Monday, 25 March 2024
Tiket Kereta Api Lebaran
Perjuangan Belum Berakhir!
STS DAN SAS
KETUPAT
KETUPAT
Ketupat merupakan makanan tradisional yang berbahan dasar beras yang dimasak dengan cara direbus didalam anyaman Janur. Ketupat menjadi hidangan istimewa yang melekat saat disajikan diHari Raya IdulFitri khususnya di Indonesia
Berdasarkan informasi yang dilansir dari berbagai sumber,
tradisi ketupat ini berawal dari penyebaran agama Islam di pulau Jawa
oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sendiri merupakan salah satu tokoh
Wali Songo yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Sunan Kalijaga menjadikan Ketupat sebagai budaya dan filosofi
Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman. Dimana membaurkan pengaruh budaya
Hindu pada nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya.
Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan
memengaruhi.
Sunan Kalijaga memperkenalkan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Sebagai informasi, Bakda Kupat merupakan budaya yang dimulai satu minggu
setelah lebaran. Pada hari itu, banyak masyarakat yang menganyam dan
mempersiapkan hidangan Ketupat.
Biasanya Ketupat diantarkan kepada kerabat yang lebih tua
sebagai simbol kebersamaan.
Sunan Kalijaga membagikan Ketupat sebagai sarana untuk berdakwah
menyebarkan agama Islam. Ini menjadi pendekatan budaya oleh Sunan Kalijaga
untuk mengajak orang Jawa untuk memeluk agama Islam pada kala itu.
Secara perlahan, tradisi Ketupat ini menjadi melekat di
Indonesia sebagai hidangan Lebaran.
Ketupat berasal dari kata “Kupat” dan memiliki arti ganda yakni ngaku
lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat
tindakan). Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur
dosa), lebaran (pintu
ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan
diri).
Selanjutnya, isian beras pada Ketupat dilambangkan sebagai hawa
nafsu. Daun kelapa muda atau Janur merupakan singkatan dari jatining
nur atau cahaya sejati (hati nurani). Jika digabungkan,
Ketupat memiliki arti manusia yang menahan nafsu dengan mengikuti hati nurani.
(rey/pt)
Perahu Kertas
✦ Tahun 2006 ✿
Heeseung dan Yeon Ji adalah dua anak yang tinggal di sebuah kota kecil yang tersembunyi di pojok kota besar. Heeseung, dengan sifatnya yang diam namun seru dan ramah, berbeda dengan Yeon Ji yang penuh energi dan tidak bisa diam, selalu mencari kesenangan di sekitarnya.
Suatu hari, mereka memutuskan untuk bermain di pesisir pantai yang dekat dengan rumah nenek Yeon Ji. Duduk di tepi pantai, mereka memandang keindahan alam yang diciptakan oleh Tuhan dengan penuh kagum. Tiba-tiba, dalam momen yang tenang itu, Yeon Ji memutuskan untuk meminta sebuah janji kepada Heeseung.
"Dengarkan, Heeseung," ucap Yeon Ji dengan antusias, matanya berbinar-binar. "Kita harus berjanji satu sama lain. Janji bahwa kita akan tetap menjadi sahabat, tidak peduli seberapa jauh waktu dan jarak memisahkan kita. Kita akan selalu saling mendukung, seperti yang kita lakukan hari ini di tepi pantai ini."
Heeseung tersenyum, menatap Yeon Ji dengan penuh kehangatan. "Tentu saja, Yeon Ji. Kita akan menjadi sahabat selamanya. Janji itu akan kupegang erat, seperti janji kita hari ini di bawah langit yang luas dan lautan yang tak terbatas ini."
Dengan senyum lega, mereka menyatukan kelingking satu sama lain dengan tawa.Beberapa saat kemudian, setelah berjanji satu sama lain, Heeseung mendapatkan ide untuk membuat perahu yang terbuat dari kertas.
Yeon ji yang melihat Heeseung tiba tiba datang kembali dari rumah neneknya dengan membawa kertas dan pensil. ''Heeseung, apa yang akan kau buat?'' seru Yeon ji antusias, ''Agar lautan paham dengan janji kita, mari kita membuat perahu kertas'' jawab Heeseung.
Akhirnya mereka telah membuat dan menyelesaikan perahu kertas tersebut, dan tak lupa di pertengahan membuat perahu kertas itu, mereka menuliskan pesan dan permohonan pada kertas tersebut menggunakan pensil.
''Yeon ji, mari kita lepas perahu kertas ini ke laut'' ajak Heeseung dan mendapatkan anggukkan antusias Yeon ji.
Mereka mendekatkan diri ke arah dekat ombak laut. Mereka mencari tempat nyaman untuk melepaskan perahu kertas buatan mereka itu. Beberapa menit mereka mencari akhirnya menemukannya. Mereka mulai melepaskan perahu kertas itu ke lautan luas berwarna biru itu.
Heeseung memandang perahu buatannya tersebut dengan wajah yang berseri. ''Apa yang kau tulis disana?'' tanya Yeon ji penasaran, ''Rahasia, mungkin kita dapat mengetahuinya saat kita sudah lebih dewasa?'' disela sela ucapan Heeseung ia juga melengkapinya dengan tawa indahnya.
✦ Tahun 2007 ✿
Satu tahun telah berlalu sejak hari mereka membuat janji di tepi pantai. Heeseung dan Yeon Ji masih menjadi sahabat yang tak terpisahkan di kota kecil mereka. Pagi itu, Heeseung dengan senyum ramahnya mengajak Yeon Ji untuk pergi ke pusat kota kecil tersebut untuk membeli bunga.
Mudik Lebaran Tahun 2024
Mudik Lebaran Tahun 2024
salah satu penyebab utama kemacetan saat mudik Lebaran adalah pertumbuhan kendaraan pribadi yang signifikan. Semakin banyak orang yang memiliki kendaraan pribadi, terutama mobil, sehingga jumlah kendaraan yang bergerak pada saat bersamaan menjadi sangat tinggi.
Kemacetan ini juga dikarenakan kurangnya pengaturan lalu lintas yang efektif, pengaturan lalu lintas yang kurang efektif juga merupakan penyebab kemacetan saat mudik Lebaran. Ketidakmampuan petugas lalu lintas dalam mengelola arus kendaraan dengan baik menyebabkan kemacetan semakin parah. Diperlukan koordinasi yang baik antara petugas lalu lintas dan pihak terkait untuk mengatasi masalah ini.
Solusi Alternatif untuk Mengurangi Kemacetan Mudik di masa Lebaran adalah Pengembangan Transportasi Massal.
Salah satu solusi alternatif yang dapat diterapkan adalah pengembangan transportasi massal. Peningkatan jumlah kereta api, bus, dan kapal laut untuk mengangkut penumpang saat mudik dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan raya. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi perjalanan dan menyediakan tarif yang terjangkau.
Untuk solusi yang lainya adalah peningkatan infrastruktur jalan, pemerintah juga perlu meningkatkan infrastruktur jalan yang ada. Pembangunan jalan baru, perbaikan jalan yang rusak, dan penambahan jalur jalan dapat membantu mengurangi kemacetan saat mudik Lebaran. Selain itu, diperlukan juga peningkatan sistem pengaturan lalu lintas yang canggih untuk mengoptimalkan penggunaan ruas jalan yang ada.
Mudik Lebaran tahun 2024 masih akan diwarnai dengan kemacetan yang tinggi. Pertumbuhan kendaraan pribadi, infrastruktur jalan yang terbatas, dan kurangnya pengaturan lalu lintas yang efektif.
The Other Side
Namun, sebelum mereka dapat merasa terlalu aman, mereka tiba-tiba dihadang oleh seseorang di depan pintu keluar. Seorang siswa lain, yang terlihat gelap dan misterius, menghalangi mereka dengan tatapan tajam.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya siswa tersebut dengan suara yang dingin. "Kalian telah mengganggu sesuatu yang seharusnya kalian biarkan terkubur."
Jungwon dan Jay saling pandang, merasa tidak nyaman dengan pertemuan yang tiba-tiba ini. Mereka tidak yakin bagaimana cara menanggapi.
૮⍝• ᴥ •⍝ა
Setelah Jungwon mengantarkan Jay pulang ke rumahnya, dia kembali ke sekolah untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah siswa-siswa yang menghilang. Langit telah mulai gelap, dan suasana sekolah terasa semakin sunyi saat dia melangkah masuk.
Tag, You're It.
"Kamu kenapa, Minho?" tanya Changbin sambil menghampiri.
Jake membuka kotak itu dan menemukan sebuah surat undangan misterius. "Ini undangan untuk permainan," kata Jake, menunjukkan surat itu kepada teman-temannya.
Mereka semua berkumpul untuk membaca isi surat itu. Isinya meminta mereka untuk berpartisipasi dalam permainan yang tidak biasa. "Kita harus mencari tahu siapa pembunuh di antara kita," ujar Minho, membaca isi surat itu dengan cermat.
"Gimana cara kita tahu siapa yang jadi pembunuhnya?" tanya Hyunjin, bingung.
"Kita harus menyelesaikan puzzle-puzzle di dalam permainan ini," jawab Changbin sambil menunjuk beberapa kotak puzzle yang ada di surat tersebut.
Mereka mulai menjelajahi area yang tertera pada surat itu dan mereka meninggalkan spot belakang sekolah, mencari petunjuk pertama. Setiap puzzle yang mereka selesaikan membawa mereka lebih dekat pada kebenaran, tetapi juga membuat mereka semakin waspada terhadap satu sama lain.
Bangchan, Minho, Changbin, Hyunjin, dan Jake duduk bersama di ruang kelas yang kosong, mengamati puzzle pertama yang terpampang di meja. Mereka saling berbagi ide dan mencoba memecahkan teka-teki tersebut.
Bangchan: "Apa yang kalian pikirkan tentang ini?"
Minho: "Mungkin kita perlu cocokkin pola-pola ini sama diagram di sebelah sana."
Changbin: "Tapi, apa hubungannya sama surat undangan itu? Apa ini hanya permainan atau ada yang lebih?"
Hyunjin: "Ayo, kita fokus sama puzzle ini dulu. Kita bisa membicarakan itu nanti."
Mereka bekerja keras, bergantian mencoba memecahkan teka-teki tersebut. Setelah beberapa saat, mereka berhasil menyelesaikan puzzle pertama dan mendapatkan petunjuk berikutnya.
Jake: "Ini membawa kita ke perpustakaan. Ayo cepat pergi!"
Mereka berlima bergegas ke perpustakaan, di mana mereka menemukan puzzle-puzzle lain yang menantang. Mereka bekerja sama dengan cepat dan hati-hati, menyadari bahwa waktu mereka terus berkurang.
Changbin: "Aku yakin ada yang ngawasin kita. Kita harus bergerak cepat."
Bangchan: "Aku setuju. Kita harus menyelesaikan ini sebelum terlambat."
Saat mereka sedang sibuk memecahkan puzzle terakhir, tiba-tiba lampu di sekitar mereka padam. Suara langkah kaki yang cepat terdengar mendekati mereka. Mereka berlima saling melihat, hati-hati mengintip kegelapan.
"Kita harus sembunyi!" bisik Minho sambil menarik tangan Bangchan. Mereka berlari dan menyelinap ke dalam ruangan gelap yang terbuka di sebelah koridor.
Setelah beberapa saat bersembunyi, tiba-tiba, cahaya lampu kembali menyala. Mereka keluar dari persembunyian mereka dan menemukan Changbin tergeletak di lantai secara mengenaskan. Mereka menegakkan tubuhnya, napasnya terengah-engah setelah sadar apa yang telah mereka lihat.
Setelah kejadian tersebut satu per satu, dari mereka mulai tersingkir. Satu di antara mereka selalu terjebak dalam puzzle yang sulit, hingga tak bisa melanjutkan. Dan satu di antara mereka tergeletak dilantai tak berkutik. Setiap kali seseorang tereliminasi, mereka mendengar suara berbisik di telinga mereka, "Tag, you're it."
Bangchan: "Apa ini? Kok ada ruang tersembunyi di sini?"
Minho: "Ini tempat persembunyian pembunuh. Kita harus hati-hati."
Mereka menjelajahi ruangan itu dengan hati-hati, mencari petunjuk terakhir. Tiba-tiba, lampu padam, dan mereka diserang oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Hyunjin: "Awas! Pembunuh itu di sini!"
Mereka berjuang untuk bertahan hidup, saling melindungi satu sama lain. Namun, ketika lampu kembali menyala, Bangchan menyadari bahwa seluruh temannya sudah terbunuh di sekitarnya kini, hanya dia dan Jake yang tersisa.
Bangchan: "Apa yang terjadi? Siapa pembunuhnya!"
Bangchan melihat Jake tersenyum dengan sinis, menggenggam sebuah pisau di tangan.
Jake: "Maafkan aku, Bangchan. Ini bagian dari permainan, selamat tinggal."
Bangchan terkejut, tidak percaya pada apa yang terjadi. Namun, sebelum ia bisa bereaksi, Jake menghilang, meninggalkannya di dalam ruangan yang gelap, sendirian.
Bangchan: "JAKE! APA APAAN INI, KELUARKAN AKU!"
Namun, ketika Bangchan mencoba keluar dari ruangan itu, pintu terkunci rapat dan suara misterius terdengar di belakang Bangchan.
Jake: "Tag, you're it, Bangchan."
Bangchan terdiam sejenak, merasakan keheningan yang menghantui di ruangan itu. Dia meraba-raba dinding, mencoba mencari cara untuk keluar. Namun, pintu tetap terkunci rapat.
Saat Bangchan berusaha mencari jalan keluar, dia merasakan sesuatu yang dingin dan tajam di lehernya. Jake muncul di hadapannya, wajahnya penuh dengan kekejaman yang belum pernah Bangchan lihat sebelumnya.
"Dengan ini, permainan berakhir," ucap Jake dengan dingin, lalu menusukkan pisau itu ke tubuh Bangchan.
Bangchan jatuh ke lantai dengan keputusasaan. Dia melihat ke langit-langit yang gelap, merasakan nyawanya perlahan-lahan meninggalkan tubuhnya. Dalam keadaan terakhirnya, dia berharap teman-temannya yang lain mendapat keadilan.
Namun, tak lama kemudian, suara misterius terdengar lagi, "Tag, you're it," dan Bangchan pun tahu bahwa permainan ini masih belum berakhir.
Bangchan merasa tubuhnya semakin lemah saat darah terus mengalir dari luka tusukan Jake. Meskipun demikian, dia mencoba untuk tetap sadar, mencari cara untuk bertahan hidup.
Dengan susah payah, Bangchan meraih sebatang pecahan kaca yang tergeletak di dekatnya. Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, dia melompat ke arah Jake, mencoba untuk membalas serangan.
Namun, Jake terlalu cepat. Dengan gerakan yang lincah, dia menghindari serangan Bangchan dan menendangnya dengan keras ke dinding. Bangchan merasakan sakit yang menusuk seluruh tubuhnya, tetapi dia tidak menyerah begitu saja.
Dengan tekad yang membara, Bangchan mencoba berdiri lagi. Dia melihat ke sekeliling ruangan gelap itu, mencari peluang untuk melarikan diri. Namun, Jake terus mendekat, senyumnya yang keji membuat Bangchan semakin terdesak.
Saat Jake bersiap untuk serangan terakhirnya, tiba-tiba cahaya terang memenuhi ruangan itu. Suara langkah kaki polisi terdengar di koridor, menandakan kedatangan bantuan yang telah lama dinanti.
Jake melihat ke arah pintu masuk, kemudian kembali menatap Bangchan dengan tatapan dingin. "Kita akan bertemu lagi," bisiknya, sebelum melarikan diri ke dalam kegelapan.
Dengan bantuan polisi, Bangchan berhasil diselamatkan dari kematian yang nyaris saja menimpanya. Dia dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang mendesak.
Meskipun fisiknya terluka parah, Bangchan tahu bahwa permainan misterius itu masih belum berakhir. Dia bertekad untuk mencari keadilan untuk teman-temannya yang telah menjadi korban, dan mengungkap kebenaran di balik semua ini.
Apakah Bangchan bisa berhasil melaporkannya? Atau ia akan bernasib sama dengan temannya?
Who know's right?
Friday, 1 March 2024
Way Of Life
Azka merasakan keanehan saat kakinya berjalan cepat menuju Satya, namun ia merasa seolah-olah hanya berjalan di tempat. Sensasi aneh itu semakin membingungkan Azka, membuatnya merasa seperti terperangkap dalam ruang gelap yang tak berujung. Tiba-tiba, Azka merasakan beban yang berat menimpa kepalanya, membuatnya merasa pusing dan kehilangan kesadaran. Dunia di sekelilingnya menjadi semakin kabur dan gelap, hingga akhirnya ia pingsan.
Azka membuka matanya lalu ia melihat Satya sedang menawarkan telapak tangan untuk menolongnya. Hal itu membuatnya kebingungan setengah mati, apakah ia kembali kemasa lalu atau apa?
Azka memandang Satya dengan kebingungan yang mendalam, tidak yakin apa yang sedang terjadi. Telapak tangan Satya terulur di depannya, menawarkan bantuan untuk membantunya bangkit dari pingsannya. Sensasi bingung dan keanehan masih memenuhi pikirannya, membuatnya ragu untuk menerima tawaran Satya.
Namun, terdapat kehangatan dan kebaikan dalam mata Satya yang memancar, seakan menawarkan jaminan bahwa segala sesuatunya akan baik-baik saja. Dengan hati yang dipenuhi oleh kombinasi antara ketakutan dan harapan, Azka akhirnya mengulurkan tangannya dan menerima bantuan dari Satya.
Setelah duduk tegak, Azka memperhatikan sekelilingnya. Semuanya tampak familiar seperti sebelumnya, tetapi ada kehadiran Satya di sampingnya yang membuatnya bingung. Apakah ini merupakan waktu yang sama dengan pertemuan pertama mereka atau ada sesuatu yang berbeda?
Dengan perasaan yang campur aduk, Azka memutuskan untuk mengajukan pertanyaan kepada Satya, mencari kejelasan dan pemahaman atas kejadian yang baru saja dialaminya.
Dengan gemetar, Azka mengeluarkan kertas dan pulpen dari dalam tasnya. Dengan hati yang berdebar-debar, ia mulai menulis pertanyaan yang berputar di benaknya, mencoba merangkai kata-kata yang sesuai dengan kebingungannya. Setelah selesai, ia menyerahkan kertas itu kepada pemuda di hadapannya, yang menurutnya adalah Satya.
Satya, dengan ekspresi bingung, menerima kertas yang diberikan oleh Azka. Matanya melintasinya dengan cepat, membaca setiap kata dengan seksama. Namun, kebingungan semakin menyelimuti wajahnya saat ia menemukan pertanyaan yang tertera di kertas itu.
"Saya bingung," ucap Satya. "Bagaimana Anda bisa tahu namaku?"
Azka memandang Satya dengan tatapan heran. Pertanyaan Satya membuka lembaran baru misteri di antara mereka berdua. Dalam kebingungannya, Azka berusaha mencari jawaban, tetapi kebenaran masih belum terungkap.
-qfs