─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Cie mobil baru ni" ucap seseorang dari balik jendela mobil milikku. "Mantap, kan? sudah lama gw nunggu ni mobil buat upgrade." Sunoo tersenyum bangga. "Besok lo gak bolos kampus lagi kan?" seru pemuda yang masih setia di balik jendela, "Iya, kalau gw bolos lagi mah bokap gw marah, terus jajan gw di ilangi." ucap Sunoo sambil menekan nekan benda pipih di tanganku.
"Kasian lo. Nanti malam ada balap mobil" serunya. "Sumpah? udah lama gw gak balapan, hadiah nya apaan?" tanya Sunoo. "Katanya sih hadiahnya nyampe satu" jawabnya. "Suer lu won? yang bener aja, masa iya sampe satu" seru Sunoo.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Noo, bangun" ucap seseorang sambil menggoyangkan bahu Sunoo. "Sorry sorry won, gw ketiduran", Sunoo tersenyum dengan menggosok-gosok mata. "Mimpiin apa? sampe tu liur jatuh jatuh", kata Jungwon. Sunoo reflek mengusap bagian mulutnya. Jungwon menggeleng gelengkan kepalanya, "Nanti lo gw sharelock lokasi balapnya.""Okeh, siap! gw pasti dateng dan menangin" Sunoo memberi hormat pada Jungwon seolah olah ia adalah seorang komandan dan Sunoo adalah juniornya.
Jungwon memberikan Sunoo susu strawberry, lalu ia segera membenarkan posisi duduknya begitu pula dengan Sunoo. "Gw cuman kepo sih, kemarin gw liat lo di tembak cewe ya? lo terima apa kaga?" panjang lebar Jungwon.
Sunoo menoleh sekilas ke arah Jungwon lalu membuang muka malas. "Harusnya muka gw udah tertampang nolak, tapi tetep aja lo nanya pantes aja cita citanya jadi reporter" ketus Sunoo. Jungwon bingung, dalam hati Jungwon 'Ni anak moodnya cepet banget, kalah cewe ma dia ni.' "Udah gw tolak mentah mentah kemarin" Sunoo membuang nafas panjang "Cape banget gw di tembakin cewe terus, gw takut nanti valentine" lanjut Sunoo sambil menyeruput susu strawberry.
Jungwon menggaruk tenguknya yang tak gatal lalu berseru "Yaudah, gimana kalo lo pas valentine gak usah masuk" ucap Jungwon berbinar "Kalo lo gak masuk, gw juga gak masuk. Sapa tau kita bisa ke bengkel bokap gw buat sempurnain mobil gw" lanjut Jungwon dan di lanjutkan dengan menaruh dahu nya di tangannya.
Aku segera menutup telingaku dengan earphone dan menyetel lagu kesukaanku. Jungwon kesal dengan hal itu, ia merasa salah lagi bila sikap Sunoo seperti ini. "Gak tau ya gw, nanti kalo ada dosen masuk gw kabari" ucap Jungwon. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Aku pul—" baru saja Sunoo ingin menutup pintu rumah namun tak jadi karena pandangan Mama dan Papa di ruang tengah. Sunoo keringat dingin dengan tatapan mereka. Tidak ada dingin AC ataupun angin dari jendela, Sunoo yang tak tau kenapa langsung mendudukkan diri di sofa depan Mama dan Papa.
"Mama dapat info dari dosen, kamu sering bolos ya?" tanya mamaku "Papa juga denger dari Ni-Ki si anak jepang itu, kalo kamu nanti malem mau balapan mobilmu itu" ucap. Coba kenapa kalo orang tua itu banyak koneksinya kan jadi gak leluasa ni hidup..
Sunoo cuman diem. Gak tau mau jawab apa, kalau misalnya mereka udah tau kenapa bertanya sih? kan rasanya kayak mojokin anak semata wayangnya ini. "Papa sama mama ngomong sama kamu loh, kok gak di jawab?" tanya papa. Sunoo punya ide. "Boong semua itu, soal bolos, Aku ada urusan sama dosen yang beda terus aku lupa ijin. Nah si Jungwon udah aku titipin ijin buat dosen yang ngajar jam itu eh dia lupa mana pas itu gak bawa hp. Kalo masalah balapan mobil itu, Papa salah artiin. Aslinya mau balapan di PS5 itu, masa papa gak kenal kek apa itu bokemnya Ni-Ki" jawab Sunoo panjang lebar.
Aku segera duduk di kursi depan komputer dan menyalakan komputerku. "Gongle mana ni" resahku, "nah ini" akhirnya aku menemukannya. (Suara nada dering telepon). Tetap saja Sunoo tidak peduli mau ada petir apa telepon, Sunoo tetap fokus mantangi akun Gongle. Takut, karena sang Ayah dapat mengatahui password komputernya. Bahkan Sunoo rela membuang waktunya demi mengecek komputer yang bisa dihitung 5x saking ragunya.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Aman," Sunoo meregangkan tangan dan jariku, "nah sekarang saatnya mandi." dengan segera Sunoo memasuki kamar mandi dan menutup kembali kamar mandi. Saat selesai mandi. Sunoo mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu mengelap muka nya dengan handuk itu. (Tok tok). Sunoo menoleh kearah pintu lalu jalan ke pintu untuk membukanya. "Nak, hari ini kamu tidak boleh keluar. Keputusan ini tidak bisa di gugat, ya." Sunoo terkejut bukan main, ngapain coba?
"Ma? ngapain sampai gitu coba.." Sunoo melipat tangannya di depan dada. "Sunoo. Papa kalau sudah dapat berita seperti itu, Papa langsung bertindak karena Papamu paham dengan sifatmu. Jangan berpikiran kalau Papamu itu jahat, ya." Ucap Mama Sunoo.
Sunoo merasa frustasi tapi ia memiliki ide yang tidak pernah habis. "Oke Ma, aku bakal dirumah sampe besok pagi. Gak bakal pergi kemana mana" seru Sunoo. Mama Sunoo mengusap bahu sang anak, "Maafin Mama ya kalo nyakitin hatimu. Semangat!"
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Jungwon😊
Heiii!
gw kirim serloknya ya!55
📍Location
Sunoo membuang nafas panjang. Pikirannya bingung, antara menuruti kedua orang tuanya atau mengikuti ide nya.
Jungwon😊
won..
kayaknya kali ini gw bakal ikuti kata orang tua gw deh... :)
Me
lu yang bener aja!
udah gw daftarin, masa lo malah..
auk ah, capek gw
"Wadoh, Jungwon ngambek..." Sunoo menaruh hpnya di sebelahnya "sulit ini kalo mau bujuk Jungwon." lanjutnya.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Won mana temen lo itu? cemen ya kok gak berani nunjukin muka" remeh sang lawan. 'Elu ya Sun, gw tandaiin loe' batin Jungwon, "Gak dia gak secemen itu, ngawur aja lo! temen gw bentar lagi dateng." Jawab Jungwon. Seseorang datang dari arah pintu masuk ke Jungwon dan menepuk bahunya.
Jungwon menoleh ke belakang. "Nah akhirnya lo sampe disini. Rumah lo sejauh apa si? lama kali" cerewet Jungwon. "Sorry Won, rumah gw gak sejauh itu kok, cuman tadi kena macet aja." senyumnya. "Serah lo Jay, lagi bm gw, urusin tu lawan lo" Jungwon pergi dari arena balap itu.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Brum..brum.. Suara strarter mobil yang ingin memulai balap terdengar. "Jay! lo harus menang!" seru Jungwon dari kursi penonton untuk Jay yang berada di dalam mobilnya, Jay menurunkan kaca mobilnya dan mengacungkan jempolnya untuk Jungwon.
Dengan pdnya Jay memimpin jalannan, tanpa ia sadari, sang lawan sudah memiliki rencana jahat untuk melawan dan memenangkan pertandingan ini. Ditengah perjalanan Jay merasakan ada hal yang aneh di mobilnya, ia mencoba untuk rem, namun nihil. Hal tersebut tidak dapat di lakukan. Segera Jay mengambil hp yang berada di sakunya untuk menelepon Jungwon.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
"Ada apa Jay?" tanya di sebrang. "Jungwon! tolong aku, sepertinya mobilku mengalami rem blong" panik Jay. Jungwon membulatkan matanya "APA?" Ia reflek berdiri dari kursi penonton, dan hal itu membuat yang lain memusatkan pandangan pada Jungwon. Jungwon berinisiatif untuk melabrak montir yang membenarkan mobil milik Jay, namun hal itu diurungkan karena ia berfirasat bahwa bukan sang montir yang menyalah gunakan.
Jungwon menghela nafas lega karena memutuskan untuk tidak melabrak montir tersebut. Dia memilih untuk mengevaluasi situasi dengan lebih hati-hati sebelum mengambil tindakan apa pun. Dengan hati yang tenang, dia memutuskan untuk mencari bukti lebih lanjut sebelum membuat kesimpulan.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Jay masih dalam kepanikan karena rem mobilnya blong dan tiba-tiba, setir yang ia kuasai meleset. Dia dengan cepat mencoba untuk mempertahankan kendali atas mobilnya, namun situasinya semakin sulit.
Dalam keadaan panik, Jay mencoba untuk mengendalikan mobilnya lagi, tetapi tiba-tiba dia melihat sebuah truk lewat dan berhenti di tengah jalan. Ini menambah kerumitan situasi. Jay merasa semakin terjepit dalam masalah yang membingungkan ini.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Jungwon tetap tegar menunggu di tempatnya, memantau situasi dengan hati yang tegang. Dia merasa khawatir untuk Jay, tapi pada saat yang sama, dia percaya pada kemampuan Jay untuk mengatasi situasi sulit ini. Dengan penuh kepercayaan, Jungwon berdoa agar Jay kembali dengan selamat dan segera. Dia siap memberikan dukungan penuh saat Jay kembali, siap membantu menyelesaikan masalah apapun yang mereka hadapi bersama.
Jungwon merasa lega melihat mobil lawan datang dengan selamat, tetapi kekhawatirannya terhadap Jay semakin meningkat karena mobil Jay masih belum terlihat. Dengan hati yang berdebar, dia mencoba untuk tetap tenang dan memperhatikan setiap gerakan di sekitarnya, berharap agar Jay segera muncul dengan selamat.
Para penonton berbondong-bondong menuju ke arah mobil lawan untuk memeriahkan kemenangannya, sementara Jungwon mencoba menghubungi Jay dengan ponselnya. Dengan ketegangan yang memuncak, dia menunggu dengan harapan agar Jay segera menjawab panggilannya.
Saat tiba tiba ada yang mengangkat telepon tersebut dari sebrang, Jungwon segera menjawabnya dan berharap itu adalah kabar yang baik namun hal itu menjadi kebalikkannya. "Halo, Jay bagaimana keadaanmu disana?" Jungwon berkata dengan panik. "Halo, dengan siapa dari korban? saya menemui nya di tengah jalanan dengan berlumuran-" Jungwon dengan segera memotong pembicaraanny, "Saya teman dari dia, bisa beritahu dia berada di rumah sakit mana?". "Dia sudah dibawa ke rumah sakit XX, dan ini hpnya tertinggal dilokasi."
Jungwon langsung bergegas ke rumah sakit yang diomongi oleh orang asing tersebut.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Dengan hati yang berdebar-debar, Jungwon akhirnya tiba di rumah sakit yang disebutkan orang asing tadi. Dia bergegas masuk ke dalam gedung rumah sakit, mencari-cari kamar di mana Jay mungkin berada. Saat akhirnya menemukan kamar yang tepat, dia berdiri di depan pintu dengan perasaan campur aduk antara cemas dan lega.
Jungwon mengetuk pintu dengan lembut dan masuk ke dalam kamar. Dia melihat Jay terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat dan tampak lemah. Dengan hati yang berat, Jungwon mendekatinya dengan langkah perlahan.
"Jay, lo gapapakan?" tanyanya dengan suara yang penuh perhatian.
Jay menoleh ke arah Jungwon dengan senyum lemah. "Gw gapapa. Cuman sedikit terkilir, tapi dokter bilang gw bakal pulih secepatnya," jawabnya dengan suara yang agak serak. Jungwon hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Btw lo liat hp gw gak? tadi pas kecelakaan hp gw ilang tiba tiba." tanya Jay. "OH! tentang hp lo, belom gw ambil dari orang asing itu" jawab Jungwon.
Jay mendelik seram pada Jungwon, "Andai kaki gw gak terkilir, keknya lo udah ada di venus sekarang" ucap Jay. "Ya maaf dong, nanti gw ambil, kayaknya orangnya si belom pulang" ucap Jungwon sambil terkekeh.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Paginya di kampus, Sunoo dan Jungwon duduk bersama di bangku, menikmati cuaca cerah sambil menunggu kuliah dimulai. Mereka berbincang ringan tentang rencana hari ini dan kejadian semalam.
Sunoo tampak lebih tenang setelah kejadian semalam, sementara Jungwon terlihat cemas memikirkan kondisi Jay. "Gimana kabar Jay?" tanya Sunoo tiba-tiba, mengalihkan perhatian Jungwon.
"Dia baik-baik aja. Cuman terkilir sedikit, tapi dokter bilang dia bakal pulih cepat," jawab Jungwon, mencoba menenangkan dirinya sendiri dan Sunoo. "Tapi HP-nya hilang, dan aku harus balik lagi buat ambil dari orang yang nemuin." Sunoo mengangguk. "Kalo gitu nanti gw temenin, biar cepet."
Jungwon tersenyum, merasa lega karena punya teman yang selalu siap membantu. "Thanks, Sunoo. Lo emang selalu bisa diandalkan." Kuliah pun dimulai, dan mereka berdua masuk ke kelas dengan pikiran yang lebih tenang, siap menghadapi hari yang baru dengan semangat dan kepercayaan diri.
─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
-qfs
0 comments:
Post a Comment