-temannya membuat Hakasa merasa sangat dihargai dan dicintai.

Sementara itu, ketika Jakandra mengungkapkan ketidakikutsertaannya dalam taruhan, Hakasa tersenyum dan merasa lega. Meskipun Sakara dan James menawarkan imbalan yang menarik sebagai dorongan motivasi, Hakasa tahu bahwa persahabatan mereka tidak tergantung pada taruhan atau hadiah material.

Mereka semua tahu bahwa persahabatan mereka jauh lebih berharga daripada hadiah apa pun. Sebagai gantinya, Jakandra, Sakara, dan James menawarkan dukungan, kebahagiaan, dan persahabatan yang tulus kepada Hakasa, yang pada akhirnya adalah hadiah terbesar bagi mereka semua.

Dengan senyum di wajah mereka dan kebahagiaan di hati mereka, keempat pangeran itu melanjutkan perjalanan mereka bersama-sama, melewati segala lika-liku kehidupan dengan kebersamaan dan cinta yang tak tergoyahkan. Persahabatan mereka adalah sebuah harta yang tak ternilai, dan mereka tahu bahwa tak ada ujian atau tantangan yang tidak dapat mereka atasi bersama-sama.

James hanya sibuk meneliti buku menu yang berada tepat didepannya itu lalu bertanya pada Hakasa, ''mau memesan apa?'', Jakandra menjawab ''biasanya sih kita kalo makan sama menunya, kenapa bertanya secara personal padanya? kenapa tidak bertanya padaku dan Sakara juga?'' omel Jakandra. Tuhan, kadang James kewalahan dengan omelan yang telah dikeluarkan oleh Jakandra hingga pernah James kesal dengan Jakandra, lalu mencubitnya hingga merah. ''Hari ini khusus untuk Hakasa, kamu tidak diajak, jangan sok iya'' dengus James, batin Jakandra udah mengeluarkan seluruh hewan yang berada dikebun binatang dan menyumpahi James. Akhirnya Sakara membuka suara, ''aku dan Jakandra makan ayam bagian paha saja, dan Hakasa mungkin dibelikan bagian dada'' ucapnya dan tidak lupa matanya yang terlihat seperti menyudutkan sibungsu.

Setelah pemesanan selesai, mereka menunggu dengan sabar di meja sambil menikmati suasana restoran yang tenang. Meskipun ada ketegangan kecil di antara mereka karena insiden sebelumnya, namun mereka semua tahu bahwa persahabatan mereka lebih kuat daripada perselisihan kecil tersebut.

Ketika makanan mereka tiba, aroma harum dari hidangan ayam membuat perut mereka bergelora. Mereka duduk di sekitar meja, menikmati makan malam mereka dengan penuh selera. Sambil menikmati hidangan, percakapan pun mengalir dengan lancar di antara mereka.

Hakasa, dengan kepemimpinannya yang alami, mencoba meredakan ketegangan di antara teman-temannya. Dia menyelipkan lelucon-lelucon kecil dan cerita-cerita lucu untuk membuat suasana menjadi lebih ringan. Sakara, dengan bijaksana seperti biasanya, mencoba menjadi mediator di antara mereka, menyoroti kesamaan daripada perbedaan mereka. James, meskipun terkadang impulsif, juga menunjukkan sisi pedulinya dengan bertanya-tanya tentang keadaan Jakandra setelah insiden sebelumnya. Dia berusaha memperbaiki hubungan mereka dengan candaan dan keceriaannya yang khas.

Sementara Jakandra, meskipun masih merasa kesal dengan James, akhirnya memilih untuk memaafkan dan melupakan insiden tersebut. Dia tidak ingin masalah kecil mengganggu kebersamaan mereka, terutama di saat-saat seperti ini saat mereka menikmati makan malam bersama. Seiring dengan berjalannya waktu dan bersama-sama menikmati hidangan mereka, suasana menjadi semakin menyenangkan. Mereka tertawa, bercanda, dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka. Persahabatan mereka, yang telah bertahan melalui berbagai ujian dan tantangan, semakin kuat dan erat.

Ketika mereka selesai makan, mereka meninggalkan restoran dengan perasaan kenyang dan bahagia. Meskipun mungkin ada cekcok kecil di antara mereka, namun pada akhirnya, persahabatan mereka tetap tidak tergoyahkan. Mereka tahu bahwa tidak ada yang dapat menggantikan ikatan yang mereka miliki, dan mereka siap menghadapi segala hal bersama-sama, baik dalam suka maupun duka.

Keesokkan harinya..

Di hari berikutnya, keberhasilan Hakasa dalam memenangkan kejuaraan bola basket sekolah menjadi pembicaraan hangat di koridor sekolah. Berita tentang prestasinya menyebar dengan cepat, dan semakin banyak orang yang mengagumi bakat dan dedikasi Hakasa dalam olahraga.

Ketika Hakasa tiba di sekolah, ia disambut dengan sorakan dan tepuk tangan oleh teman-temannya. Dia menjadi pusat perhatian, tetapi tidak sekadar karena prestasinya dalam basket, tetapi juga karena sifatnya yang rendah hati dan ramah kepada semua orang.

Sementara itu, di kelas, Jakandra, Sakara, dan James dengan bangga mendengarkan cerita Hakasa tentang kemenangan mereka dalam pertandingan. Mereka merasa bahagia melihat teman mereka mencapai kesuksesan dan memberikan dukungan penuh kepadanya.

Namun, di tengah kegembiraan tersebut, Jakandra tetap merasa kecil hati dengan insiden sebelumnya. Meskipun dia telah memaafkan James, namun perasaan itu masih terpendam di dalam hatinya. Dia merasa sedikit diabaikan dan tidak dihargai, terutama ketika teman-temannya lebih fokus pada prestasi Hakasa.

Sakara, mencoba untuk membawa kedamaian di antara mereka. Dia menunjukkan penghargaan kepada Hakasa atas prestasinya, tetapi juga mencoba untuk memberikan perhatian kepada Jakandra agar tidak merasa diabaikan. James, yang mungkin tidak menyadari perasaan Jakandra, tetap memberikan dukungan dan kebanggaannya kepada Hakasa dengan penuh semangat. Baginya, keberhasilan teman mereka adalah keberhasilan bagi semua orang dalam kelompok mereka.

Di akhir hari, meskipun ada ketegangan kecil di antara mereka, namun keempat pangeran itu kembali bersama-sama dengan rasa persaudaraan yang kuat. Mereka menyadari bahwa setiap dari mereka memiliki peran dan keunikan masing-masing dalam kelompok itu, dan bahwa keberhasilan satu di antara mereka adalah keberhasilan bagi semua.

Dengan demikian, mereka melanjutkan hari mereka dengan kebersamaan dan harapan untuk masa depan yang cerah, bersama-sama menghadapi segala rintangan dan merayakan setiap pencapaian satu sama lain, seperti yang seharusnya dilakukan oleh persahabatan yang sejati.

Jakandra masih saja bergelut dengan rasa tidak enakkan pada James, ia sering menunduk dan tidak seceria biasanya. Saat Jakandra izin untuk pergi ketoilet, yang ditinggal oleh Jakandra membincangkan dirinya mengapa ia lebih murung dan lebih diam dari biasanya. Sakara akhirnya turun tangan dan mendatangin Jakandra. Sakara sangat paham sifat Jakandra karena memang mereka berdua jauh lebih dekat ketimbang dengan lainnya. Kini Sakara berada di rooftop sekolahannya, ia paham betul jika Jakandra dalam situasi seperti ini ia akan berlari ke rooftop sekolahannya. ''Jangan selalu seperti itu.'' ucap Sakara tiba tiba pada Jakandra, Jakandra yang mendengarkan itu langsung menoleh kearah belakang, Sakara mulai mendekati Jakandra dan diam disebelahnya persis. Jakandra hanya menunduk, ia merasa minder dan malu akan perbuatannya itu, Sakara langsung merangkul Jakandra mengisyaratkan untuk semangat.

Di sisi James dan Hakasa, mereka merasa sedikit kebingungan melihat perubahan sikap Jakandra hari ini. Meskipun mereka menyadari bahwa ada ketegangan antara Jakandra dan James, namun mereka tidak tahu persis apa penyebabnya.

Hakasa, sebagai sosok yang peduli dan peka terhadap perasaan teman-temannya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan Jakandra. Dia menyadari bahwa Jakandra sering kali menjadi lebih murung dan tidak ceria seperti biasanya. Hakasa merasa khawatir dan ingin membantu Jakandra merasa lebih baik.

James, meskipun kadang-kadang impulsif, juga merasa prihatin melihat perubahan sikap Jakandra. Dia tidak suka melihat temannya sedih atau murung, dan dia ingin tahu apa yang bisa dilakukannya untuk membantu.

Mereka berdua memutuskan untuk berbicara dengan Jakandra secara langsung setelah sekolah selesai. Mereka mencari Jakandra di sekitar sekolah, dan akhirnya menemukannya di rooftop bersama Sakara.

"Sudahkah kalian bicara dengan Jakandra?" tanya Sakara saat melihat mereka berdua. Hakasa mengangguk, "Belum, tapi kami akan melakukannya sekarang." James menambahkan, "Kami harus mencari tahu apa yang terjadi dengan Jakandra dan bagaimana kami bisa membantunya." Mereka berdua kemudian mendekati Jakandra yang duduk bersama Sakara di tepi rooftop. Mereka bisa melihat ekspresi sedih di wajah Jakandra, dan itu membuat mereka semakin bertekad untuk membantu teman mereka. "Dengar, Jakandra," kata Hakasa dengan lembut, "kami ingin tahu apa yang sedang terjadi denganmu. Kami peduli padamu dan kami siap membantu jika kamu butuhkan." James menambahkan, "Kamu tahu bahwa kamu bisa mengandalkan kami, kan? Jangan ragu untuk berbagi jika ada yang mengganggumu."

Jakandra mengangguk, terharu oleh perhatian dan kepedulian teman-temannya. Dengan sedikit ragu, ia mulai menceritakan perasaannya kepada mereka, membuka diri tentang apa yang sedang ia hadapi. Dan di saat itulah, keempat pangeran itu menyadari bahwa persahabatan mereka adalah tempat yang aman di mana mereka saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, dalam suka dan duka.

pulangnya...
(pov Jakandra & Sakara)

Sakara dan Jakandra berjalan bersama-sama ke depan sekolah, bercerita dan tertawa-tawa sepanjang jalan. Mereka berdua memiliki hubungan yang erat, dan saat ini mereka menikmati momen bersama setelah sekolah. Tiba di depan sekolah, mereka berdua memutuskan untuk membeli makanan untuk ekskul nanti. Mereka berhenti di warung makan favorit mereka, tempat yang mereka sering kunjungi setelah sekolah.

"Sudah tahu mau pesan apa?" tanya Sakara sambil tersenyum pada Jakandra. Jakandra menggelengkan kepala, "Belum, aku masih bingung. Kamu mau pesan apa?" Sakara memikirkan pesanannya sebentar, lalu menjawab, "Aku akan pesan nasi goreng spesial. Bagaimana denganmu?" Jakandra berpikir sebentar, lalu mengangguk, "Baiklah, aku akan memesan mie goreng. Terima kasih sudah bertanya." Mereka memesan makanan mereka dan menunggu dengan sabar sambil mengobrol tentang rencana ekskul mereka nanti. Setelah makanan mereka siap, Sakara dan Jakandra membayar dan membawa pesanan mereka pulang ke sekolah.

Ketika mereka tiba kembali di sekolah, ekskul mereka sudah hampir dimulai. Mereka memberikan makanan kepada teman-teman mereka, yang merasa senang dan bersyukur karena sudah ada makanan untuk membuat mereka kenyang dan fokus dalam kegiatan ekskul. Saat mereka duduk bersama-sama dan menikmati makanan, suasana menjadi semakin hangat dan penuh kebersamaan. Sakara dan Jakandra merasa bahagia bisa berkontribusi dalam membuat teman-teman mereka merasa nyaman dan terpenuhi. Dengan senyum di wajah mereka, Sakara dan Jakandra bergabung dengan teman-teman mereka dalam ekskul, siap untuk menjalani waktu yang menyenangkan dan bermanfaat bersama-sama. Mereka tahu bahwa dalam persahabatan dan kerjasama, mereka dapat mencapai banyak hal yang luar biasa.

Meskipun telah mereka berusaha keras untuk menjalankan ekskul dengan baik, namun berbagai kendala datang menghampiri. Ekskul mereka tidak berjalan lancar seperti yang mereka harapkan. Beberapa masalah muncul, dan suasana ekskul menjadi tegang. Sakara dan Jakandra merasa kecewa dan sedikit putus asa menghadapi situasi ini. Mereka merasa bertanggung jawab sebagai pengurus ekskul untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan menyenangkan bagi semua anggota ekskul.

Namun, sebagai pemimpin yang tangguh, mereka tidak menyerah begitu saja. Mereka sadar bahwa dalam setiap masalah, ada peluang untuk belajar dan tumbuh. Sakara dan Jakandra berdua mengumpulkan anggota ekskul untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama. Dengan komunikasi yang terbuka dan kerja sama tim yang kuat, mereka akhirnya berhasil mengatasi masalah-masalah yang muncul. Mereka menemukan cara untuk meningkatkan koordinasi dan efisiensi dalam menjalankan kegiatan ekskul, serta mengatasi konflik yang timbul di antara anggota.

Meskipun menghadapi rintangan yang besar, Sakara dan Jakandra bersama anggota ekskul lainnya bersatu padu untuk menghadapinya. Mereka belajar dari pengalaman ini dan memperkuat ikatan persahabatan mereka dalam prosesnya. Pada akhirnya, meskipun ekskul tidak berjalan sesuai rencana, namun mereka merasa bangga dengan kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan bersama-sama. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya mereka secara pribadi, tetapi juga memperkuat hubungan persaudaraan di antara mereka. Dengan semangat yang baru dan tekad yang kuat, Sakara, Jakandra, dan anggota ekskul lainnya siap untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan penuh keyakinan dan optimisme. Mereka yakin bahwa dengan kerja keras dan kerjasama tim, mereka dapat menghadapi segala rintangan dan meraih kesuksesan di masa depan.

Disisi lain.. 
(pov Hakasa)

Saat Hakasa tengah fokus pada latihan basketnya, tiba-tiba dia mendengar seseorang memanggil namanya. Dia memalingkan kepalanya dan melihat James berdiri di pinggir lapangan, dengan senyuman cerah di wajahnya. "Hakasa!" seru James dengan antusias. "Bisakah aku bergabung dengan latihanmu sebentar? Aku ingin mencoba beberapa lemparan juga." Hakasa tersenyum melihat temannya yang penuh semangat itu. "Tentu saja, James! Ayo, ikutlah!" Mereka berdua kemudian bersiap-siap untuk melanjutkan latihan bersama-sama. Hakasa memberikan bola basket kepada James, yang dengan antusias segera mulai mencoba melemparkan bola ke dalam ring.

Selama latihan, Hakasa memberikan panduan dan tips kepada James tentang teknik dasar basket. Mereka berdua saling memberikan dukungan dan semangat satu sama lain, menciptakan atmosfer yang penuh semangat dan positif di lapangan. Setelah latihan selesai, mereka berdua duduk bersama di pinggir lapangan sambil minum air. James tampak gembira dan berterima kasih kepada Hakasa atas kesempatan untuk bergabung dalam latihan.

"Terima kasih banyak, Hakasa," ucap James dengan tulus. "Aku belajar banyak darimu hari ini. Siapa tahu, mungkin suatu hari aku juga bisa menjadi sebagus dan sekuat kamu dalam bermain basket." Hakasa tersenyum, merasa bangga melihat semangat belajar dan dedikasi James. "Tentu saja, James! Kita bisa berlatih bersama lagi lain waktu. Bersama-sama, kita bisa mencapai impian kita dalam bermain basket."

Mereka berdua kemudian melanjutkan percakapan mereka, saling berbagi cerita dan pengalaman tentang basket. Persahabatan mereka semakin kuat, tidak hanya di luar lapangan basket, tetapi juga di dalamnya. Dengan semangat yang tinggi dan dukungan satu sama lain, mereka siap untuk menghadapi tantangan apa pun yang mungkin datang di masa depan.

beberapa menit kemudian..

Ketika Jakandra dan Sakara tiba di lapangan basket, mereka melihat Hakasa dan James sedang duduk bersama di pinggir lapangan, tertawa dan bercanda setelah selesai latihan. Mereka berdua mendekati teman-teman mereka dengan senyum di wajah mereka. "Hai, teman-teman!" sapa Jakandra dengan riang. "Apa kabar?" Sakara menambahkan dengan senyum, "Terlihat kalian berdua sedang menikmati waktu latihan basket." Hakasa dan James menyambut kedatangan Jakandra dan Sakara dengan senyum. "Hai, Jakandra! Hai, Sakara!" sapa mereka berdua hampir bersamaan. "Kamu tahu, Jakandra," kata Hakasa sambil tertawa, "James tadi mencoba beberapa lemparan dan dia lumayan bagus, lho!" James mengangguk setuju. "Ya, aku beruntung bisa mendapatkan panduan dari Hakasa. Dia guru yang baik!"

Semua tertawa bersama, menikmati kehangatan dan kebersamaan di antara mereka. Mereka duduk bersama di pinggir lapangan, berbagi cerita dan pengalaman tentang apa yang terjadi selama latihan. "Sungguh menyenangkan melihat kalian berempat bisa berkumpul seperti ini," kata Sakara dengan senyum. "Ini adalah momen yang berharga bagi persahabatan kita." "Benar sekali," sahut Jakandra setuju. "Kita harus lebih sering melakukan hal-hal seperti ini."

Dengan senyum dan tawa, keempat sahabat itu melanjutkan perbincangan mereka, menikmati momen berharga bersama di lapangan basket. Mereka merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti Hakasa, James, dan Sakara, yang selalu ada untuk saling mendukung dan menghibur satu sama lain. Dalam kehangatan persahabatan mereka, mereka merasa bahwa tidak ada yang tidak mungkin.

Waktu terus berjalan hingga tak terasa mereka sudah berada di Sekolah Menengah Akhir. Dan hari itu adalah hari kelulusan mereka..

Saat mereka berada di acara kelulusan SMA, keempat sahabat itu duduk bersama-sama di barisan terdepan. Mereka memancarkan aura kebahagiaan dan kebanggaan saat menyaksikan teman-teman seangkatannya menerima ijazah kelulusan mereka.

Saat nama mereka dipanggil, mereka satu per satu naik ke panggung untuk menerima ijazah kelulusan mereka. Applaus dan sorakan bergema di ruangan saat mereka melangkah maju. Jakandra, Sakara, Hakasa, dan James merasa bangga atas pencapaian mereka dan berbagi momen bahagia itu bersama-sama.

Setelah acara kelulusan selesai, mereka berkumpul di luar gedung sekolah, di bawah sinar matahari yang hangat. Mereka tertawa, berbicara, dan berbagi kenangan tentang perjalanan mereka selama SMA. "Siapa yang akan merindukan waktu-waktu seperti ini?" tanya Jakandra, tersenyum lebar. "Aku pasti akan merindukannya," kata Sakara sambil menggelengkan kepala. "Kita telah mengalami begitu banyak hal bersama-sama." Hakasa mengangguk setuju, "Kita sudah melalui begitu banyak suka dan duka, tapi kita selalu saling mendukung satu sama lain." James menambahkan, "Kalian semua adalah keluarga bagiku. Aku tidak akan pernah melupakan momen-momen yang kita bagi bersama."

Mereka berempat saling berpelukan, merangkul persahabatan mereka yang telah menguat selama bertahun-tahun. Mereka tahu bahwa meskipun akan berpisah untuk melanjutkan kehidupan mereka masing-masing, tetapi persahabatan mereka akan tetap abadi. Dengan hati yang penuh harap dan semangat yang tinggi, mereka bersiap untuk memasuki babak baru dalam hidup mereka. Meskipun mungkin jalan mereka akan terpisah, tetapi mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan selalu ada, membimbing mereka melalui segala rintangan dan kebahagiaan yang mungkin datang di masa depan. Dengan saling memberikan dukungan, canda, dan cinta, mereka siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang dalam perjalanan hidup mereka.

Mereka berempat serentak setelah kelulusan langsung mencari kampus, namun kabar tak mengenakkan tiba diantara mereka.

Setelah James memberitahu Jakandra, Sakara, dan Hakasa bahwa dia akan kembali ke Amerika untuk melanjutkan kuliah disana, mereka semua merasa sedih dan terkejut. Mereka tidak bisa membayangkan kehidupan tanpa kehadiran James di sekitar mereka.

James menjelaskan bahwa orang tuanya dipanggil kembali ke Amerika karena pekerjaan, dan mereka memutuskan untuk membawa James bersama mereka. Meskipun James awalnya merasa sedih harus meninggalkan teman-teman dan kehidupan di Indonesia, namun dia juga melihat kesempatan ini sebagai langkah yang penting untuk mengembangkan dirinya dan mengejar impian akademisnya. Jakandra, Sakara, dan Hakasa merasa sedih mendengar kabar tersebut, tetapi mereka juga merasa bangga dan mendukung keputusan James. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan yang penting bagi James untuk mengejar pendidikannya di luar negeri dan mengejar impian masa depannya.

Setelah berdiskusi lebih lanjut, mereka semua setuju bahwa meskipun jarak geografis akan memisahkan mereka, persahabatan mereka akan tetap abadi. Mereka berjanji untuk tetap saling mendukung dan menjaga hubungan mereka tetap kuat, meskipun berada di belahan dunia yang berbeda. Sebagai tanda perpisahan, mereka menghabiskan waktu bersama-sama untuk menciptakan kenangan terakhir sebelum James berangkat ke Amerika. Mereka mengucapkan selamat tinggal dengan penuh canda dan tawa, tetapi juga dengan hati yang penuh haru.

Dengan saling memberikan dukungan dan cinta, mereka berempat melepas James saat dia memulai perjalanan barunya ke Amerika. Meskipun mereka akan merindukan kehadirannya, mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan tetap kuat, tidak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan mereka.

Hari keberangkatan James ke Amerika..
Di hari keberangkatan James, emosi mengalir begitu kuat di antara Jakandra, Hakasa, Sakara, dan James. Mereka berkumpul di bandara, dikelilingi oleh suasananya yang penuh haru dan terasa berat.

Jakandra memberikan bingkisan untuk perjalanan panjang James dan kedua orang tuanya. Di dalamnya terdapat beberapa buku, mungkin untuk menghiburnya selama perjalanan, dan beberapa surat dari teman-teman dan keluarga, memberikan kata-kata semangat dan dukungan untuk masa depannya di Amerika.

Hakasa membawa kotak bekal yang berisikan makanan favorit James dan kedua orang tuanya. Di dalamnya ada makanan yang mereka sukai dan mungkin juga beberapa camilan untuk dinikmati selama perjalanan. Hal ini menunjukkan perhatian Hakasa terhadap kesejahteraan James dan keluarganya selama perjalanan mereka.

Sementara itu, Sakara membawa barang-barang yang berhubungan dengan persahabatan mereka. Mungkin beberapa foto kenangan, mainan kecil, atau barang-barang lain yang memiliki makna khusus bagi mereka. Sakara ingin memastikan bahwa James tidak akan melupakan persahabatan mereka dan bahwa mereka akan selalu ada di hatinya, meskipun jarak memisahkan mereka.

Saat waktunya tiba untuk berpisah, mereka semua saling berpelukan dengan erat, penuh dengan cinta dan dukungan. Mereka tahu bahwa meskipun James akan berada jauh darinya, tetapi persahabatan mereka akan tetap kuat dan abadi. "Sampai jumpa, James," ucap Jakandra dengan suara terguncang oleh emosi. "Jaga dirimu di sana, ya? Kami akan merindukanmu." Hakasa menambahkan dengan senyum hangat, "Ingatlah selalu bahwa kami ada di sini untukmu. Jangan ragu untuk menghubungi kami jika kamu membutuhkan sesuatu." Sakara tersenyum lembut, "Kami akan selalu menjadi sahabatmu, di mana pun kamu berada. Sampai jumpa, James."

Dengan hati yang penuh dengan kenangan dan cinta, James mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya dan memasuki pintu keberangkatan menuju petualangan barunya di Amerika. Meskipun terpisah oleh jarak, tetapi persahabatan mereka akan tetap kuat, mengikat mereka bersama dalam ikatan yang tak terputuskan.

Tahun ketiga, James telah pergi ke Amerika dan meniggalkan Hakasa, Sakara, dan Jakandra disini. Entah mengapa sejak James pergi dan mereka memulai hidup baru dengan menjadi mahasiswa, mereka mulai sedikit berkomunikasi dan canggung. Dan sebagai adik didalam persahabatannya Jakandra, mengajak kedua sahabatnya untuk bertemu dan bila ada pekerjaan kuliah bisa dikerjakan saat bersama. Dan Jakandra tak mungkin melupakan James disana, ia memberitahu nya lalu mengajaknya untuk vidiocall agar dapat berbincang lebih lanjut.

Dicafe..

Jakandra, Hakasa, dan Sakara berkumpul di sebuah kafe dekat kampus mereka melalui obrolan daring. Mereka merasa sedih karena keberangkatan James ke Amerika, tetapi juga ingin memberikan dukungan dan cinta kepada sahabat mereka yang sedang menjalani perjalanan baru.

"Hey, teman-teman," Jakandra mengetik di obrolan grup. "Apa kabar kalian? Aku rindu bertemu kalian." Hakasa menanggapi, "Hai, Jakandra! Sedang merindukan kalian juga. Bagaimana perasaan kalian tentang keberangkatan James?" Sakara juga ikut berbicara, "Aku merasa sedih, tetapi juga bangga padanya. Kami harus memberikan dukungan dan cinta kepada James di saat dia memulai petualangan barunya." Jakandra mengangguk setuju. "Benar sekali. Itu sebabnya aku mengajak kalian ke kafe dekat kampus. Saya pikir kita bisa menghabiskan waktu bersama dan mengingat kenangan indah bersama James sebelum dia berangkat." Hakasa menyetujui usulan Jakandra. "Ide bagus. Aku akan segera menuju sana."

Sementara itu, Jakandra mengirim pesan kepada James di Amerika. "Hey, James! Kami sedang berkumpul di kafe dekat kampus. Bisakah kita melakukan vidiocall sebentar? Kami merindukanmu!" Beberapa saat kemudian, James merespons dengan senang hati. Mereka berempat kemudian melakukan panggilan video, dan wajah James muncul di layar, menghadirkan senyum cerah di wajah mereka.

Mereka berbicara dan tertawa bersama-sama, mengenang kenangan indah mereka bersama James. Mereka juga berbagi harapan dan impian untuk masa depan, berjanji untuk tetap saling mendukung dan menjaga hubungan persahabatan mereka tetap kuat meskipun berada di belahan dunia yang berbeda. Setelah panggilan video selesai, Jakandra, Hakasa, dan Sakara berkumpul di kafe, saling berbagi cerita dan canda tawa. Meskipun ada rasa sedih karena kepergian James, namun kebersamaan mereka memberikan ketenangan dan kekuatan satu sama lain di masa-masa yang sulit. Dengan cinta dan dukungan, mereka siap untuk menghadapi masa depan dan menjaga persahabatan mereka tetap abadi.


Skripsi telah tiba diantara mereka berempat, mereka terlalu pusing memikirkan skripsi yang panjang. Namun tanpa pikir panjang Hakasa memiliki ide yang bagus, untuk mengajak Jakandra dan Sakara untuk berlibur ke Korea tak lupa ia memberitahukan pada James tapi James datang tanpa sepengetahuan dua manusia yang lengket bak lem itu.

Setibanya di Korea, mereka merasakan kegembiraan yang luar biasa. Mereka menjelajahi tempat-tempat wisata terkenal, mencicipi makanan lezat, dan menikmati keindahan alam yang menakjubkan bersama-sama. Setiap momen yang mereka bagikan di Korea penuh dengan tawa, kebahagiaan, dan kenangan yang tak terlupakan.

Suatu hari, ketika mereka sedang menikmati pemandangan indah di Bukchon Hanok Village, tiba-tiba mereka melihat seseorang yang sangat dikenal. Itu adalah James, sahabat mereka yang telah kembali dari Amerika. Mereka bertemu dengan senyum yang besar di wajah mereka, saling berpelukan dengan hangat. Rasa bahagia dan kegembiraan meliputi mereka semua, merayakan kesempatan langka untuk berkumpul kembali setelah sekian lama terpisah.

Mereka menghabiskan sisa liburan mereka di Korea bersama-sama, menciptakan kenangan baru yang akan mereka simpan selamanya. Saat mereka duduk di tepi Sungai Han di malam hari, mereka merasa bersyukur atas persahabatan yang kuat dan kenangan yang mereka bagikan.

Setelah liburan mereka berakhir, mereka kembali ke kehidupan mereka masing-masing dengan hati yang penuh dengan cinta, persahabatan yang tak tergoyahkan, dan kenangan indah dari liburan yang tak terlupakan di Korea. Meskipun mungkin ada jarak yang memisahkan mereka, namun mereka tahu bahwa persahabatan mereka akan tetap abadi dan mereka akan selalu saling mendukung satu sama lain, di setiap langkah hidup mereka.

Message of the story;;
1. Nilai yang dapat diambil yaitu Kekuatan dan Pentingnya persahabatan. Kita harus saling mendukung satu sama lain dalam segala situasi apapun itu, baik dalam senang maupun duka. Mereka menghadapi tantangan bersama-sama dan menemukan kekuatan dalam persatuan mereka.
2. Dukungan dan Keterlibatan. Ketika salah satu dari mereka menghadapi tantangan atau kepergian, yang lainnya selalu ada di sana untuk memberikan dukungan. Mereka saling mendukung dalam perjalanan hidup masing-masing, menunjukkan betapa pentingnya memiliki teman-teman yang peduli satu sama lain.
3. Pentingnya Menciptakan Kenangan. Mereka membuat kenangan yang tak terlupakan bersama-sama, baik dalam senang maupun duka.
4. Walau mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu, mereka masih menyadari betapa pentingnya persahabatan antara mereka itu. Dan tidak boleh memanfaatkan teman dalam kondisi apapun namun harus dihargai dan dihormati agar hubungan yang terjalin dapat berjalan lama dan baik.

-qfs





Monday, 26 February 2024

Rekomendasi Tempat Wisata Di Kota Malang

1. Wisata Ngalam


Batu Night Spectacular (BNS) adalah sebuah lokawisata yang berada di Kota Batu, Jawa Timur. BNS hanya beroperasi pada malam hari. BNS menggabungkan konsep pusat perbelanjaan, permainan, olahraga, dan hiburan di dalamnya.





Jawa Timur Park 2 adalah wahana wisata yang mengusung konsep taman bermain dan edukasi pengenalan tentang dunia hewan dan alam liar yang dikombinasikan dengan sebuah bangunan hotel bintang di batu dengan model bangunannya layaknya pohon besar yang di namakan hotel pohon inn batu




Malang Smart Arena adalah Sport Playzone Indoor terbesar di Malang. Semua usia bisa main. Buka setiap hari: 09.00-17.00. Tiket All In  Weekday 90K dan Weekend 110K




Fenomena Berpacaran

 


Fenomena berpacaran di sekolah menengah pertama (SMP) cukup umum dan sering menjadi perhatian. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor faktor seperti perubahan hormonal remaja, eksplorasi identitas diri, pengaruh teman sebaya, dan juga pengaruh media sosial. Namun, penting untuk memastikan bahwa hubungan tersebut berjalan dengan sehat dan tidak mengganggu proses belajar - mengajar serta perkembangan pribadi siswa.

Berpacaran memiliki dampak positif dan negatif, berikut dampaknya.                                         Dampak Positif : 1. Pembelajaran Sosial: Berpacaran dapat membantu remaja memahami dinamika hubungan interpersonal dan memperoleh keterampilan komunikasi yang baik.
2. Dukungan emosional : Pasangan dapat saling memberikan dukungan emosional satu sama lain dalam menghadapi tantangan dan stress di sekolah atau dalam kehidupan pribadi.

Dampak Negatif : 1. Gangguan akademis: Fokus pada hubungan dapat mengganggu konsentrasi pada pelajaranm dan kinerja akademis.
2. Risiko kesehatan mental: Hubungan yang tidak sehat atau mengalami putus cinta bisa meningkatkan risiko stres, kecemasan, atau depresi pada remaja.


sumber : chatgpt
-gret