''Jungwon,'' seru seseorang yang bername tag Jay. ''Ya?'' seseorang yang baru saja disebut Jungwon itu menoleh, Jay mendekati Jungwon dan ia langsung duduk disamping Jungwon dan berseru, ''Kamu tau tidak? kasus yang baru saja booming disekolah?'' seru Jay. Jungwon nampak tak terlalu mempedulikannya dan ia tetap sibuk dengan lukisan yang ia gambar di kanvas putih itu.
Jay merasa sedikit frustrasi melihat ketidakpedulian Jungwon terhadap topik yang dia anggap penting. Namun, dia memutuskan untuk terus mencoba. "Kasus itu sangat aneh, Jungwon. Beberapa murid menghilang tanpa jejak. Polisi sedang menyelidiki, tetapi sepertinya tidak ada petunjuk yang jelas," Jay menjelaskan, mencoba menarik perhatian temannya.
Jungwon mengangkat sedikit alisnya, menunjukkan sedikit minat pada pembicaraan Jay. "Apa yang kamu pikirkan tentang ini?" tanya Jay, mencoba memicu diskusi. "Sepertinya hanya drama biasa," Jungwon menjawab sambil tetap fokus pada lukisannya. "Mungkin ada alasan di balik semua ini, atau mungkin tidak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Jay merasa kebingungan. Bagaimana Jungwon bisa begitu santai menghadapi situasi yang begitu serius? "Tapi, Jungwon, ini bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja. Apa yang jika kita atau orang lain berada dalam bahaya?" Jay mencoba menjelaskan kekhawatirannya.
Jungwon akhirnya menatap Jay dengan tatapan tajam yang tidak biasa. "Apakah kamu benar-benar percaya pada segala hal yang kamu dengar, Jay?" tanyanya dengan suara yang tenang namun tajam. Jay terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan itu. "Apa maksudmu?" tanyanya akhirnya.
Jungwon tersenyum tipis. "Mungkin, bukankah lebih baik untuk tidak selalu mempercayai apa yang terlihat di permukaan? Terkadang, kebenaran sebenarnya tersembunyi di balik tirai yang paling gelap."
Kata-kata Jungwon membuat Jay merasa tersentak. Apa yang dimaksud Jungwon? Apakah dia menyiratkan sesuatu yang lebih dalam tentang kasus itu? Jay merasa semakin penasaran dengan sahabatnya yang misterius itu. Namun, sebelum Jay bisa menanyakan lebih lanjut, bel masuk sekolah berbunyi, menandakan akhir dari jeda mereka. Jay meninggalkan Jungwon dengan pertanyaan yang menggelitik pikirannya, bertekad untuk mengungkap lebih banyak rahasia di balik misteri yang sedang terjadi di sekolah mereka.
૮⍝• ᴥ •⍝ა
Jungwon memasuki kelas dengan napas terengah-engah, wajahnya agak pucat. Dia menyusuri lorong-lorong sekolah dengan terburu-buru, membawa barang-barang yang terkait dengan kanvas dan lukisannya. "Maafkan aku, Pak," Jungwon menjawab, mencoba menenangkan dirinya saat dia berdiri di depan kelas. "Ada beberapa masalah di studio seni yang harus saya selesaikan."
Jungwon memasuki kelas dengan napas terengah-engah, wajahnya agak pucat. Dia menyusuri lorong-lorong sekolah dengan terburu-buru, membawa barang-barang yang terkait dengan kanvas dan lukisannya. "Maafkan aku, Pak," Jungwon menjawab, mencoba menenangkan dirinya saat dia berdiri di depan kelas. "Ada beberapa masalah di studio seni yang harus saya selesaikan."
Guru mengangguk, namun ekspresinya masih keras. "Ini bukanlah alasan yang baik untuk terlambat, Jungwon. Anda harus memprioritaskan pendidikan Anda. Segera duduk." Jungwon mengangguk, menempatkan barang-barangnya di meja dengan cermat sebelum duduk di kursi kosong di sudut kelas. Dia merasakan sorotan tatapan dari teman-temannya, tetapi dia mencoba untuk tidak terlalu memperhatikannya.
Saat bel pelajaran dimulai, Jungwon mencoba fokus pada pelajaran. Namun, pikirannya terus melayang ke studio seni tempat dia baru saja meninggalkan kanvasnya. Ada sesuatu yang salah dengan lukisannya, dan dia harus memperbaikinya sebelum waktu yang ditentukan. Setelah kelas selesai, Jungwon segera meninggalkan ruangan, menuju studio seni. Dia merasa semakin gelisah saat dia mendekati tempat itu, mencoba mempercepat langkahnya. Begitu tiba, dia segera memeriksa kanvasnya.
Namun, apa yang dia temukan membuatnya terkejut. Lukisannya telah diubah. Di tengah-tengah kanvas, ada gambar yang aneh dan mengerikan yang tidak pernah dia buat. Tubuhnya terasa bergetar, dan dia tahu dia harus melaporkan ini kepada pihak berwenang.
Dengan hati yang berdebar, Jungwon mencabut telepon genggamnya dan menghubungi Jay. "Ada sesuatu yang buruk terjadi," katanya ketika Jay mengangkat panggilannya.
૮⍝• ᴥ •⍝ა
Jungwon dan Jay sepakat untuk bertemu di atap gedung sekolah, tempat yang sepi dan terlindung dari mata orang lain. Dari sana, mereka dapat berbicara tanpa gangguan dan merasa lebih aman untuk membicarakan masalah yang mereka hadapi. Saat mereka sampai di atap, angin berdesir pelan dan langit senja memberikan latar belakang yang dramatis bagi percakapan mereka. Jay melihat ekspresi tegang di wajah Jungwon dan merasa kegelisahan yang sama.
"Ada apa, Jungwon? Apa yang kamu maksud dengan sesuatu yang buruk terjadi?" tanya Jay dengan suara cemas.
Jungwon menggelengkan kepala, mata yang penuh kekhawatiran. "Lukisankudi studio seni telah diubah. Ada gambar yang aneh dan menakutkan di atasnya. Aku tidak pernah membuat itu, Jay. Aku tidak tahu apa yang terjadi."
Jay menatap Jungwon dengan serius, mencoba memahami keadaan yang sedang dihadapi temannya. "Ini sungguh aneh. Kita harus segera memberi tahu pihak berwenang. Mungkin ini terkait dengan kasus hilangnya murid-murid sekolah."
Jungwon mengangguk setuju, tetapi wajahnya terlihat tegang. "Aku takut, Jay. Aku takut akan apa yang mungkin terjadi. Dan aku juga takut pada apa yang mungkin aku temukan."
Jay meletakkan tangannya dengan lembut di bahu Jungwon, mencoba memberinya sedikit kekuatan. "Kamu tidak sendirian, Jungwon. Kita akan menghadapinya bersama. Yang penting sekarang adalah mengungkap kebenaran dan melindungi diri kita sendiri."
Setelah berdiskusi sebentar di atap gedung sekolah, Jungwon dan Jay memutuskan untuk pergi ke ruang guru untuk melaporkan kejadian yang mereka temui di studio seni.
૮⍝• ᴥ •⍝ა
Mereka masuk ke ruang guru dengan hati-hati, menemukan guru yang bersangkutan sedang duduk di meja kerjanya, sibuk dengan tumpukan berkas dan dokumen. Dengan wajah serius, mereka mendekati meja guru itu. "Pak, kami punya sesuatu yang ingin kami laporkan," ujar Jay dengan nada tegas.
Guru mengangkat pandangannya dari kertas-kertas yang tersebar di meja dan menyambut mereka dengan sikap serius. "Ada apa, anak-anak? Apakah ada masalah?" tanya guru tersebut.
Jungwon menjelaskan dengan hati-hati apa yang terjadi di studio seni, bagaimana lukisannya telah diubah tanpa seizinnya, dan bagaimana hal tersebut membuatnya merasa khawatir akan keselamatan dirinya sendiri dan teman-temannya.
Guru mendengarkan dengan penuh perhatian, ekspresinya menjadi semakin serius seiring dengan penjelasan mereka. "Ini sangat serius," ujar guru tersebut setelah mereka selesai berbicara. "Kita harus segera memberi tahu pihak berwenang tentang ini. Tidak boleh ada lagi kejadian seperti ini di sekolah kita."
Setelah memastikan bahwa laporan mereka tercatat dengan baik, Jungwon dan Jay merasa sedikit lega. Mereka tahu bahwa mereka telah mengambil langkah yang tepat dengan melaporkan kejadian tersebut kepada guru. Namun, di balik rasa lega itu, masih ada ketegangan dan ketidakpastian tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
૮⍝• ᴥ •⍝ა
Setelah meninggalkan ruang guru, Jungwon dan Jay merasa tegang dan penuh ketidakpastian. Mereka berjalan melalui lorong-lorong sekolah dengan pikiran yang dipenuhi oleh pertanyaan dan kekhawatiran tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Namun, di antara semua kekhawatiran itu, mereka merasa lega karena telah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.
Namun, sebelum mereka dapat merasa terlalu aman, mereka tiba-tiba dihadang oleh seseorang di depan pintu keluar. Seorang siswa lain, yang terlihat gelap dan misterius, menghalangi mereka dengan tatapan tajam.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya siswa tersebut dengan suara yang dingin. "Kalian telah mengganggu sesuatu yang seharusnya kalian biarkan terkubur."
Jungwon dan Jay saling pandang, merasa tidak nyaman dengan pertemuan yang tiba-tiba ini. Mereka tidak yakin bagaimana cara menanggapi.
૮⍝• ᴥ •⍝ა
Setelah Jungwon mengantarkan Jay pulang ke rumahnya, dia kembali ke sekolah untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah siswa-siswa yang menghilang. Langit telah mulai gelap, dan suasana sekolah terasa semakin sunyi saat dia melangkah masuk.
Dia menuju ke lorong, tempat yang biasanya menjadi pusat lalu lalang di antara siswa. Namun, ketika dia tiba di sana, perpustakaan terlihat kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali suara angin yang melolong lewat jendela terbuka.
Jungwon berdiri tegak di tengah lorong sekolah yang sepi, menerangi koridor dengan lampu redup yang menyala di langit-langit. Di tangannya, dia memegang bukti yang baru saja ditemukannya di perpustakaan: sebuah tanda yang aneh terukir di sampul buku.
Tiba-tiba, langkah kaki terdengar di belakangnya. Dia berbalik dan melihat seorang siswa, seseorang yang juga termasuk dalam daftar siswa yang menghilang, menghampirinya dengan langkah-langkah ragu.
"Jungwon," kata siswa itu dengan suara gemetar, "aku tahu kau sedang menyelidiki kasus ini. Aku perlu memberitahumu sesuatu." Jungwon mengangguk, memperhatikan ekspresi cemas di wajah siswa itu. "Apa yang ingin kamu katakan?"
Siswa itu menelan ludah, lalu melanjutkan dengan suara gemetar, "Aku percaya ada seseorang di sekolah ini yang tidak seperti yang terlihat. Seseorang yang bermuka dua."
Jungwon menarik napas dalam-dalam, merenungkan kata-kata siswa itu. "Apa yang kamu maksud dengan 'bermuka dua'?"
Siswa itu menatap Jungwon dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya, tapi aku merasa seperti dia ada di mana-mana. Dia bersembunyi di balik topengnya yang licik. Dan aku takut..."
Sebelum siswa itu bisa melanjutkan, teriakan tiba-tiba terdengar dari ujung koridor. Jungwon dan siswa itu melihat ke arah suara itu, hanya untuk melihat seseorang berlari kearahnya.
"Dia!" seru siswa itu dengan suara lantang, menunjuk ke arah Jungwon. "Itu! Jangan percaya padanya, dia berbahaya"
-qfs
0 comments:
Post a Comment