Monday, 13 May 2024

Neworld (𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚 𝗟𝗢𝗡𝗚 𝗧𝗘𝗞𝗦)



Daniel, yap itu nama salah satu mahasiswa semester akhir jurusan sastra. Kali ini ia ingin menyelesaikan skripsinya, lalu saat ia bertanya pada dosen "Tema apa yang akan di ambil untuk novelnya?" sang dosen menjawab dengan santai "Fantasi". 
.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

"Kan udah disaranin masuk jurusan teknik aja daripada sastra, elunya ngeyel" ejek David "Diem apa kuhantam!" emosi Daniel. Pesanan bakso dua porsi sudah menanti mereka berdua di meja dengan es teh sebagai penghilang dehidrasi. "Menu baru disini?" tanya Daniel pada temannya "Ya, baru ini," jawabnya.
.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Daniel duduk di bangku apartemennya, laptop terbuka di depannya, dan secangkir kopi hangat menyala di sampingnya. Dia memikirkan tema fantasi untuk novelnya, mencatat ide-ide yang muncul di kepala. Daniel merasa sedikit bingung. Ide-ide untuk tema fantasi berputar di kepalanya, tapi dia merasa sulit untuk memilih satu yang tepat. Dia mencoba untuk fokus dan mengingat apa yang membuatnya tertarik pada genre fantasi.

ting..ting...

Dosen 
Para Mahasiswa kelas saya, tenggat waktu pengerjaan novel aka skripsi dikumpulkan paling lambat satu minggu dari hari ini.

Daniel merasa sedikit tertegun saat menerima pesan dari dosen tentang tenggat waktu pengerjaan skripsinya. Satu minggu! Itu terasa seperti waktu yang sangat singkat. Dia merasa semakin tertekan untuk menyelesaikan novel fantasi yang menjadi tema skripsinya.

Namun, dia juga merasa bahwa ini adalah dorongan yang dia butuhkan untuk fokus sepenuhnya pada penyelesaian karyanya. Dengan hati yang berdebar, dia memutuskan untuk merangkul tantangan ini dengan tekad yang baru. Dia mempercepat tempo pikirannya, mencoba menangkap setiap ide yang muncul dan menuangkannya ke dalam kata-kata dengan cepat.

Tanpa menunggu lebih lama, Daniel kembali membenamkan dirinya dalam pekerjaannya, dengan harapan bahwa dia akan mampu menyelesaikan skripsinya tepat waktu dan dengan hasil yang memuaskan.
.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Malam telah tiba, dan Daniel mulai merasa sangat ngantuk. Sebelum dia benar-benar terlelap, dia memutuskan untuk berdoa. Dia berdoa agar skripsinya bisa menjadi yang terbaik di antara yang lain, dan dia berharap bisa mendalami karakter-karakternya dengan baik.

Setelah berdoa, Daniel merasa lebih tenang. Dalam keheningan malam, dia meraih bantalnya dan memejamkan mata. Pikirannya masih terhanyut dalam dunia imajinasinya, tetapi tubuhnya merasa lelah dan membutuhkan istirahat.

Dengan perlahan, Daniel tenggelam dalam alam mimpi, di mana petualangan dan keajaiban menunggunya, serta harapan untuk mewujudkan impian akademiknya.

.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Daniel merasa terganggu dengan angin yang menerpa dirinya, membuatnya terjaga dari tidurnya yang nyenyak. Ketika ia membuka mata, ia dikejutkan dengan pemandangan yang tidak biasa: dia berada di tengah padang rumput yang luas.

Dengan penuh kebingungan, Daniel bangkit dari tidurnya dan memandang sekeliling. Langit gelap terhampar di atasnya, dan bintang-bintang berkelap-kelip di kejauhan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia di sekitarnya, hanya sunyi dan angin yang berdesir lembut. Daniel meraba-raba kantongnya dan menyadari bahwa ponselnya tidak ada di sana. Dia merasa semakin cemas. Bagaimana dia bisa tiba-tiba berada di sini? Apakah ini mimpi atau nyata?

bruk..

Daniel tersandung dan jatuh keras ke tanah setelah menabrak sesuatu yang tidak terlihat di kegelapan. Ketika ia menoleh ke arah itu, ia dikejutkan dengan pemandangan yang benar-benar luar biasa: seorang manusia dengan telinga yang berbentuk seperti telinga kucing sedang berdiri di hadapannya.

Ia takut dengan makluk itu, berbentuk layak manusia namun berbeda. "Maafkan aku! aku gak bermaksud menabrak, jangan makan aku!" gelisah Daniel. Makhluk itu menatap Daniel dengan keheranan, lalu tiba-tiba tertawa kencang. "Hei! Ayolah, aku bukan pemakan manusia, apakah aku terlihat semenakutkan itu?" katanya dengan nada yang ramah.
Wajah makluk itu berubah serius, dan kecemasan yang tadi muncul kembali menghampiri Daniel. Dia merasa jantungnya berdebar kencang, tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya. "Apakah kau tersesat? Mau kubantu?" tanya nya. "Ya, aku benar-benar tersesat. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berada di sini," jawab Daniel dengan suara gemetar. Amara mengangguk dengan penuh pengertian. "Jangan khawatir, aku akan membantumu. Ikutilah aku, kita akan mencari jalan keluar dari sini bersama-sama." Dengan hati yang sedikit lebih tenang, Daniel mengikuti makluk itu sambil berharap bahwa dirinya akan kembali ke apartermennya.

.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Makhluk itu berjalan di atas akar pohon yang besar, sementara Daniel berjalan di jalan yang seharusnya. "Ehm, anu," ragu Daniel. "Apa?" sahut makhluk itu, menoleh ke arah Daniel dengan keingintahuan. Makin ragu, Daniel semakin ingin tahu. "Siapa namamu? Seharusnya kamu punya nama kan?" akhirnya Daniel berhasil menanyakannya.

"Oh, cuma nanya nama doang kok sulit," Makhluk itu berbalik badan lalu meloncat ke arah Daniel. "Namaku Zergas, biasa dipanggil oleh makhluk disini Gas Alam." Daniel mendengarkan tuturan Zergas tentang dirinya yang biasa dipanggil "Gas Alam" dan berusaha menahan tawa. "Gas alam? Yang bener aja!" seru Daniel.

"Kenapa emangnya? Aneh?" jawab Zergas dengan alis yang bersatu, sedikit tersinggung dengan reaksi Daniel. Daniel mencoba menahan tawanya yang hampir pecah. "Maaf, bukan itu maksudku. Itu hanya terdengar unik, itu saja," kata Daniel sambil berusaha menjelaskan, berharap tidak menyinggung perasaan Zergas. Zergas mengangguk, alisnya kembali bergerak ke posisi semula. "Ah, mengerti. Tidak apa-apa," ucapnya dengan nada yang sedikit lebih ringan.

Tiba-tiba, seekor serigala muncul di depan Zergas. "Hai, Elard," sapanya ramah. Namun, tiba-tiba serigala itu berubah menjadi manusia, dengan sepasang kuping di kepalanya.

"Kau membawa siapa? Kok beda gitu, dia jenisnya apa?" tanya manusia serigala yang dipanggil Elard. Daniel terkejut parah, hampir saja pingsan, tapi dia berhasil menahannya. Zergas menjawab dengan tenang, "Ini adalah Daniel, seorang manusia. Dia tersesat disini terus aku bantu dia mencari jalan pulang." Elard menatap Daniel dengan tajam, mencoba memahami kehadiran manusia di tempat tersebut. "Hmm, manusia, ya? Ini benar-benar menarik. Jangan biarkan dia membuat masalah, Zergas," ucap Elard dengan nada penekanan.

Zergas mengajak Daniel untuk melanjutkan perjalanan, namun yang membuat Daniel merasa tidak nyaman adalah Elard, manusia serigala itu, yang terus mengikuti mereka dengan moncongnya yang dekat dengan Daniel. Dengan hati yang berdebar, Daniel mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada langkah-langkahnya. Namun, kehadiran Elard yang terus mengikutinya membuatnya merasa semakin tegang.

"Zergas, apakah kita bisa berbicara sebentar?" bisik Daniel kepada Zergas, berusaha untuk tidak menarik perhatian Elard. Zergas mengangguk, dan mereka berdua berhenti sejenak. Daniel berbicara dengan pelan, "Aku gak nyaman sama Elard yang terus ngikutin kita. Apa kamu bisa memberitahunya untuk memberi sedikit jarak?" Zergas menatap Daniel. "Tentu tidak, beritau dia sendiri, kau memiliki mulut bukan?" Daniel merasa agak terkejut dengan tanggapan Zergas yang agak tegas, tetapi dia memahami bahwa mungkin dia harus berbicara langsung dengan Elard. Dengan sedikit keberanian, Daniel memutuskan untuk menghadapi situasi ini.
Dia menghela nafas dan memutar tubuhnya ke arah Elard yang berada di dekatnya. "Elard, maaf mengganggumu, tapi aku merasa agak tidak nyaman dengan moncongmu yang terlalu dekat denganku. Bisakah kamu memberi sedikit jarak?" Elard menatap Daniel dengan tatapan tajam, tetapi setelah beberapa saat, ekspresinya menjadi lebih lembut. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman," ucapnya dengan suara yang hangat. "Aku akan memberikan sedikit jarak."
.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Daniel tetap berjalan bersama Zergas, mencari jalan keluar dari Hutan asing itu Namun, tidak lupa bahwa Elard masih mengikuti mereka dari belakang. "Pulang dulu, ya, Gas Alam," seru Elard dari belakang Daniel dan Zergas, memanggil Zergas. Zergas berhenti sejenak dan menoleh ke arah Elard dengan ekspresi sedikit kecewa. "Baiklah, Elard. Jangan berbuat nekat di sini, ya. Ayo, kita lanjutkan perjalanan," ucapnya sambil mengajak Daniel untuk melanjutkan. Daniel melihat Elard berbalik dan meninggalkan mereka, merasa sedikit lega bahwa kehadiran Elard tidak lagi mengganggu perjalanan mereka. Dia berharap bahwa Elard akan baik-baik saja saat kembali ke tempatnya sendiri.

Daniel berhenti di tempat, merasa kebingungan. "Gas, sebenernya aku ada di mana? Kok banyak makhluk-makhluk siluman gitu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Zergas berbalik dan menatap Daniel dengan serius. "Panjang ceritanya, aku adalah wakil ketua di sini. Jadi, kalau ada yang nakal, omongin aja pake namaku atau pake nama Jad," jawab Zergas dengan nada yang tegas. Daniel mengangguk, mencoba memahami situasi yang sedang dihadapinya.

Daniel menanyakan siapa Jad pada Zergas, dan Zergas menjawab dengan serius, "Itu ketuanya di sini, atau apa ya bahasanya, raja! Ya, dia jadi orang yang paling ditakuti di sini, meskipun dia berwujud rusa. Tapi, dia adalah yang paling tua dan paling dihormati di antara kami." 

Daniel merasa terkesan dengan penjelasan Zergas tentang Jad. "Dia pasti orang yang hebat," kata Daniel dengan penuh kagum. "Semoga kita tidak bertemu langsung dengannya, ya."  Zergas mengangguk setuju. "Benar, kita harus berhati-hati. Sekarang, mari kita lanjutkan perjalanan kita, siapa tahu kita bisa menemukan jalan keluar dari hutan ini." 

.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Zergas merasa angin berdesis seperti bisikan mendarat di telinganya. Dia menghentikan langkahnya sejenak, mendengarkan dengan serius. Suara angin terasa seperti pesan dari alam, membawa kabar yang mungkin penting. Daniel, yang berada di samping Zergas, melihat ekspresi serius di wajahnya. "Ada apa, Gas?" tanyanya dengan penasaran. Zergas mengangguk perlahan. "Angin membawa pesan. Ada sesuatu yang perlu kita perhatikan," jawabnya dengan nada khawatir.

Suara langkah rusa terdengar di sekitar mereka, menyebabkan ketegangan semakin terasa di udara. "Gas Alam, kau membawa siapa itu?" ucap seseorang dari belakang. Zergas mengangkat kepalanya dengan tenang, menatap ke arah suara yang datang. "Ini Daniel, seorang manusia yang tersesat di Hutan ini. Aku membantunya mencari jalan keluar," jawabnya dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.

Daniel menelan ludah, merasa tegang saat mendengar suara tersebut. Dia berdiri di samping Zergas, siap untuk menghadapi siapapun yang datang. Seseorang muncul dari bayangan, dan Daniel melihat seorang rusa yang megah berdiri di hadapannya, dipenuhi dengan aura kekuatan dan kebijaksanaan. Itu pasti Jad, sang raja yang mereka bicarakan sebelumnya.

Sosok rusa itu mendekat ke arah Daniel, kemudian berubah menjadi manusia tanpa adanya telinga atau tanduk di kepalanya, persis seperti manusia asli. "Kau datang dari mana, manusia? Maksudku, Daniel," tanyanya.

Daniel merasa tegang ketika dia ditanyai langsung oleh sosok yang jelas merupakan Jad, raja Hutan yang diceritakan Zergas. "Aku tersesat di sini. Awalnya, aku sedang tidur di kamar apartemenku, dan saat aku bangun, tiba-tiba aku sudah ada di sini," jawab Daniel dengan suara yang agak terbata-bata, ragu-ragu tentang apa yang harus dia katakan.

Jad menatapnya dengan tatapan tajam, seolah-olah sedang meneliti setiap kata yang keluar dari mulut Daniel. "Tersesat, begitu?" ucapnya dengan nada yang dipenuhi dengan pertimbangan. "Itu adalah peristiwa yang luar biasa. Namun, kau telah berada di sini sekarang, di dunia ini. Jadi mari kita rayakan, benar bukan Gas alam." Daniel dan Zergas mengangguk sebagai jawabannya.

.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Daniel merasa sungguh ingin pulang, berbaring di kamarnya dengan AC yang nyala, membuat udara menjadi dingin dan nyaman. Namun, kenyataannya sangat berbeda. Dia tidak dapat mengendalikan situasi, terjebak dalam sebuah perayaan penyambutan yang diadakan oleh Jad, sang raja Hutan Mistik.

Dia merasa agak terjebak dalam situasi yang tidak diinginkannya. Meskipun penasaran dengan perayaan ini, rasa ingin pulang terus mengganggunya. Namun, Daniel juga merasa bahwa dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memahami lebih banyak tentang dunia Fantasia ini.

"Hey, manusia, kudengar namamu Daniel, ya?" tanya seseorang yang memiliki telinga rubah di atasnya. Daniel mengangguk, "Oke, kenalin, namaku Sun!" ujarnya. Daniel merasa sedikit terkejut dengan kehadiran Sun yang ramah. "Senang bertemu denganmu, Sun," jawabnya dengan senyum kecil. Sun tersenyum hangat. "Sama-sama, Daniel. Jangan ragu untuk bertanya jika kamu butuh bantuan di sini, ya. Kami di sini saling membantu," katanya dengan suara ramah.

Melihat makhluk dengan telinga rubah di kepalanya membuat Daniel teringat pada kakaknya, Nicholas. Nicholas sangat menyukai rubah dan memiliki sifat yang ceria, mirip dengan Sun. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama, bermain dan menggali petualangan di mana pun mereka berada. Daniel tersenyum melihat Sun, merasa hangat di hatinya saat mengenang kenangan indah bersama kakaknya. Meskipun mereka berada di dunia Fantasia yang begitu berbeda, kehadiran Sun memberinya rasa kenyamanan dan kehangatan yang membuatnya merindukan kebersamaan dengan Nicholas.

"Dua makhluk yang ceria dan penuh semangat," gumam Daniel dalam hati, merasa terhibur oleh kesamaan Sun dengan kakaknya. Dia berharap suatu hari bisa berbagi cerita tentang dunia Fantasi ini dengan Nicholas, membuatnya merasa dekat dengan kakaknya meskipun berada di tempat yang jauh. Sun membubarkan lamunan Daniel yang sejak tadi terpesona melihatnya. Dengan ekornya yang bergerak lincah dan tatapan mata yang penuh keceriaan, Sun mengajak Daniel untuk bergabung kembali dengan suasana perayaan.

Daniel tersenyum, merasa terhibur oleh kehadiran Sun yang riang. Dia berterima kasih pada Sun karena telah memecahkan lamunannya, mengalihkan perhatiannya kembali ke lingkungan sekitarnya. "Terima kasih, Sun," ucap Daniel dengan ramah. "Aku harus ikut serta dalam perayaan ini. Ayo kita bergabung!" seru Sun.
.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Daniel melihat Zergas dari kejauhan, dikelilingi oleh makhluk-makhluk termasuk Jad, Elard, dan yang lainnya. Dia menghampiri mereka, tentu saja dengan Sun yang riang di sisinya. "Hai, semua!" seru Sun dengan ceria, sementara semua makhluk menyambut mereka dengan hangat. Daniel merasa agak canggung, tetapi tanpa disengaja, dia melihat makhluk lucu yang sedang digendong oleh Elard dan Jad.

"Zergas itu apa?" tanya Daniel, tertarik pada makhluk yang digendong. "Oh itu, itu anak serigala tapi udah hybrid, campuran anjing liar dan serigala," jawab Zergas. "Apakah itu anak Elard?" tanya Daniel, menunjuk ke arah makhluk yang digendong oleh Elard. Zergas terkejut dan kemudian tertawa kecil. "Bukan lah, Elard aja masih kecil, mana mungkin itu anaknya," kata Zergas sambil menyelesaikan tawanya. "Di sini, makhluk dibedakan menjadi dua. Salah satunya berbentuk hewan namun bisa berubah menjadi manusia. Dan yang kedua, tetap berbentuk hewan dan biasanya dijadikan prajurit, pengawal, atau peliharaan. Jika dipikir secara rasional, memang cukup sulit untuk dimengerti oleh otak manusia."

"Naka!" teriak Sun, suara riangnya memecah keramaian, dan semua menoleh ke arahnya, termasuk Daniel. "Apa yang terjadi, Sun?" tanya Jad, raja Hutan Mistik, dengan rasa ingin tahu. "Selalu saja dia menggunakan wujud aslinya untuk menjahiliku tanpa henti!" jawab Sun dengan nada kesal. "Aish, berhenti, Naka!" kata Sun dengan wajah yang memancarkan ketidaksenangan.

Naka, makhluk yang dipanggil, merubah wujudnya dari kucing oranye menjadi manusia dengan kuping di kepalanya. Tapi bukannya menunjukkan penyesalan, Naka justru tertawa puas. Daniel melihat adegan ini dengan campuran antara kebingungan dan penasaran. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara Sun dan Naka, dan mengapa Naka tampak begitu senang dengan tingkahnya. Namun, dia memilih untuk tidak bertanya, membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Jad menahan tawanya saat melihat wajah kesal dari Sun. "Dia masih anak kecil, Sun. Tidak apa-apa," seru Elard, mencoba meredakan ketegangan. Sun menghela nafas panjang, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Tapi dia selalu saja..." katanya, sebelum terdiam, mengakui bahwa Naka memang hanya seorang anak kecil.

.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.

Keesokan harinya, Daniel dan Zergas melanjutkan perjalanan mereka. Namun, tiba-tiba Zergas mencegat Daniel yang sudah berada di depannya. "Apa kau pernah naik kucing?" tanya Zergas dengan serius. Daniel sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Hah? Naik kucing? Emang ada?" balas Daniel, memperlihatkan kebingungannya.

....

Saat itu, Zergas berubah menjadi kucing besar yang bisa dinaiki. Meskipun terkejut, Daniel masih merasa ragu. "Jadi, ini maksudmu kucing yang bisa dinaiki gitu?" kaget Daniel "Iya, naiklah," ucap Zergas sambil mengangguk. "Ayolah, Daniel. Aku tahu ini terasa aneh, tapi aku akan menjaga agar kamu tetap aman," kata Zergas dengan lembut, mencoba meyakinkan Daniel. Setelah beberapa saat ragu, Daniel memutuskan untuk melangkah maju. Dengan hati yang berdebar, dia naik ke punggung Zergas, maksutnya kucing besar ini.

Saat diperjalanan, Daniel merasa ingin bertanya sesuatu, "Kamu gak capek gendong aku terus?" tanyanya. Zergas menggeleng, "Gak, orang kalo aku udah jadi begini gak ngerasain apa-apa, gapapa." 

Hening, tiba-tiba "Udah nyampe," seru Zergas. Kini mereka berada di depan gerbang hutan yang sangat rindang, dihiasi dengan pepohonan besar dan tanaman berduri. Daniel melihat sekeliling dengan penuh kagum, terpesona oleh keindahan alam di sekitarnya. Dia merasa sedikit terkejut bahwa mereka telah tiba di tujuan mereka dengan begitu cepat. "Wow, betapa indahnya tempat ini," ucap Daniel dengan suara terkesan. Zergas mengangguk, "Ya, ini adalah Hutan Selatan, tempat yang paling cocok untuk mencari apa yang kamu butuhkan untuk perjalananmu selanjutnya."

"Kalau yang tadi? tempat kita bertemu namanya hutan apa?" tanyanya "Oh, kalau itu Hutan Barat, maka nya panas banget tadi pagi" jawab Zergas "Oh, hampir aja lupa, disini bahaya nya banget karena ada sarang ular banyak tapi plusnya disini apapun yang kamu cari bakal ketemu termasuk jalan pulangmu" lanjut zergas.

....

"Gas, boleh bawa bunga ini gak?" tanya Daniel sambi memperlihatkan setangkai bunga berwarna putih bercampur biru, "Silakan," jawab Zergas "Makasi." 

.·:¨¨ ≈☆≈ ¨¨:·.



0 comments:

Post a Comment